Membaca
Dinamika Geopolitik Global
Wahyu Widji Pamungkas ; Kabag Humas Rohumas Settama
Lemhannas RI
|
MEDIA
INDONESIA, 06 April 2017
MENGUTIP
pernyataan Ir Sukarno, Presiden Pertama RI, dalam pidato peresmian
Lemhannas RI 20 Mei 1965, bahwa: “...Kita
tidak harus mengetahui hal bedil, hanya mengetahui hal mesiu, hanya
mengetahui hal susunan sesuatu angkatan, Tidak. Ini adalah harus satu
pengetahuan yang multikompleks, sebagai tadi kukatakan bahwa geopolitik pun
sebenarnya adalah kumpulan daripada pengetahuan-pengetahuan.... ...Sesuatu
pertahanan nasional hanyalah benar-benar kuat jikalau berdiri di atas
karakteristik daripada bangsa sendiri, tanah air sendiri. Dan pengetahuan
mengenai bangsa sendiri, tanah air sendiri, itulah yang dinamakan
geopolitik....” menyiratkan pemahaman dan pandangan akan geopolitik suatu
bangsa yang terartikulasi dalam setiap kebijakan, menggambarkan kapasitas dan
kapabilitasnya dalam menjamin keberadaan bangsa atas ruang hidup wilayah
yang dimilikinya. Artinya, keberlangsungan hidup dan eksistensi suatu bangsa
didasarkan pemahaman dan penguasaan bangsa itu terhadap konteks wilayah
geografis dan lingkungan sekitar yang didiaminya.
Dinamika geopolitik
Kehidupan
suatu bangsa berada di antara kehidupan bangsa-bangsa lain sebagai suatu
entitas lingkungan hidup antarbangsa yang lebih besar. Faktanya setiap
perubahan yang terjadi menyangkut kehidupan suatu bangsa dapat memengaruhi
kehidupan bangsa-bangsa di kawasan yang lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan demikian setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia,
harus pula mampu memahami dinamika geopolitik kawasan yang terjadi sebagai
suatu modal pandangan geopolitik baik kawasan maupun global. Dari pandangan
geopolitik itulah mestinya setiap kebijakan bangsa teradaptasi sehingga
mencapai manfaat optimal bagi kepentingan bangsa itu. Pusaran geopolitik baik
kawasan maupun global yang semakin kompleks telah memunculkan berbagai
ketidakpastian yang menyulitkan penentuan kebijakan bagi suatu bangsa. Oleh
karena itu, dalam konteks kepentingan bangsa Indonesia, hal ini harus
dihadapi bersama dalam satu kesatuan pandangan dan persepsi yang didasarkan
pada pengetahuan geopolitik bangsa dan tanah air sendiri.
Selanjutnya,
bila dicermati secara saksama, esensi dasar dinamika geopolitik yang
mengemuka saat ini sesungguhnya belum bergeser dari motif penguasaan ruang
hidup untuk mendapatkan SDA dalam rangka dominasi ekonomi, seperti yang
terjadi di era berkembangnya kolonialisme dahulu. Apabila dibandingkan
dengan dinamika geopolitik kontemporer, kini lebih banyak diwarnai persaingan
dan kerja sama antarbangsa yang akan memengaruhi kebijakan–kebijakan nasional
di negara masing–masing di berbagai bidang (seperti politik, ekonomi, dan
militer). Oleh karena itu, sesungguhnya hal ini mendorong terjadinya
persaingan antarbangsa yang lebih tajam, dinamis, dan semakin kompleks.
Salah
satu hal penting dan mendasar dalam geopolitik kontemporer ialah kenyataan
bahwa geopolitik global dan kawasan selalu memiliki benang merah dengan isu
energi. Isu energi sangat terkait dengan keamanan energi. Makin banyaknya
negara yang bergantung pada energi yang diimpor membuat mereka mempunyai
kepentingan mengamankan pasokan energi mulai hulu hingga hilir di tengah
kondisi dunia yang penuh berbagai pergolakan. Sementara itu, pemanasan global
telah memengaruhi perubahan iklim yang mengakibatkan dampak negatif
lingkungan yang terus meluas di berbagai belahan dunia. Meningkatnya
intensitas bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan sebagai dampak
perubahan iklim juga memengaruhi kehidupan sosial dan ketersediaan pangan
dunia. Kini, isu-isu lingkungan yang muncul telah membentuk cara pandang dan
sikap berbeda-beda. Tidak jarang dalam proses mencari solusi permasalahan
itu, terjadi pertikaian antara satu negara dan negara lainnya demi
kepentingan masing-masing.
Sikap dan cara pandang RI
Dengan
menelaah dan menyikapi geopolitik kontemporer dalam menghadapi isu pangan,
air, dan energi, RI harus menyadari posisi, konstelasi, dan kondisi geografis
Indonesia telah memikat bangsa-bangsa lain di dunia. Potensi SDA yang
berlimpah menjadikan RI rentan terhadap perebutan ruang pengaruh oleh
negara-negara di dalam kawasan dan ekstra kawasan untuk memenuhi
ketersediaan pangan dan energi bangsanya. Oleh karena itu, Indonesia harus
cerdas dan bijak dalam menyikapi dinamika geopolitik yang berkembang dewasa
ini. Indonesia harus memiliki wawasan untuk menjadi landasan konseptual yang
dapat mencerminkan baik cara pandang maupun pemikiran tentang diri dan
lingkungannya dalam upaya mencapai tujuan dan cita-cita nasional seperti
tertuang dalam Pembukaan UUD NRI 1945.
Cara
pandang itu dikenal sebagai Wawasan Nusantara yang merefleksikan dimensi
pemikiran mendasar bangsa Indonesia yang mencakup dimensi kewilayahan
sebagai suatu realitas dan dimensi kehidupan, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara sebagai suatu fenomena hidup. Kedua dimensi pemikiran itu merupakan
keterpaduan pemikiran dalam dinamika kehidupan pada seluruh aspek kehidupan
nasional yang berlandaskan Pancasila, dan bercirikan prinsip yang
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam konteks ketahanan nasional
sebagai suatu kondisi sekaligus konsepsi pembangunan nasional, pandangan
geopolitik bangsa Indonesia harus senantiasa mampu mengantisipasi dinamika
geopolitik baik kawasan maupun global sebagai peluang dan tantangan untuk
mewujudkan kepentingan nasional Indonesia.
Jakarta Geopolitical Forum
Cara
pandang inilah yang melatarbelakangi pemikiran mengapa Lembaga Ketahanan
Nasional RI menggagas event penyelenggaraan forum diskusi internasional yang
disebut Jakarta Geopolitical Forum (JGF) pada 18-20 Mei 2017. Event ini
diharapkan mampu menjadi media akademis untuk bertukar pikiran bagi para ahli
geopolitik dunia dalam mengartikulasikan pemahaman dinamika geopolitik baik
kawasan maupun global yang berkembang dan pengaruhnya dalam persaingan
antarnegara pada satu kawasan maupun antarkawasan.
Forum
itu juga bertujuan mendapatkan rumusan teoretis tentang dinamika geopolitik
kawasan dan global yang memengaruhi eksistensi dan kepentingan nasional
setiap negara, utamanya Indonesia, baik dalam lingkup regional dan global.
Kegiatan itu juga diharapkan dapat memberikan pencerahan dan gambaran yang
komprehensif tentang geopolitik sehingga bisa digunakan sebagai rujukan dalam
penyusunan rencana strategis yang antisipatif terhadap dinamika geopolitik
global. Kegiatan Jakarta Geopolitical Forum 2017 yang pertama ini,
mengangkat tema besar Geopolitics in a changing world, dengan isu-isu
strategis yang diangkat di antaranya keamanan dan perdamaian dunia, ekonomi
global, dan sosial-kemanusiaan. Narasumber yang dihadirkan representasi
ahli geopolitik dari negara-negara di berbagai kawasan dunia, yaitu AS,
Kanada, Australia, Tiongkok, Jepang, India, Belanda, Inggris, Rusia,
Norwegia, Austria, Belgia, Turki, dan Mesir. Dengan berbagai pandangan dan
pemikiran dari para geopolitikus yang hadir pada Jakarta Geopolitical Forum,
tentunya akan muncul sebuah konsep pemahaman geopolitik global yang
komprehensif. Hal itu menjadi penting dan bermanfaat bagi RI merumuskan
kebijakan nasional dalam memperkuat ketahanan nasional dan sekaligus mengamankan
kepentingan nasional Indonesia. ●
|
( Maaf, masih dalam
versi asli,belum di-edit )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar