Bergegas
untuk Peradaban Abdul Kohar ; Dewan Redaksi Media Group |
MEDIA INDONESIA,
25 Agustus 2021
SUATU saat,
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjawab berondongan pertanyaan soal mengapa
pemerintahannya amat bernafsu membangun infrastruktur. Kata Jokowi,
setidaknya ada empat alasan kenapa ia menggenjot pengembangan infrastruktur
di Tanah Air. Namun, di antara alasan itu, Jokowi menandaskan, yang paling
utama ialah untuk membangun peradaban. "Perlu
saya sampaikan infrastruktur bukan hanya fisik, melainkan banyak hal yang
akan muncul dan berkembang karena dibangunnya infrastruktur, terutama
membangun peradaban. Ini yang sering tidak kita sadari," ujar Jokowi
saat meresmikan terminal Bandara Kuabang di Kabupaten Halmahera Utara,
Provinsi Maluku Utara, beberapa waktu lalu. Membangun
jalan, misalnya, sama dengan membangun peradaban. "Bayangkan misalnya dulu
sebelum ada jalan dari Halmahera Utara menuju ke Sofifi, kita harus jalan
kaki. Sekarang setelah jalannya ada, berarti bisa naik bus, sepeda motor,
bisa naik mobil, membangun peradaban baru," kata Jokowi. Alasan lain
Jokowi membangun infrastruktur ialah membangun daya saing agar bisa
berkompetisi dengan negara-negara lain ini. Alasan ketiga, mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Alasan keempat, untuk
menyatukan antardaerah, antarprovinsi, antarpulau, dan antarwilayah. Tidak mengherankan
bila selama pemerintahannya, Jokowi melipatgandakan pembangunan jalan tol.
Sejak tol Jagorawi beroperasi pada 1978 hingga 2014, total panjang jalan tol
kita kurang dari 800 kilometer. Namun, hanya dalam kurun kurang dari tujuh
tahun, panjang jalan tol yang beroperasi sudah hampir 2.500 kilometer. Belum
lagi pembangunan jalan umum yang sudah lebih dari 3.000 kilometer. Selain itu,
dalam lima tahun, pemerintahan Jokowi juga membangun 15 bendungan, 945
embung, 21.500 liter per detik air minum layak, 3.000 hektare penanganan
kumuh perkotaan, serta 9,87 juta KK sanitasi dan persampahan. Sebanyak tujuh
pos lintas batas negara juga telah dibangun serta 3,5 juta unit rumah. Toh, itu belum
ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Tiongkok. Negeri yang kini dipimpin
Xi Jinping itu sudah membangun 280 ribu kilometer jalan tol, juga ribuan
bendungan dan beragam infrastruktur mendasar lainnya. Tujuannya, apalagi
kalau bukan merengkuh puncak kejayaan peradaban dan ketangguhan daya saing.
Alhasil, dalam kurun dua dasawarsa terakhir, Amerika yang selalu menjadi
'pemimpin tunggal' dunia, kini nyaris terkejar Tiongkok. Maka, saya
tidak heran jika Amerika Serikat pun kian memacu negerinya dalam perlombaan
pembangunan peradaban tersebut. 'Paman Sam' tak ingin tercecer di belakang
Tiongkok. Awal Agustus ini pun Senat Amerika Serikat akhirnya meloloskan
paket infrastruktur bipartisan senilai US$1 triliun, yang merupakan agenda
utama pemerintahan Presiden Joe Biden. Dana
superjumbo tersebut (setara lebih dari Rp14 ribu triliun) akan dipergunakan
pemerintah Amerika untuk berinvestasi secara besar-besaran di sektor
infrastruktur dalam beberapa dekade ke depan, seperti pembangunan jalan,
jembatan, bandara, dan saluran air. Angka Rp14 ribu triliun itu hampir setara
dengan produk domestik bruto kita yang sekitar Rp16,5 ribu triliun. Bahkan, Senat
AS membuka kemungkinan untuk meloloskan paket lanjutan senilai US$3,5
triliun. Itu semua untuk merevitalisasi infrastruktur Amerika. "Untuk
pekerja kami, dunia usaha kami, yang menjadi bagian kesuksesan kami di abad
ke-21," kata Pimpinan Mayoritas Senat Chuck Schumer, seperti ditulis
CNBC International. Anggaran
superwow tersebut akan dipergunakan untuk memperbaiki jalan, kereta api,
angkutan umum, sistem saluran air dan jaringan listrik, serta broadband.
Kebijakan tersebut diyakini dapat meningkatkan geliat perekonomian dan
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, serta membuka jalan
bagi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran selama beberapa dekade, tanpa harus
menaikkan tarif pajak atau mengerek inflasi. Membangun
peradaban unggul memang butuh proses, perlu waktu, ikhtiar keras, dan konsisten.
Namun, bila variabel waktu itu bisa dipercepat, mengapa tidak? Seperti
kalimat retorik Jokowi, "Kalau biasanya kita kerjakan pagi sore demi
mengejar capaian bangsa lain, kenapa tidak kita kerjakan pagi malam?" Tiongkok
bergegas, kita bergegas, Amerika pun bergegas. Peradaban dan keunggulan pun
bakal mendekat. ● |
Sumber : https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/2234-bergegas-untuk-peradaban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar