Sabtu, 10 Januari 2015

Maulid Nabi dan Tahun Baru

Maulid Nabi dan Tahun Baru

Masduri  ;   Pengelola Laskar Ambisius (LA); Akademikus Teologi dan Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya
KORAN TEMPO,  06 Januari 2015

                                                                                                                       


Kelahiran Muhammad pada 12 Rabiul Awal menjadi titik baru kebangkitan peradaban umat manusia. Barbarisme masyarakat Arab kala itu sirna dalam waktu cepat. Wajar bila kemudian Michael H. Hart dalam The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History menempatkan Muhammad pada posisi teratas sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia. Karena Muhammad tidak hanya melakukan gerakan revolusi teologis sebagai tanggung jawab kenabiannya, tapi juga menjalankan revolusi sosiologis sebagai gerakan bersama dalam kerangka pembangunan peradaban manusia yang mencerahkan. Misi kehadiran Islam sebagai rahmat bagi semesta mengandaikan dua gerakan sekaligus, yakni gerakan teologis dan gerakan sosiologis.

Lalu mengapa penting Maulid Nabi dirayakan? Kita penting merayakan tahun baru sebagai refleksi bersama guna menemukan kesadaran baru bahwa gerakan dunia terus dinamis. Seperti bahasa Aristoteles yang menyebut waktu sebagai yang kontinum, yang selalu dikaitkan dengan gerakan. Bila waktu yang hadir pada kita tidak melahirkan gerakan, barangkali itu yang disebut kematian dalam bahasa Muhammad Iqbal: ketidakmampuan manusia menunjukkan eksistensi diri adalah kematian sejati. Eksistensi adalah manifestasi dari gerakan revolusioner. Sebab itulah Maulid Nabi dan tahun baru menemukan relevansi sebagai konsolidasi kesadaran dan semangat baru guna menjalankan tanggung jawab kemanusiaan yang dititahkan Tuhan dalam ajaran agama-Nya.

Manusia harus selalu membangun semangat revolusi. Hanya gerakan revolusioner yang mampu melahirkan ketercerahan hidup yang dinamis. Kita penting memantapkan langkah dan semangat dengan melakukan banyak refleksi terhadap beragam peristiwa penting, seperti Maulid Nabi dan tahun baru. Peristiwa menyadarkan kita akan banyak hal, baik sebagai ibra masa lalu sekaligus proyeksi masa depan. Karena teologi, menurut Hassan Hanafi, merupakan proyeksi manusia tentang hidup dan masa depannya. Maka setiap gagasan yang dilontarkan Hassan Hanafi selalu menekankan rekonstruksi teologi, dari teosentris ke antroposentris, agar misi kehadiran Islam sebagai rahmat bagi semesta dapat terealisasi.

Maulid Nabi dan tahun baru meneguhkan ingatan kita akan pentingnya menjaga semangat kemanusiaan tersebut. Perayaan kita tentang dua peristiwa penting ini adalah upaya bersama menjaga keistikamahan diri agar tak lupa akan sejarah dan waktu. Perjalanan kehidupan masih sangat panjang, sepanjang angan manusia yang tak ada putusnya. Maka Tuhan harus selalu dihadirkan dalam hidup kita. Sebab, hanya kepada-Nya kita menyembah, meminta, dan berserah diri. Ibnu Arabi melalui wahdatul wujud-nya, memantapkan keyakinan kita ihwal ajaran Nabi Muhammad, bahwa Tuhan adalah sumber dari segala pengharapan, seperti yang kita inginkan pada setiap awal tahun. Karena setiap yang ada dalam semesta adalah manifestasi Tuhan. Begitu kata Ibu Arabi. Kita hanya perlu memantapkan harapan, langkah, dan doa. Tuhan adalah segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar