Siap
Menang dan Siap Kalah
Yusa Djuyandi ; Dosen Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
|
MEDIA
INDONESIA, 19 April 2017
PELAKSANAAN putaran kedua pilkada DKI Jakarta hari ini
dilaksanakan. Hasil dari pemilihan pada putaran kedua ini menentukan siapa
sosok yang akan terpilih menjadi pemimpin di Provinsi DKI Jakarta selama
periode 2017-2022. Atmosfer persaingan politik pada perhelatan pilkada DKI
Jakarta kali ini memang dapat dikatakan panas. Penyebabnya ialah persaingan
dalam memenangkan pasangan calon (paslon) tidak hanya terkait dengan adu
gagasan atau program. Di akar rumput, isu-isu nonkonseptual berkembang dan
mengalir sangat deras, seperti halnya isu agama, etnik, dan penghentian
program bagi masyarakat yang memilih calon tertentu.
Apa yang akan terjadi jika melihat adanya masalah itu?
Jawabannya ialah pilihan masyarakat akan ditentukan adanya unsur fear factor.
Masyarakat takut memilih calon tertentu karena akan bersinggungan dengan
kelompok masyarakat agama yang akan mempermasalahkan pengurusan pelayanan
terkait dengan urusan keagamaan. Di sisi lain masyarakat juga takut memilih
karena tidak akan lagi menikmati fasilitas yang selama ini mereka dapatkan.
Berlangsungnya kondisi itu jelas memberikan ancaman terhadap proses demokrasi
yang sudah terbangun sebab masyarakat tidak lagi dapat memilih kandidat
sesuai dengan hati nurani mereka. Panasnya persaingan politik pada pilkada
DKI Jakarta juga banyak diketahui masyarakat luas, tidak hanya nasional,
bahkan internasional. Persoalan ini yang diharapkan tidak berlanjut
pascapilkada.
Kemenangan
Siapa pun yang bersaing dalam sebuah kompetisi politik
pasti menginginkan kemenangan. Itu bukan hanya berlaku bagi paslon kepala
daerah dan tim suksesnya, melainkan juga bagi para pendukung. Bagi para
sukarelawan, sebagian besar dari mereka bergerak atas dasar hati nurani dan
keyakinan calon yang mereka usung memberikan perubahan dan kebaikan bagi
masyarakat. Dalam sebuah kontestasi politik, dukungan kelompok atau
sukarelawan memberikan dampak sangat penting bagi paslon kepala daerah.
Mereka tidak hanya menjadi penyemangat layaknya suporter sepak bola, tetapi
juga dapat menjadi penentu kemenangan. Gerakan mereka yang bersifat sukarela
dan didasarkan keyakinan terhadap calon yang di usung, mendorong mereka
bekerja layaknya bola salju, yang ketika di atas masih kecil kemudian
meluncur ke bawah bentuknya semakin besar.
Kemenangan bagi calon kepala daerah, tim sukses, dan
kelompok sukarelawan perlu diraih dengan kerja keras dan usaha yang optimal.
Akan tetapi, indikator itu tidak boleh dilepaskan dari strategi politik yang
bijak, kemenangan harus diraih dengan cara yang baik. Hal yang perlu dicamkan
ialah kemenangan yang diraih dalam persaingan politik ialah untuk kebaikan
semua masyarakat, sebagaimana politik menurut Aristoteles ialah for the goodness of society. Melakukan
cara-cara yang baik dalam memperoleh kemenangan dapat membuat pengorbanan
politik menjadi sangat berharga sebab menang atau kalah, banyak pihak akan
tetap memberikan apresiasi positif atas upaya bersama menjalankan prinsip
fair play. Akan tetapi, sebaliknya sebuah kemenangan akan menjadi tidak
bermakna jika dilakukan melalui cara-cara tidak baik, seperti black campaign
atau fitnah politik, serta menyinggung soal agama pihak lain yang pada
akhirnya menimbulkan konflik. Meski pada umumnya persaingan pilkada selalu
panas hingga pada saat pemilihan, bukan berarti hal itu akan berhenti ketika
sudah ada pemenang. Apabila panasnya persaingan politik hanya terkait dengan
program kerja dan perolehan suara, persoalan itu dapat berhenti hingga pada
saat keluar pemenang.
Peran calon kepala daerah
Upaya untuk mengantisipasi terjadinya potensi konflik
antarmassa pendukung bukan hanya tugas aparat kepolisian. Peran utama dan
terpenting ialah pada paslon kepala daerah yang bersaing pada pilkada DKI Jakarta.
Para paslon kepala daerah harus memiliki kemampuan mengendalikan diri dan
massa pendukung mereka untuk tidak melontarkan ucapan-ucapan yang menyulut
emosi pihak lawan atau masyarakat. Calon kepala daerah juga diharapkan
mengontrol dan meminta pendukung mereka meraih kemenangan dengan cara-cara
yang baik.
Calon kepala daerah memainkan peran sangat penting dalam
setiap perhelatan pilkada, terutama dalam mendorong para pendukung mereka
untuk selalu menjaga perilaku dalam kehidupan berpolitik. Sosok calon kepala
daerah ialah anutan yang sikap dan ucapannya menjadi rujukan pengikutnya.
Dalam kasus pilkada DKI Jakarta, apresiasi perlu diberikan kepada paslon yang
mampu mengontrol masyarakat pendukungnya meredakan isu-isu agama atau etnik.
Apabila paslon tidak bisa memberikan arah dan contoh yang baik, bukan tidak
mungkin hal itu akan diikuti para pendukungnya, bahkan hingga pada saat
pascapilkada. Dalam contoh kasus pilkada di beberapa daerah dapat ditemukan
konflik pilkada yang masih berlanjut meski pemenang telah ditetapkan. Apa
yang dikhawatirkan ialah kehidupan masyarakat pascapilkada akan terganggu.
Tidak hanya itu, munculnya konflik pascapilkada juga meruntuhkan proses
kedewasaan berpolitik yang sudah dibangun dengan susah payah.
Penting pula bagi paslon yang ikut serta dalam kontestasi
pilkada untuk ingat janji mereka sebelum mencalonkan diri. Janji itu ialah
siap menerima hasilnya, baik menang maupun kalah. Siapa pun akan merasa
kecewa jika menerima kekalahan, tetapi jati diri seorang pemenang dan petarung
profesional ialah dewasa menerima kekalahan. Apa yang telah diikrarkan para
paslon juga seharusnya tidak sekadar wacana. Harus dibuktikan melalui sikap
dan tindakan. Tindakan paslon itulah yang akan dilihat pendukung maupun
relawan mereka. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar