2015, Saatnya
Jihad Pertanian dan Maritim
Baddrut Tamam ; Ketua Fraksi PKB DPRD Jawa Timur
|
JAWA
POS, 31 Desember 2014
MEMBACA
data statistik kondisi ekonomi makro Jawa Timur (Jatim) selama periode 2009
sampai 2014, memang cukup menggembirakan. Tren pertumbuhan ekonomi Jatim
sangat positif, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen (2009); 6,68
persen (2010); 7,22 persen (2011); dan 7,27 persen (2012). Sayangnya, pertumbuhan
positif tersebut tidak dapat dipertahankan pada 2013, dengan pertumbuhan
hanya 6,55 persen, kemudian pada triwulan II 2014 pertumbuhan baru mencapai
5,94 persen.
Dilihat
dari strukturnya, secara jelas ada pergeseran pertumbuhan ekonomi Jatim dari
ekonomi sektor basis pada sektor nonbasis. Di mana kontribusi sektor
pertanian terus mengalami penurunan dari 15,36 persen pada Januari hingga
September 2013 menjadi 14,93 persen pada 2014. Sedangkan untuk sektor
perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), terus meningkat kontribusinya, dari
31,10 persen pada triwulan II 2013 menjadi 31,39 persen pada 2014.
Sektor
pertanian semakin tahun semakin banyak ditinggalkan petaninya. Hal tersebut
dapat dilihat dari serapan tenaga kerja sektor pertanian yang terus mengalami
penurunan, dari 7.411,28 ribu orang pada 2013 menjadi 7.330,70 ribu orang
pada Februari 2014.
Hal lain
yang patut diwaspadai adalah peningkatan indeks rasio Gini (Gini ratio)
Jatim, yang pada 2009 hanya 0,33 meningkat menjadi 0,36 pada 2014. Meski itu
menunjukkan tingkat kesenjangan masih pada level sedang, pergerakannya patut
diwaspadai. Sebab, pertumbuhan yang positif pada PDRB dibarengi melebarnya
tingkat kesenjangan.
Setidaknya,
terdapat dua hal penting yang harus direfleksikan. Pertama, semakin terdesaknya
sektor pertanian membuat pertumbuhan ekonomi Jatim kurang berkualitas. Karena
justru dibuntuti dengan peningkatan Gini ratio. Meski terjadi penurunan angka
kemiskinan, pergerakannya masih sangat lambat.
Salah
satu penyebabnya adalah sebagian besar pertumbuhan ekonomi ditopang sektor
non-tradable. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi hanya milik konglomerat.
Apabila kondisi tersebut didiamkan, pengentasan kemiskinan akan tetap
berjalan lamban. Bahkan, pada tahun depan dapat terjadi peningkatan angka
kemiskinan.
Kedua,
melebarnya kesenjangan. Sebagai akibat dari terjadinya ketimpangan pada
struktur penyusun PDRB, antara sektor tradable
dan sektor non-tradable,
kesenjangan semakin tinggi di Jatim. Apabila tidak terjadi perubahan fokus
pertumbuhan, dilihat dari tren rasio Gini Jatim selama empat tahun terakhir,
Gini ratio 2015 akan semakin tinggi.
Jihad Agraris dan Maritim
Kondisi
riil tersebut sudah cukup menjadi alasan kuat bagi Jatim untuk melakukan
jihad pada 2015. Apalagi, variabel eksternal, dengan pemberlakuan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), mewajibkan kita bersaing secara bebas dengan pasar
regional ASEAN.
Karena
itulah, komitmen yang teguh untuk menggairahkan kembali sektor pertanian dan
maritim sebagai sektor basis Jatim harus ditanamkan di hati setiap rakyat
Jatim. Khususnya para pengelola pemerintahan dan sektor swasta. Tahun 2015
harus menjadi titik lompatan sejarah baru bagi Jatim untuk mewujudkan
kemaslahatan, dengan memberikan perhatian yang sangat serius kepada sektor
pertanian dan maritim.
Pada
jihad ini, Pemprov Jatim harus berdiri di barisan depan. Dengan jihad, kita
kembalikan gairah petani untuk kembali bekerja pada sektor pertanian, begitu
juga nelayan. Caranya adalah menciptakan kemudahan dan memberikan insentif
pada sektor pertanian serta kelautan.
Misalnya,
dilakukan penambahan alokasi subsidi pupuk dan benih, bantuan obat-obatan,
serta alat dan mesin pertanian (alsintan);
pembukaan lahan pertanian baru; serta penekanan maraknya alih fungsi lahan
pertanian. Hal serupa harus diberikan kepada nelayan, berupa bantuan alat
tangkap, subsidi BBM khusus nelayan, serta perlindungan bagi nelayan kecil.
Dari sisi kelembagaan, pemerintah harus menjamin kesehatan tata niaga
pertanian dan kelautan. Untuk itulah, diperlukan pembenahan peranti
kelembagaan pertanian, pendampingan dan pendidikan keterampilan bagi petani
dan nelayan, pembangunan infrastruktur baru, kemudahan pembiayaan, sampai
pembukaan akses pasar. Itulah jihad bagi Jatim pada 2015. Tanpa jihad
tersebut, berbagai kekhawatiran yang rasional di atas akan datang menjadi
petaka bagi Jatim. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar