Siapa
di Balik Serangan Paris?
Musthafa Abd Rahman ; Wartawan Kompas (dari Kairo, Mesir)
|
KOMPAS, 10 Januari 2015
TINDAKAN
Hamyd Mourad (18), salah seorang yang diduga terlibat dalam penyerangan
kantor mingguan satire Charlie Hebdo di Paris, Perancis, menyerahkan diri ke
polisi, Rabu (7/1) malam, bisa membantu mengurai tirai jaringan yang berada
di balik serangan tersebut.
Mourad, yang
usianya paling muda dari ketiga penyerang tersebut, berasal dari Reims, kota
di timur laut Perancis. Ia ternyata masih memiliki hubungan keluarga dengan
dua tersangka kakak beradik Cherif Kouachi (32) dan Said Kouachi (34) yang
kini masih buron.
Beredar
dugaan, otak dan arsitek serangan yang menewaskan 12 orang, termasuk delapan
kartunis, editor, dan kolumnis Charlie Hebdo, itu adalah Cherif Kouachi.
Cherif sudah
dikenal sebagai aktivis jihadis oleh Badan Anti Teroris Perancis. Dia pernah
ditangkap setelah dituduh terlibat dalam jaringan pengiriman jihadis ke Irak
pada tahun 2008.
Cherif lahir
di Paris pada 28 November 1982. Ia memiliki kewarganegaraan Perancis dan
dikenal dengan julukan Abu Hasan. Ia anggota jaringan yang dipimpin Amir
Hufarid Betinu. Jaringan itu bertugas mengirim jihadis dari Perancis dan
negara Eropa lain ke Irak untuk bergabung dengan Tanzim Al Qaeda yang saat
itu dipimpin Abu Musab al-Zarqawi.
Cherif
ditangkap sebelum berangkat ke Suriah kemudian ke Irak tahun 2008, dan
divonis hukuman 3 tahun penjara. Namun, setelah 18 bulan dipenjara, dia
dibebaskan.
Tak lama
setelah keluar dari penjara, yakni tahun 2010, Cherif terlibat upaya untuk
melarikan tokoh radikal asal Aljazair, Ismail Ali Abul Qasim, dari penjara
Perancis. Abul Qasim adalah anggota kelompok Islamis bersenjata di Aljazair.
Abul Qasim
lari dari Aljazair ke Perancis setelah militer Aljazair menggagalkan hasil
pemilu parlemen Aljazair tahun 1991 yang dimenangi Partai Penyelamat Islam
(FIS).
Di Perancis,
Abul Qasim dijatuhi vonis hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan
Perancis tahun 2002. Ia dinyatakan bersalah terlibat dalam penyerangan salah
satu stasiun kereta api di Paris pada 1995, yang menyebabkan 30 orang
terluka.
Cherif
dikenal dekat dengan aktivis Islamis Perancis yang dikenal dengan nama Jameel
Begal. Jameel divonis hukuman 10 tahun penjara dengan dakwaan berencana
melakukan berbagai serangan di Perancis.
Cherif pernah
dituduh melakukan latihan bersama Jameel untuk melancarkan serangan atas
sejumlah sasaran di Perancis. Namun, belakangan dia dibebaskan dari tuduhan
bergabung dengan Jameel.
Berbagai
spekulasi kini beredar tentang latar belakang serangan terhadap kantor
mingguan satire yang kerap menyindir sejumlah pemimpin agama dan politik dari
berbagai aliran dan ideologi itu.
Di antara
spekulasi tersebut, serangan itu sebagai aksi balas dendam atas pemuatan kartun
Nabi Muhammad SAW yang dimuat beberapa kali di mingguan tersebut. Tindakan
itu membuat marah umat Islam di berbagai pelosok dunia.
Spekulasi
lain, serangan terhadap kantor mingguan Charlie Hebdo itu sebagai aksi balas
dendam atas intervensi militer Perancis di Timur Tengah dan Afrika. Di antara
intervensi militer Perancis itu adalah pengiriman pasukan militer ke Mali
pada tahun 2013 untuk menumpas kelompok radikal yang saat itu sempat
menguasai sebagian besar wilayah negara Mali dan hampir mencapai ibu kota
Bamako.
Charlie Hebdo
dikenal pendukung kuat intervensi militer Perancis untuk menumpas kelompok
radikal di Afrika dan Timur Tengah. Bahkan, belum lama ini muncul spekulasi
tentang kemungkinan Perancis melakukan intervensi militer di Libya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar