Kemerdekaan
dalam Hiburan Garin Nugroho ; Sutradara dan Budayawan |
KOMPAS, 22 Agustus 2021
Usia
ke-76 kemerdekaan Indonesia membawa warga Indonesia dalam film-film di era
layanan over the top (OTT) langsung ke dalam rumah, ketika protokoler
Covid-19 tidak memungkinkan tontonan di luar rumah. Segalanya menjadi lewat
internet tanpa melalui satelit ataupun broadcaster. Sebuah era ketika 50
persen demografi penduduk Indonesia merupakan usia produktif yang akrab
dengan media digital, sebut saja era digital native, maka jangan heran
apabila terjadi kenaikan penggunaan internet lebih dari 150 persen. Era
OTT alias platform digital menjadikan masyarakat mengalami kemerdekaan
hiburan, yakni keleluasaan mengakses hiburan khususnya film dari rumah lewat
televisi, laptop hingga smartphone. OTT menjadikan masyarakat mampu mengakses
berbagai jenis tema, genre film dari berbagai negara. Dengan demikian, para
pembuat film mampu belajar serta mengapresiasi sinema global, ketika pada era
sebelumnya hal tersebut sulit terjangkau. Pada
sisi lain, produk-produk sinema Indonesia diberi ruang untuk memasarkan dalam
wilayah global, seperti yang terjadi pada Guru Guru Gokil, Ali & Ratu
Ratu Queens, dan A Perfect Fit. Data menunjukkan, ketika bioskop masih belum
mampu hadir di tengah pandemi, lebih dari 60 persen produksi film cerita
Indonesia ditayangkan di OTT global maupun lokal. OTT menjadi ruang apresiasi
sekaligus ruang produktivitas bagi sinema Indonesia dalam standardisasi yang
dituntut global. Nilai
lain yang sering terlupakan, terbukanya akses beragam film dengan beragam
tema dari beragam negara, menjadikan masyarakat belajar demokratisasi dalam
mengangkat tema serta karakter dalam film. Simaklah,
film-film dari negara dengan demokrasi yang matang, memberi kemerdekaan
mengangkat tokoh-tokoh dengan beragam latar belakang tanpa kekhawatiran
dikritik oleh kelompok tertentu, bahkan tokoh-tokoh penting politik dari
Presiden hingga DPR ataupun Partai, begitu leluasa menjadi bahan cerita.
Sebuah era pendidikan merdeka lewat film. Nilai
penting lain dari kemampuan mengakses keberagaman film, menjadikan warga,
meski berada di rumah, mampu belajar berbagai proses sejarah peradaban
berbagai bangsa lewat cerita-cerita yang disuguhkan, simak film terkait
sejarah awal Inggris yang dipenuhi kekerasan gangster dan konflik penuh
kekerasan antar kelompok agama, simak dinamika sejarah Korea Selatan dengan
Korea Utara ataupun sejarah era Shogun di Jepang. Sesungguhnya,
Era 76 tahun kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan platform digital dan
tumbuhnya generasi usia produktif yang akrab digital, menjadikan OTT sebagai
pustaka apresiasi film dunia dan ruang produktivitas sinema Indonesia ke
dunia. Pada
akhirnya, haruslah dicatat lewat kemerdekaan mengakses film-film dunia,
masyarakat Indonesia mampu berselancar membaca berbagai sejarah peradaban
berbagai bangsa yang menjadi pustaka besar untuk dipelajari. ● Sumber : https://www.kompas.id/baca/opini/2021/08/22/kemerdekaan-dalam-hiburan/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar