Senin, 23 Agustus 2021

 

Data, Revolusi Informasi, dan Kehidupan Kita

Joko Priyono ;  Bergiat di Lingkar Diskusi Eksakta

DETIKNEWS, 21 Agustus 2021

 

 

                                                           

Judul Buku: Mahadata: Bagaimana Revolusi Informasi Mengubah Hidup Kita; Penulis: Brian Clegg; Penerjemah: D. Anshar; Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia, Juni, 2021; Tebal: 164 halaman

 

Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat kita rasakan saat ini setidaknya adalah keberadaan Netflix sebagai penyedia hiburan berupa film dan video yang dapat diakses kapan dan di mana saja dengan tema beraneka ragam. Inti dari keberadaan perusahaan tersebut adalah sebagai penyedia layanan video tayang sesuai permintaan atau dikenal dengan video on demand. Perusahaan yang didirikan oleh Reed Hastings dan Mark Randolph pada 29 Agustus 1997 tersebut tentu paham bagaimana mengelola data, baik itu minat, kesukaan, dan kebutuhan para pelanggan. Hingga saat ini, perusahaan tersebut bisa dibilang sukses dalam industri penyedia layanan film.

 

Apa yang sebenarnya disebut dengan data? Bagaimana cara mengelola data? Mengapa data menjadi penting bagi banyak orang --setidaknya untuk saat ini, pada fase revolusi informasi yang bergerak sedemikian rupa? Pertanyaan demi pertanyaan tersebut dapat terjawab lewat sekeping gagasan dari penulis sains populer dari Inggris Brian Clegg lewat buku ini. Ia menerbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 2017; baru di tahun ini dapat dinikmati dalam terjemahan bahasa Indonesia. 360p geselecteerd als afspeelkwa

"Dari data kita membangun informasi. Informasi mengumpulkan koleksi data terkait agar memberitahu kita sesuatu yang berarti mengenai dunia. Jika kata-kata di buku ini adalah data, cara saya menata kata menjadi kalimat, paragraf, dan bab membuatnya menjadi informasi. Dan dari informasi kita membangun pengetahuan. Pengetahuan kita adalah tafsir atas informasi agar kita bisa menggunakannya-dengan membaca buku, lalu mengolah informasi untuk membentuk gagasan, pendapat, dan tindakan masa depan, kita mengembangkan pengetahuan." (hlm. 7).

 

Data perlu dipahami bukan sebatas kumpulan fakta. Namun, bermacam-macam jenisnya. Ia juga berhubungan dengan sejarah yang terjadi pada zaman-zaman sebelumnya. Revolusi yang terjadi dalam informasi, berkembang dengan pesat semenjak hadirnya internet pada 1960-an, yang mulanya di universitas yang ada di Amerika Serikat --pada 1970-an dikembangkan dalam militer. Hingga, surat elektronik kemudian menyebar secara umum. Perkembangan yang terjadi hadir lewat sistem  hyperlink  (pranala) berupa World Wide Web. Saat ini tiga mesin pencari yang berjaya yakni Microsoft, Bing, dan Google.

 

Kekuatan yang lahir dalam teknologi atas perlakuan akan keberadaan data tersandar pada dua hal penting, yakni berupa algoritma dan kekuatan pemrograman komputer. Di sana data melewati proses pengelolaan sedemikian rupa. Semakin banyak data, tentu semakin bagus dalam proses yang ada. Hilir-mudik keberadaan data menjadi perhatian khusus bagi para penyedia jasa layanan hingga produk. Lewat data, mereka mengetahui apa yang sedang diminati oleh banyak orang. Bahkan, dengan data mereka juga bisa membuat semacam simulasi dalam melakukan promosi atau bahkan memberikan rekomendasi pada pengguna dalam berbagai wahana yang digunakan.

 

Buku ini juga menjawab bagaimana pengaruh keberadaan data terhadap kehidupan sehari-hari. Data tak lain menghamparkan kemungkinan demi kemungkinan bak dua mata pisau. Di satu sisi memberikan keuntungan berupa kemudahan dalam melakukan akses maupun mengelola informasi, misalkan menyajikan tawaran untuk pelanggan dalam pasar elektronik. Namun, di sisi lain ada kecenderungan yang dimunculkan data memberikan ancaman bagi manusia, semacam intaian, dan manusia menjadi subjek yang terkontrol.

 

Gagasan baru dalam perkembangan ilmu sosial atas kajian terhadap data, salah satunya berupa kapitalisme pengawasan (surveillance capitalism) yang dicetuskan oleh Shoshana Zuboff, Profesor di Universitas Harvard. Pengawasan tersebut menjadi masalah baru yang muncul dalam era revolusi informasi; teknologi informasi menjadi pengendali para pengguna dengan kontrol informasi pribadi, aktivitas tiap waktu baik hobi maupun kesukaan, bahkan hingga pada pilihan politik maupun keyakinan.

 

Sangat riskan ketika akumulasi data yang dihimpun oleh algoritma maupun sistem pengelolaan yang sejenis dimanfaatkan oleh sekelompok orang tertentu, Maka, persoalan keamanan data untuk saat ini setidaknya menjadi pekerjaan yang penting bagi para pengguna.

 

Menjadi pertanyaan besar: apakah dengan revolusi informasi sedemikian pesat, manusia akan aman-aman saja? Clegg menyebutkan, "Mahadata punya potensi membuat kita lebih sehat, memberi kita kehidupan lebih baik, dan memanfaatkan teknologi luar biasa yang tersedia sebanyak-banyaknya. Kita tak ingin membuang itu, dan seharusnya tidak perlu. Namun, seperti kita sudah lihat, mahadata membawa risiko: pemilik data dan pengguna akhir atau konsumen perlu mengetahuinya." (hlm. 144).

 

Perlunya sebuah kesadaran itu tentunya penting untuk membendung hal-hal yang tak diinginkan dalam kehidupan kita. Kesadaran itu tak lain adalah pemahaman bahwa teknologi bukan sebatas alat (tools) dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, melainkan lebih dari itu, memahamkan pada diri akan pentingnya pengetahuan bahwa perlunya menjadi manusia yang berwawasan teknologi.

 

Dengan upaya itu, manusia dapat paham akan hakikat dan seluk-beluk kehadiran teknologi maupun informasi. Teknologi tidak menjadi sebuah obat pelipur lara yang memudahkan manusia terjebak dalam situasi ketergantungan, konsumtif, dan keterasingan diri. Namun, teknologi adalah bagian cara untuk terus meningkatkan martabat umat manusia.

 

Sumber :  https://news.detik.com/kolom/d-5690294/data-revolusi-informasi-dan-kehidupan-kita

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar