Kemerdekaan,
Tunas Solidaritas dan Bangsa Pemenang Yaqut Cholil Qoumas ; Menteri Agama RI |
SINDONEWS, 19
Agustus 2021
"SEKARANG tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa
dan nasib Tanah Air di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani
mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan berdiri dengan kuatnya.” (Pidato Ir Soekarno saat Upacara Proklamasi Kemerdekaan RI, 17
Agustus 1945) Tanggal 17
Agustus lalu, kita baru saja merayakan HUT Kemerdekaan negeri tercinta yang
ke-76. Sebagai bangsa merdeka, kita patut bersyukur karena terhitung telah
tiga perempat abad lamanya Indonesia tetap mampu berdiri kokoh meski dibangun
di atas kemajemukan yang ada di dalamnya. Kita juga patut lega, meski dalam
perjalanannya bangsa ini diterpa dengan beragam gangguan baik dari dalam
maupun luar negeri, namun rintangan itu justru menjadi kekuatan untuk kian
mengokohkan persatuan. Spirit persatuan itulah yang sejak awal menjadi modal
utama rakyat Indonesia untuk memilih merdeka. Rakyat dari beragam latar
belakang rela menyamakan persepsi dan mengesampingkan ego pribadinya demi
masa depan bersama yang lebih baik. Pilihan itu
tentu bukan hal mudah. Namun seperti ditegaskan Ir Soekarno saat pidato
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, hanya dengan bersatu itulah
kemerdekaan akan bisa teraih. Tak pelak, rakyat dengan semangat keberanian
dan kerelaan bersama (mutual willingness) bahu membahu berjuang tak henti
demi mewujudkan kemerdekaan. Rakyat dari berbagai penjuru Nusantara meyakini
ikhtiar kemerdekaan itulah menjadi jalan utama untuk menentukan nasib diri
sendiri dan terbebas dari belenggu penjajahan. Hingga
kemerdekaan memasuki usia 76 tahun ini, semangat persatuan itu masih terjaga
dan terawat dengan baik. Rakyat dari Sabang hingga Merauke, dari Pulau
Miangas sampai Rote memiliki kesadaran bersama untuk merawat persatuan sampai
titik darah penghabisan. Namun di usia 76 tahun ini, tantangan bangsa
Indonesia kian besar dan kompleks. Pandemi Covid-19 yang telah menerpa bangsa
ini dalam 18 bulan terakhir membuat banyak lini kehidupan terkoyak. Upaya
penanganan telah banyak dilakukan dan hingga kini pun terus berkelanjutan.
Beberapa program seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM) yang hingga kini masih berlangsung juga berhasil menekan laju
sebaran kasus dalam beberapa bulan terakhir. Namun diakui, wabah global ini
telah menyebabkan dampak yang begitu luas, hingga memicu beragam persoalan
baru di tengah masyarakat. Situasi ini
patut menjadi keprihatinan, sekaligus tantangan kita bersama. Di tengah
tugas bangsa yang tak enteng ini, tentu meniscayakan hadirnya semangat
kerelaan bersama sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh para pendiri bangsa
ini demi mewujudkan terbebasnya dari jerat penjajah. Kerelaan bersama ini
membutuhkan kesatuan niat, kebulatan tekad dan kesamaan sikap. Dengan modal
ini, maka ego - ego kelompok atau bersifat sektoral wajib dikesampingkan demi
tercapainya tujuan yang lebih memberi manfaat banyak dan mulia. Kerelaan
bersama ini juga akan mampu menumbuhkan sikap solidaritas, gotong royong,
kolaboratif, dan sinergisitas. Selama pandemi melanda Indonesia beberapa
bulan terakhir, kita melihat semangat-semangat positif itu tumbuh luar biasa
di tengah masyarakat. Berbekal fakta ini, kita yakin pandemi yang kini
menjadi tantangan bangsa Indonesia akan bisa tertangani. Kita menyadari bahwa
bangsa Indonesia masih banyak memiliki keterbatasan, baik anggaran, sumber
daya manusia, teknologi dan lain sebagainya. Namun itu bukanlah akhir dari
segalanya. Tunas-tunas solidaritas yang terus tumbuh subur saat ini menjadi
kekuatan baru untuk membantu pemerintah dalam menangani wabah global
tersebut. Kita memiliki
optimisme baru bahwa Indonesia, negara kita tercinta ini adalah negara kuat
yang sarat pengalaman karena dibekali semangat-semangat positif sejak pra
kemerdekaan dan terus hidup hingga kini. Budaya dan tradisi yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kebersamaan dan keselamatan jiwa bersama juga menjadi
penopang kokohnya persatuan dan kesatuan anak bangsa. Diakui, pandemi yang belum
sepenuhnya berhenti ini pada sisi lain memang memuarakan adanya sekelompok
pihak yang berpikir picik di tengah masyarakat. Namun, kerikil-kerikil
perusak tatanan kehidupan bangsa ini kita yakini akan bisa tersapu bersih
dengan kesamaan niat, tekad dan sikap mayoritas warga bangsa. Kemampuan Indonesia
mempertahankan Kemerdekaan hingga 76 tahun ini jelas bisa dimaknai sebagai
bukti sebagai bangsa yang tangguh. Lebih dari itu, kepiawaian rakyat
melewati berbagai ujian bangsa dalam puluhan tahun itu juga menunjukkan
bahwa bangsa ini bukanlah tipikal mudah menyerah. Dengan keyakinan ini, maka
gelombang tinggi pandemi yang dalam dua bulan terakhir mengguncang Indonesia,
misalnya, bukanlah akhir dari segalanya. Lewat program PPKM dan keterlibatan
aktif tokoh agama, tokoh masyarakat, aparat dan masyarakat luas, perlahan
gelombang tinggi itu perlahan dapat dikendalikan. Dalam perspektif positif,
gelombang besar Covid-19 saat ini mampu keluar dari terjangan gelombang
Covid membalikkan situasi menjadi lebih baik. Peran
Efektif Tokoh Agama Ujian besar yang tengah
dihadapi bangsa Indonesia saat ini, jelas tak mungkin akan dihadapi
pemerintah sendiri. Ikhtiar-ikhtiar lahiriah yang diusung oleh pemerintah
tentu membutuhkan keseimbangan dari aspek spiritual dan kultural. Pada posisi
ini, peran aktif para tokoh agama menjadi sentral untuk bahu membahu agar
wabah yang hakikatnya diturunkan oleh Tuhan itu bisa segera teratasi. Di sisi lain, tokoh agama
juga memiliki posisi strategis di tengah masyarakat dalam kerangka
menerjemahkan pesan atau kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah. Kerelaan dan keikhlasan
yang ditambah dengan kekuatan pengaruh serta kedekatan dengan jamaahnya,
menjadikan para tokoh agama selama ini terbukti sangat efektif dalam
menyosialisasikan protokol kesehatan (prokes) 5 M, misalnya, yakni memakai
masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi
mobilitas. Upaya menggandeng aktif
para tokoh agama ini juga telah dan terus dilakukan Kementerian Agama
(Kemenag). Tak hanya pada penekanan penerapan prokes 5 M, para tokoh ini juga
terlibat aktif dalam kesuksesan kebijakan PPKM seperti pengaturan dalam
peribadatan, keberlangsungan pendidikan, kegiatan keagamaan dan lain
sebagainya. Bahkan, kini, para tokoh agama juga dilibatkan dalam upaya
penyuksesan program vaksinasi massal seperti yang menyasar kalangan
pesantren, jamaah pengajian, jemaat gereja, pura dan lain sebagainya. Upaya strategis lain yang
terus dilakukan oleh Kemenag adalah mengoptimalkan peran penyuluh agama yang
totalnya mencapai 50.000 orang. Penyuluh agama ini sangat efektif di lapangan
karena mereka menyasar dan berinteraksi langsung dengan masyarakat sehingga
bisa melihat masalah secara faktual. Sebagai bentuk solidaritas
terhadap warga terdampak Covid, para pegawai Kemenag juga menyisihkan gaji
untuk membantu masyarakat yang sangat membutuhkan. Sikap gotong royong dengan
penuh kerelaan hati ini terbukti menjadi kekuatan luar biasa dalam membantu
menangani pandemi Covid-19 saat ini. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar