Sabtu, 10 Januari 2015

Siapa di Balik Serangan Paris?

Siapa di Balik Serangan Paris?

Musthafa Abd Rahman  ;   Wartawan Kompas (dari Kairo, Mesir)
KOMPAS,  10 Januari 2015

                                                                                                                       


TINDAKAN Hamyd Mourad (18), salah seorang yang diduga terlibat dalam penyerangan kantor mingguan satire Charlie Hebdo di Paris, Perancis, menyerahkan diri ke polisi, Rabu (7/1) malam, bisa membantu mengurai tirai jaringan yang berada di balik serangan tersebut.

Mourad, yang usianya paling muda dari ketiga penyerang tersebut, berasal dari Reims, kota di timur laut Perancis. Ia ternyata masih memiliki hubungan keluarga dengan dua tersangka kakak beradik Cherif Kouachi (32) dan Said Kouachi (34) yang kini masih buron.

Beredar dugaan, otak dan arsitek serangan yang menewaskan 12 orang, termasuk delapan kartunis, editor, dan kolumnis Charlie Hebdo, itu adalah Cherif Kouachi.

Cherif sudah dikenal sebagai aktivis jihadis oleh Badan Anti Teroris Perancis. Dia pernah ditangkap setelah dituduh terlibat dalam jaringan pengiriman jihadis ke Irak pada tahun 2008.

Cherif lahir di Paris pada 28 November 1982. Ia memiliki kewarganegaraan Perancis dan dikenal dengan julukan Abu Hasan. Ia anggota jaringan yang dipimpin Amir Hufarid Betinu. Jaringan itu bertugas mengirim jihadis dari Perancis dan negara Eropa lain ke Irak untuk bergabung dengan Tanzim Al Qaeda yang saat itu dipimpin Abu Musab al-Zarqawi.

Cherif ditangkap sebelum berangkat ke Suriah kemudian ke Irak tahun 2008, dan divonis hukuman 3 tahun penjara. Namun, setelah 18 bulan dipenjara, dia dibebaskan.

Tak lama setelah keluar dari penjara, yakni tahun 2010, Cherif terlibat upaya untuk melarikan tokoh radikal asal Aljazair, Ismail Ali Abul Qasim, dari penjara Perancis. Abul Qasim adalah anggota kelompok Islamis bersenjata di Aljazair.

Abul Qasim lari dari Aljazair ke Perancis setelah militer Aljazair menggagalkan hasil pemilu parlemen Aljazair tahun 1991 yang dimenangi Partai Penyelamat Islam (FIS).

Di Perancis, Abul Qasim dijatuhi vonis hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan Perancis tahun 2002. Ia dinyatakan bersalah terlibat dalam penyerangan salah satu stasiun kereta api di Paris pada 1995, yang menyebabkan 30 orang terluka.

Cherif dikenal dekat dengan aktivis Islamis Perancis yang dikenal dengan nama Jameel Begal. Jameel divonis hukuman 10 tahun penjara dengan dakwaan berencana melakukan berbagai serangan di Perancis.

Cherif pernah dituduh melakukan latihan bersama Jameel untuk melancarkan serangan atas sejumlah sasaran di Perancis. Namun, belakangan dia dibebaskan dari tuduhan bergabung dengan Jameel.

Berbagai spekulasi kini beredar tentang latar belakang serangan terhadap kantor mingguan satire yang kerap menyindir sejumlah pemimpin agama dan politik dari berbagai aliran dan ideologi itu.

Di antara spekulasi tersebut, serangan itu sebagai aksi balas dendam atas pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW yang dimuat beberapa kali di mingguan tersebut. Tindakan itu membuat marah umat Islam di berbagai pelosok dunia.

Spekulasi lain, serangan terhadap kantor mingguan Charlie Hebdo itu sebagai aksi balas dendam atas intervensi militer Perancis di Timur Tengah dan Afrika. Di antara intervensi militer Perancis itu adalah pengiriman pasukan militer ke Mali pada tahun 2013 untuk menumpas kelompok radikal yang saat itu sempat menguasai sebagian besar wilayah negara Mali dan hampir mencapai ibu kota Bamako.

Charlie Hebdo dikenal pendukung kuat intervensi militer Perancis untuk menumpas kelompok radikal di Afrika dan Timur Tengah. Bahkan, belum lama ini muncul spekulasi tentang kemungkinan Perancis melakukan intervensi militer di Libya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar