Perjuangan
Karina Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos |
DISWAY, 6
Agustus 2021
AKANKAH temuan Dr dr
Karina itu bisa masuk protokol nasional penanganan Covid-19? Akankah prestasi dokter
kita sendiri kali ini akan mendapat tempat yang terhormat −di tengah-tengah
protokol impor? Harusnya bisa −menurut
logika saya yang bukan dokter. Terapi '’aaPRP'’ Covid-19 itu harusnya lebih
aman dari, misalnya, plasma konvalesen. Karina juga tidak
menamakan temuannyi itu sebagai vaksin. Dr Karina memilih menyebut
temuannyi sebagai terapi: terapi "aaPRP". Semua dokter tahu istilah
itu. Tapi saya bukan dokter. Saya harus minta penjelasan ke Karina apa itu
'’aaPRP’'. Yang saya sudah tahu sebatas dari buku pelajaran di sekolah dulu:
salah satu fungsi darah adalah untuk menutup luka. Lalu pengetahuan saya naik
sedikit ketika terkena kanker hati −dan harus transplant 16 tahun yang lalu.
Waktu itu saya selalu menjalani tes kadar platelet. Belakangan baru saya tahu
platelet itu trombosit. Darah saya sulit sekali membeku, waktu itu, karena
pletelet dalam darah saya yang sangat kurang. Baru dari Karina saya
lebih tahu: di dalam trombosit itu ternyata terdapat 1.000 lebih zat.
Yang fungsinya begitu banyak. Semula, saya pikir, kalau
kita lagi tidak mengalami luka, trombosit itu pekerjaannya hanya jalan-jalan
bersama darah sepanjang hari. Ternyata Karina bisa
mengungkap di dalam trombosit itu tersedia begitu banyak obat untuk
menyembuhkan diri sendiri. Termasuk ketika terkena Covid. Sampai-sampai
Karina menyebut trombosit itu ibarat apotek besar. "Karina siapa?"
tanya saya pada Karina agar saya bisa menulis namanyi secara lengkap. "Karina saja,"
jawabnyi. "Satu kata?" "Sedih ya nama kok
hanya satu kata," jawabnyi. Hanya orang Jawa yang
biasa punya nama satu kata. Juga orang Dayak −ingat kan dr Lois. Karina memang orang Jawa
−yang lahir di Jakarta. Dia orang Jawa yang pinter. "Di jurnal-jurnal
internasional saya pakai nama dua kata: Karina Karina," ujarnyi. Saya
duga di paspor pun ditulis begitu. Karina sudah menulis
delapan jurnal internasional. Tentang aaPRP itu. Tiga di antaranya sudah
dimuat. Bagi saya, yang membuat
Karina-satu-kata ini berbeda adalah rambut keritingnya itu. Atau kalau
namanyi lagi ditulis lengkap bersama gelarnyi: Dr dr Karina SpBP-RE SpBP saya
tahu: spesialis bedah plastik. Untuk RE saya hanya bisa menduga:
rehabilitasi. Karina memang punya
kegiatan sosial unggulan. Yang bisa meningkatkan harkat harga diri seorang
manusia: dia terus melakukan operasi bibir sumbing. Sudah lebih 3.000 wajah
orang sumbing dia sempurnakan. Lupakan dulu Karina yang
juga ahli stem cell dan ahli PRP −dua keahlian yang belum '’ditemukan’' nama
gelar spesialisasinya. Kita fokus ke Karina yang
kini lagi mengurus '’SIM’' baru: aaPRP untuk penderita Covid. '’aa’' adalah ‘'autologous
activated’'. ‘'PRP’' anda sudah tahu: platelet rich plasma. Yakni plasma trombosit
milik Anda sendiri yang diaktifkan. Plasma Anda sendiri itulah yang
diinfuskan kembali ke tubuh Anda. Yakni kalau Anda lagi diserang Covid-19. ‘'aaPRP'’ akan mengatasi
Covid karena isi trombosit itu mengandung protein anti radang, anti bakteri,
dan protein penumbuh sel baru. Itulah yang oleh Karina
disebutkan bahwa "trombosit itu seperti apotek besar". Ia
menyediakan obat apa saja untuk tubuh kita. Secara garis besar 1000
lebih zat yang ada di dalam trombosit itu dikelompokkan menjadi tiga fungsi
utama: penumbuh (growth factor), anti sitokin/radang, dan anti
bakteri/mikroba. Ternyata trombosit itu
hebat sekali. Ia tidak hanya tawaf ke seluruh tubuh sepanjang hari. Tiga-tiganya itulah yang
dimanfaatkan Karina untuk terapi Covid-19. Untuk itu dia harus punya
teknologi untuk mengeluarkan isi trombosit. Untuk ditampung di tabung.
Lalu diinfuskan ke pasien. Maka Si pasien
pertama-tama harus diambil darahnya: 25 cc. Kira-kira 2,5 sendok makan.
Mirip dengan cara mengambil darah di lab pada umumnya. Hanya saja tabung
tempat darahnya harus khusus. Hanya Karina yang punya −beli dari importir
secara khusus. Darah Anda itu lantas
dibawa ke lab milik Karina −HayandraLab. Di Jakarta. Di situ diambil unsur
trombositnya saja. Trombosit tersebut masih diproses lagi di lab Hayandra:
'’dikupas’' kulitnya. Diambil isinya. Lalu, aaPRP itu dibawa ke tempat pasien
dirawat. Untuk dimasukkan ke tubuh pasien lewat cairan infus. Untuk sembuh dari Covid
perlu berapa kali infus aaPRP? "Tergantung kondisi
pasien," ujar Karina. Tapi lantaran aaPRP itu berasal dari tubuh sendiri
(autologous) berapa kali pun tidak membahayakan. Pasien yang menderita Covid
ringan cukup sekali saja. Kian berat kian ditambah. Yang kasus Covid-nya
berat sekali perlu aaPRP sampai lima kali. Karina tidak menemukan
teori itu begitu saja. Dia sangat serius melakukan penelitian. Bahkan
dengan sepenuh hati. Mengapa hatinyi dihabiskan di lab? Itu karena Karina
harus cari jalan keluar untuk suaminyi sendiri. Sang suami sakit tertentu.
Juga untuk mengatasi penyakit orang lain yang juga sangat dia
cintai: ibunyi sendiri. Dua-duanya, suami dan ibu,
adalah dokter. Dua-duanya belahan jiwa. Dua-duanya harus selamat. Karina
menemukan teori itu. Yang ternyata juga cocok untuk Covid-19. (Dahlan Iskan) ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar