Maulid
Nabi dan Tahun Baru
Masduri ; Pengelola Laskar Ambisius (LA); Akademikus
Teologi dan Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel
Surabaya
|
KORAN
TEMPO, 06 Januari 2015
Kelahiran Muhammad pada 12 Rabiul Awal menjadi titik baru
kebangkitan peradaban umat manusia. Barbarisme masyarakat Arab kala itu sirna
dalam waktu cepat. Wajar bila kemudian Michael H. Hart dalam The 100: A
Ranking of the Most Influential Persons in History menempatkan Muhammad pada
posisi teratas sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia. Karena
Muhammad tidak hanya melakukan gerakan revolusi teologis sebagai tanggung
jawab kenabiannya, tapi juga menjalankan revolusi sosiologis sebagai gerakan
bersama dalam kerangka pembangunan peradaban manusia yang mencerahkan. Misi
kehadiran Islam sebagai rahmat bagi semesta mengandaikan dua gerakan
sekaligus, yakni gerakan teologis dan gerakan sosiologis.
Lalu mengapa penting Maulid Nabi dirayakan? Kita penting
merayakan tahun baru sebagai refleksi bersama guna menemukan kesadaran baru
bahwa gerakan dunia terus dinamis. Seperti bahasa Aristoteles yang menyebut
waktu sebagai yang kontinum, yang selalu dikaitkan dengan gerakan. Bila waktu
yang hadir pada kita tidak melahirkan gerakan, barangkali itu yang disebut
kematian dalam bahasa Muhammad Iqbal: ketidakmampuan manusia menunjukkan
eksistensi diri adalah kematian sejati. Eksistensi adalah manifestasi dari
gerakan revolusioner. Sebab itulah Maulid Nabi dan tahun baru menemukan
relevansi sebagai konsolidasi kesadaran dan semangat baru guna menjalankan
tanggung jawab kemanusiaan yang dititahkan Tuhan dalam ajaran agama-Nya.
Manusia harus selalu membangun semangat revolusi. Hanya
gerakan revolusioner yang mampu melahirkan ketercerahan hidup yang dinamis.
Kita penting memantapkan langkah dan semangat dengan melakukan banyak
refleksi terhadap beragam peristiwa penting, seperti Maulid Nabi dan tahun
baru. Peristiwa menyadarkan kita akan banyak hal, baik sebagai ibra masa lalu
sekaligus proyeksi masa depan. Karena teologi, menurut Hassan Hanafi,
merupakan proyeksi manusia tentang hidup dan masa depannya. Maka setiap
gagasan yang dilontarkan Hassan Hanafi selalu menekankan rekonstruksi
teologi, dari teosentris ke antroposentris, agar misi kehadiran Islam sebagai
rahmat bagi semesta dapat terealisasi.
Maulid Nabi dan tahun baru meneguhkan ingatan kita akan
pentingnya menjaga semangat kemanusiaan tersebut. Perayaan kita tentang dua
peristiwa penting ini adalah upaya bersama menjaga keistikamahan diri agar
tak lupa akan sejarah dan waktu. Perjalanan kehidupan masih sangat panjang,
sepanjang angan manusia yang tak ada putusnya. Maka Tuhan harus selalu
dihadirkan dalam hidup kita. Sebab, hanya kepada-Nya kita menyembah, meminta,
dan berserah diri. Ibnu Arabi melalui wahdatul wujud-nya, memantapkan
keyakinan kita ihwal ajaran Nabi Muhammad, bahwa Tuhan adalah sumber dari
segala pengharapan, seperti yang kita inginkan pada setiap awal tahun. Karena
setiap yang ada dalam semesta adalah manifestasi Tuhan. Begitu kata Ibu
Arabi. Kita hanya perlu memantapkan harapan, langkah, dan doa. Tuhan adalah
segalanya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar