KECELAKAAN antara kereta api
dan truk yang baru terjadi merupakan salah satu indikator pembangunan
infrastruktur tidak bisa ditunda lagi. Jika ditunda, malapetaka pasti akan
terus datang.
Sepanjang tahun 2013,
infrastruktur menjadi fokus pemerintah dalam Rencana Induk Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Infrastruktur juga yang
sangat dibutuhkan untuk mewujudkan konektivitas di negara berbentuk
kepulauan ini.
Pencapaian pembangunan
infrastruktur hingga kini memang belum mencukupi kebutuhan yang diharapkan.
Apabila semua proyek pembangunan yang direncanakan dalam MP3EI ingin
diwujudkan, hingga tahun 2025 pemerintah harus mengucurkan dana sebesar Rp
4.000 triliun.
Untuk tahun ini saja, investasi
untuk infrastruktur telah mencapai hampir Rp 700 triliun, dengan porsi
terbesar diambil pemerintah dan badan usaha milik negara (BUMN). Sementara
porsi swasta masih belum besar. Untuk itu, saat ini pemerintah giat
mengundang swasta untuk berinvestasi dengan bentuk public private
partnership.
Yang dilakukan pemerintah ini
agaknya mulai membuahkan hasil. Forum Ekonomi Dunia yang mengeluarkan
laporan peringkat Daya Saing Global 2013-2014 menempatkan peringkat
Indonesia di urutan ke-38 dari 152 negara, Tahun sebelumnya Indonesia
berada di posisi ke-50 dari 144 negara.
Dalam peringkat terbaru ini,
Indonesia tepat berada di bawah Thailand (peringkat ke-37). Namun, posisi
Indonesia masih jauh di bawah Brunei yang berada di peringkat ke-26 dan
Singapura yang menduduki peringkat ke-2. Sesuai dengan laporan tersebut,
dinyatakan bahwa kenaikan peringkat daya saing Indonesia disebabkan adanya
kenaikan pembangunan infrastruktur, termasuk di dalamnya sektor
transportasi.
Di sektor transportasi,
Kementerian Perhubungan telah berupaya menghubungkan daerah-daerah
terpencil dengan moda transportasi perintis. Bahkan, saat ini, sabuk
selatan sudah terhubung seluruhnya hingga Merauke.
Beberapa angkutan perintis, baik
di transportasi darat, laut, maupun udara, telah dilakukan. Di sektor
perkeretaapian, pemerintah sedang membangun jalur ganda di lintas utara
Jawa. Namun, dari rencana pembangunan rel sepanjang 436 kilometer, progres
pembangunan fisik baru mencapai 87,7 persen. Kondisi ini meleset dari
target yang seharusnya, yaitu 96,83 persen. Terlambatnya pembangunan karena
terkendala pembebasan lahan yang sulit dilakukan.
Persoalan infrastruktur di
Indonesia tidak hanya yang belum dibangun. Bahkan yang sudah terbangun pun
menjadi masalah, yakni merawat infrastruktur. Banyak infrastruktur yang
sudah dibuat, tetapi ternyata tidak dirawat atau terlambat dirawat atau
dibiarkan sehingga akhirnya rusak.
Rusaknya infrastruktur ini juga
dilakukan secara sengaja oleh masyarakat. Misalnya, halte transJakarta yang
sering kali dilempari batu, ditembak, bahkan dibakar masyarakat. Atau kaca
kereta api yang dilempari batu hingga retak, dan bahkan melukai penumpang.
Contoh lain, jalan-jalan di
perbatasan Kalimantan Barat yang dibiarkan rusak bertahun-tahun sehingga
kerusakan sangat parah. Demikian juga dermaga penyeberangan dan semua
fasilitasnya. Sudah dibangun, tetapi dibiarkan saja tanpa perawatan,
sehingga akhirnya rusak dan kumuh. Misalnya saja dermaga penyeberangan
Padang Bai, Lombok.
Padahal, apabila infrastruktur
itu dirawat, tentu akan memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna
infrastruktur. Jalan-jalan di perbatasan Kalimantan, tentu juga di wilayah
lain, apabila terawat baik, tentu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
The McKinsey Global Institute
mengatakan, apabila setara dengan 1 persen produk domestik bruto, investasi
infrastruktur dapat menumbuhkan 700.000 pekerjaan.
Masyarakat pun merasa
diperhatikan pemerintah sehingga tidak memandang ”rumput di halaman
tetangga lebih hijau”. Dengan demikian, keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia tetap bisa terjaga.
Menjelang diterapkannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN, pemerintah harus lebih gencar lagi membangun
infrastruktur. Semua birokrasi yang berbelit dan lama, harus dipotong. Namun,
kredibilitas dalam proses persiapan, penganggaran, dan pelaksanaan harus
tetap dijaga. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar