Kemerdekaan
Profesi Dokter di Masa Pandemi Moh Adib Khumaidi ; Ketua Terpilih PB IDI |
KOMPAS, 26 Agustus 2021
Ilmu
kedokteran selalu mengilhami para dokter Indonesia untuk melakukan evaluasi
dan kritik terhadap kondisi sosial masyarakat. Demikian pula dalam kondisi
pandemi saat ini. Bidang
kedokteran menawarkan metode, cara berpikir, dan metafor biologis dan
fisiologi baru untuk menilai dan mendiagnosis ”tubuh sosial” saat ini, kemudian
meresepkan intervensi terapeutik yang tepat, dan realitas-realitas yang dapat
menghambat proses alamiah evolusi sosial. Hal inilah yang kemudian
mengartikulasikan identitas profesional dan memuat pandangan tentang potensi
dan peran nyata ilmu kedokteran di masa pandemi. Proses
perkembangan kedokteran dan kesehatan di Indonesia sejak 1910-an sampai zaman
kemerdekaan RI dimulai dari sistem pendidikan kedokteran, sistem pelayanan
kesehatan, termasuk juga keterlibatan para dokter dalam gerakan politik untuk
menyuarakan kepentingan rakyat. Bagaimana
upaya menstimulasi kegiatan-kegiatan dalam rangka menghimpun dan menyebarkan
pengetahuan, pencegahan dan penanggulangan penderitaan manusia, dan
mempromosikan setiap elemen kemajuan manusia. Selain
itu, fokus pada pengembangan pendidikan kesehatan masyarakat dengan
menganggap penyakit sebagai ”hal yang paling parah dalam hidup manusia dan
sumber utama hampir semua penyakit manusia lainnya, termasuk kemiskinan,
kejahatan, kelemahan moral, inefisiensi”. Mereka
melihat penyakit sebagai salah satu penyebab utama kemiskinan dan stagnasi
ekonomi sehingga upaya memperbaiki kesehatan merupakan salah satu syarat
terpenting untuk pengembangan ekonomi lebih lanjut. Upaya
pencegahan dan pendidikan kesehatan masyarakat jadi metode paling ekonomis
untuk memperbaiki kesehatan masyarakat perdesaan. Melibatkan masyarakat untuk
bekerja sama memperbaiki dan meningkatkan kehidupan mereka sendiri. Sejarawan
Sunil Amrith menyatakan, saat ini momen penting dalam pembentukan aliansi transnasional
dalam pekerjaan kesehatan masyarakat. Salah satu tokoh kedokteran 1920-an, Dr
Rasjid, juga menggunakan metafor biologis untuk menggambarkan komunitas
tradisional sebagai organisme. Ia
juga merekomendasikan ”cara berpikir medis pada tingkat sosial dan politik”,
yang berarti bahwa ”pengembangan lebih lanjut komunitas organik harus
didasarkan pada prinsip tatanan yang sudah ada dan mengatur mereka”. Dalam
hal ini, pendekatan medis dinilai paling sesuai untuk memahami dinamika
internal masyarakat dan para dokter adalah pemimpin alamiah mereka. Memimpin
di komunitas dan memilih gaya hidup yang lebih sederhana dan otentik. Dokter
Indonesia harus jadi tuas pengungkit pengembangan mutu penduduk. Dokter nasionalis Organisasi
kesehatan pada dasarnya membentuk salah satu dari pilar yang di masa depan
akan menjadi andalan dari bangunan negara yang lengkap. Para dokter
Indonesia, yang sebelumnya dokter nasionalis, sekarang adalah dokter
nasional, dokter medis yang bekerja di lembaga pemerintah. Lantaran
tak pernah gemar berpolitik selama masa penjajahan Belanda dan Jepang, elite
medis Indonesia menjadi sangat apolitis di era Indonesia merdeka. Selama era
Soekarno, mereka telah biasa berada dalam gejolak politik nasional, sementara
tetap terus mempertahankan otonomi profesional. Para
dokter nasional Indonesia menyadari, meskipun posisi sosial mereka meningkat
di tahun-tahun setelah kemerdekaan, keterlibatan politik yang dulu membuat
profesi medis istimewa kini benar-benar lenyap. Setelah tak lagi menjadi elite
subordinat dalam masyarakat kolonial, para dokter Indonesia memasuki dunia
global, di mana mereka masih menjadi subordinat, bahkan dalam urusan
kesehatan di negara sendiri. Kemerdekaan
profesi harus dapat mengembalikan profesi dokter seperti cita-cita para
pendiri negara. Perkembangan kesehatan global harus menempatkan dokter
Indonesia menjadi dokter nasionalis. Dokter
praktik mandiri/klinik swasta terlibat aktif dalam upaya kesehatan masyarakat
dan keterjangkauan akses pelayanan ke seluruh masyarakat. Selain itu, dokter
nasionalis terlibat dalam mendukung intervensi teknologi dan inovasi di
bidang farmasi. Dan
yang lebih penting lagi, jika negara menempatkan profesi dokter sebagai SDM
strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan menjadikan para
dokter referensi utama dalam mendiagnosis problem kesehatan dan penyakit
sosial serta mengambil langkah intervensi terapeutik yang tepat pada saat
pandemi sekarang ini, Indonesia diharapkan bisa segera terbebas dari pandemi. Kemerdekaan
profesi diharapkan juga mengembalikan kemandirian profesi dokter untuk
menyuarakan politik kesehatan, bukan lagi politisasi kesehatan. Politik
kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Juga
advokasi pembiayaan dengan meningkatkan alokasi pada subsistem upaya
preventif dan promotif, keterjangkauan akses pelayanan, serta optimalisasi
pembiayaan dengan memberikan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
maksimal. ● Sumber : https://www.kompas.id/baca/opini/2021/08/26/kemerdekaan-profesi-dokter-di-masa-pandemi/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar