|
REPUBLIKA, 22 Mei 2013
Kembali menangnya koalisi
Pemerintah Barisan Nasional (BN) atas koalisi pembangkang (oposisi) Pakatan Rakyat
(PR) oleh Globalresearch.org pada 9 Mei 2013 dinilai sebagai gagalnya Amerika
Serikat (AS) dan sekutunya memenangkan pertarungan di Malaysia. AS banyak
berhasil mengatur negara-negara lain. Namun, di Malaysia mereka gagal.
Pilihan raya (pemilu) 2013 di Malaysia
sudah usai. Kita di Indonesia yang menontonnya, bahkan ikut spot
jantung. Pengumuman sementara menunjukkan BN memenangi anggota parlemen
federal (133 kursi) berbanding 89 kursi untuk PR yang dipimpin Anwar
Ibrahim. Perolehan kursi parlemen pada pemilu sebelumnya (2008) adalah 140
berbanding 82 kursi.
Pemilih Melayu (100 persen
Muslim) kurang lebih 60 persen dari pemilih nasional. Puak Melayu terpecah
dalam dua kekuatan politik, yakni BN dan PR. Sebagian besarnya berada di BN.
Kalangan Melayu yang berada di PR dahulunya juga berada dalam BN, kemudian hengkang
mengikuti langkah Anwar Ibrahim. Pemerintah menganggap Anwar dibiayai dan
dipengaruhi luar negeri.
Koalisi oposisi PR berkampanye tentang
pemilu bersih. Mereka melawan rasuah (korupsi) yang sebagian masih dilakukan
oleh kekuasaan pemerintah yang sekarang meski sudah berkurang. PR berhasil
memengaruhi pemilih pemula yang jumlahnya antara tiga hingga empat juta. Itu
artinya, pemilih baru ini kurang lebih 1/4 -1/3 pemilih nasional.
PR sejak awal sudah mengancam. Kalau
mereka kalah, akan demo besar-besaran menolak hasil pemilu. Itu antara lain
sudah dilakukan di Selangor dan Penang. Alasannya, mereka mendapat bukti bahwa
pelaksanaan pemilu tidak jujur. Tentu saja mereka tidak menolak ketakjujuran di
"negeri-negeri" (negara bagian) yang dimenangkannya.
BN disokong oleh tiga partai terbesar
perolehan kursinya, yakni The United
Malays National Organization (UMNO), The
Malaysian Chinese Association (MCA), dan PBB. Pada hasil Pemilu 2008, BN
masih kuat, tetapi kehilangan mayoritas 2/3-nya. Perdana menterinya ialah Najib
Tun Razak dan timbalannya (wakil) Muhyiddin. Keduanya dari UMNO.
PR hanya disokong oleh tiga partai,
yaitu Democratic Action Party (DAP), Pan-Malaysian Islamic Party (PAS), dan Peoples' Justice Party (PKR), partai
politik pimpinan Anwar Ibrahim. Negeri yang dimenangkan PR adalah Penang,
Kedah, Kelantan, dan Selangor.
Menurut etnis, kalangan Cina berjumlah
25 persen. Ini adalah etnis kedua besar setelah Melayu. Mereka beragama Buddha.
Sisanya adalah India yang beragama Hindu. Ketiga etnis tersebut mewarnai
kehidupan di Malaysia dari berbagai bidang. BN yang memenangkan Pemilu 2013
masih mengendalikan pemerintahan meski kursi parlemen federalnya berkurang.
Najib Tun Razak sudah dilantik menjadi perdana menteri.
PR dan Barat
Di banyak bagian dunia, AS mempunyai
negara-negara yang dianggap mitra. Di ASEAN pun AS menggalang teman atau sekutu, termasuk dengan Indonesia. Mula-mula teman itu lemah karenanya harus dibantu. Tentu bantuan tersebut
keluar karena ada udang di balik batu.
Motif dan tujuannya sekaligus
merupakan manfaat secara ekonomis, misalnya penguasaan bahan mentah dan pasar.
Untuk ke arah sana, harus sering melalui proses politik yang kacau, lalu
diikuti demokratisasi versi Barat. Tidak jarang ada perubahan pada kepemilikan
saham.
Sudah bukan rahasia PR sangat dekat dengan AS dan sekutunya. Justru dice-
maskan bila Anwar Ibrahim menang, akan membuka secara resmi Kedutaan Israel di
Kuala Lumpur yang selama ini tabu. Pada giliran berikutnya, Palestina tidak
akan disokong oleh Malaysia.
Kehadiran agen-agen Barat dan sekutunya
ada di Malaysia. Pergerakannya bisa melalui sejenis LSM yang memberikan bantuan
kepada masyarakat dalam berbagai bentuk. Di Indonesia setelah perubahan 1998,
LSM dari luar negeri juga berdatangan. Selain itu, mereka juga bertopeng
sebagai konsultan.
Pembuatan pasal-pasal pada
undang-undang disusupi kepentingan mereka. Konon, ada 20 undang-undang yang
mereka pengaruhi. Mereka bahkan sampai numpang berkantor di gedung wakil
rakyat di Senayan. Dikhawatirkan oleh puak Melayu di BN, PR penuh mendukung
rancangan aturan atau undang-undang yang membebaskan perilaku gay dan lesbian,
kemurtadan agama, dan penggunaan istilah "Allah" untuk kalangan
non-Muslim. Demikian juga, penggunaan minuman beralkohol lebih bebas meski
di negara bagian yang penduduk dan penguasanya Muslim.
Akan terjadi konflik dalam batin
puak Melayu yang mendukung PR. Di satu pihak aturan agama (syariah) harus
dijaga dan dilaksanakan, di lain pihak secara politik untuk kepentingan
duniawi, mereka harus memilih PR. Logika duniawi mereka akan menentukan
pilihan, bukan sebaliknya.
Sebagian penduduk Indonesia menganggap
Anwar Ibrahim dianiayai pemerintah. Orang Indonesia mudah jatuh kasihan kepada
mereka yang teraniaya, apa pun sebabnya. Agak terlalu pribadi koalisi kekuasaan
menyerang Anwar Ibrahim yang dikaitkan dengan sodomi. Pengadilan pun
membebaskan Anwar.
Sebagian besar simpatisan Anwar
Ibrahim di Indonesia tidak memahami politik oposan Malaysia itu. Karena Anwar
meneriakkan "reformasi" dan "perubahan", seperti di
Indonesia, menjelang jatuhnya Soeharto, maka simpati yang didapatnya. Mereka
tidak mencari tahu kekuatan ekonomi apa yang berada di belakang Anwar. Anwar
cenderung meminta bantuan Bank Dunia dan IMF, yang ditentang Mahathir.
Mahathir pun melanjutkan langkah
ekonominya dan menunjukkan keberhasilan yang mencolok. Kehidupan sejahtera dirasakan
masyarakat tanpa di arahkan oleh kekuatan luar negeri. Keberhasilan ini untuk
masa depan yang dekat sehingga perlu ditingkatkan dan ditinggalkan serangan
pribadi kepada Anwar.
Kalangan bumi putra (Melayu) merupakan penyokong-penyokong kuat di kedua koalisi. Bila dilihat dari pengaruh luar negeri, mereka, terutama penyokong BN, tidak akan suka dengan AS dan Israel. Kalangan Melayu di PR mungkin tidak melihat dari sisi itu.
Kalangan bumi putra (Melayu) merupakan penyokong-penyokong kuat di kedua koalisi. Bila dilihat dari pengaruh luar negeri, mereka, terutama penyokong BN, tidak akan suka dengan AS dan Israel. Kalangan Melayu di PR mungkin tidak melihat dari sisi itu.
Puak Melayu yang besar akan sangat
kuat jika menjadi satu. Tetapi, kekuatan dari luar negeri tidaklah suka Melayu
bersatu. Kursi politik memecah mereka.
Alangkah bersyukurnya manakala Islam dapat mempersatukan mereka kembali dari
kedua sisi: ukhrawi dan duniawi. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar