Jumat, 24 Mei 2013

Geng Motor dalam Konvoi Kelulusan


Geng Motor dalam Konvoi Kelulusan
Samsudin Adlawi ;  Wartawan Jawa Pos, Penyair, Pemilik Motor
JAWA POS, 24 Mei 2013


TELAH terjadi metamorfosis pada geng motor. Tentu kita masih ingat, dulu geng motor merupakan tempat berkumpul para pencinta otomotif. Tempat penganut sejati gaya hidup penikmat motor antik. Tetapi, belakangan ada geng motor yang menjelma menjadi preman bermotor. Mentransformasikan dirinya menjadi kriminal bermotor. Akibatnya, banyak yang malu dengan istilah ini dan memilih identitas sebagai "klub motor".

Citra garang dan garong geng motor memang memiriskan. Mereka sekelompok anak muda yang bukan lagi penghobi utak-atik sepeda motor. Melainkan mengutak-atik, misalnya, bom molotov seperti yang dilakukan Geng Mappakoe di Makassar. Geng yang satu ini konon mahir merakit botol-botol bekas untuk diisi bensin dan diberi sumbu. Beberapa tempat publik konon masuk daftar target pelemparan bom molotov karya mereka. Hobi baru lempar bom botol itu juga menular ke Jogjakarta. Seperti diberitakan media, Geng Wrong the Syndicate (WHO) juga melempar bom molotov ke pos keamanan SMKN 3 Jogjakarta.

Di Pekanbaru, Riau, ada geger ulah Geng XTC, meski lafalnya "ekstasi" mengaku singkatannya Exalt to Creativity atau lejitan kreativitas. Kelakuan gerombolan yang dipimpin Klewang itu cukup memiriskan. Mereka punya target setiap minggu merampok minimarket.

"Popularitas" preman bermotor pimpinan Klewang mendadak meruak ke ruang publik. Media memberitakan, Klewang yang menjadi ''pemimpin spiritual'' XTC ternyata residivis uzur yang masuk-keluar bui.

Perekrutan anggota baru geng yang diterapkan XTC sangat mengerikan dan masuk kategori biadab. Klewang mewajibkan setiap calon anggota baru gengnya menyaksikan dirinya menggagahi perempuan. Sebaliknya, anggota baru perempuan wajib ''tidur'' dengan dia.

Saya waswas menyaksikan tren geng motor yang semakin brutal di sejumlah kota dan daerah, bukan hanya Bandung, Jogjakarta, dan Makassar. Aksi mereka sudah sangat keterlaluan. Mulai menikam wartawan hingga merakit bom seperti kelompok teroris. 

Karena sudah sangat meresahkan, masyarakat sangat mendukung tindakan tegas yang sudah dan sedang dilakukan aparat penegak hukum terhadap kelompok geng motor. Seperti diberitakan media selama ini, setiap hari polisi di berbagai daerah melakukan razia sekaligus mengamankan puluhan motor modifikasi. Motor-motor itu digaruk karena tidak dilengkapi dengan kelengkapan kendaraan yang semestinya, seperti diatur dalam Undang-Undang Lalu Lintas.

Tindakan tegas yang ditunjukkan aparat akhir-akhir ini jangan hangat-hangat tahi sapi. Hanya untuk kejar target. Jangan hanya dijadikan pencitraan. Sebaliknya, jadikan itu momentum untuk menegakkan peraturan dan menindak yang melanggar. Siapa pun, tanpa pandang bulu. 

Tak lama lagi ada ujian untuk menakar konsistensi sikap tegas aparat kepolisian. Yakni saat pengumuman kelulusan SMP dan SMA (yang mungkin belum cukup umur untuk memegang SIM). Sudah menjadi tradisi tahunan, setiap pengumuman kelulusan selalu diwarnai aksi konvoi dan umumnya tidak tertib.

Selain aksi vandalisme seragam yang dikenakan, siswa melakukan konvoi keliling kota mengendarai motor yang sudah diplong knalpotnya, tidak pakai spion, dan tidak pakai helm. Tindakan mereka sangat mengganggu pengguna jalan yang lain karena memenuhi hampir seluruh badan jalan.

Pengalaman membuktikan, selama ini polisi terlalu toleran. Bukan mengamankan peserta konvoi yang jelas-jelas melakukan pelanggaran lalu lintas, tetapi malah mengawal mereka. Aneh sekali ya, orang melanggar kok malah diberi pengawalan. Persis dengan saat mengawal dan mencarikan jalan (
voorijder) para pembesar atau si kaya yang konvoi moge di jalan raya dengan meminggirkan pelalu lintas umum.

Mestinya para siswa pemotor itu ditindak tegas: ditilang dan, bila perlu, motornya ditahan. Sebab, sangat mungkin sikap lemah aparat terhadap konvoi seperti itu justru menyuburkan bibit-bibit geng motor yang negatif, yang terbukti membuat teror kepada masyarakat baik-baik.

Saya sebut negatif karena tidak semua geng motor bertransformasi menjadi preman bermotor atau menyimpang dari kodrat aslinya. Masih banyak anak muda yang setia memodifikasi perangkat motornya, mulai knalpot, setang, tangki bahan bakar, hingga ''meramaikan'' motornya dengan pernik-pernik aksesori. Lalu, karyanya itu dipamerkan lewat konvoi tertib atau nongkrong di tempat keramaian dan kerumunan khalayak. Mari main motor dengan adil dan beradab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar