|
REPUBLIKA, 22 Mei 2013
Gonjang-ganjing
aliran dana pada sederet wanita di lingkaran makelar proyek impor daging begitu
menyeruak dan menarik perhatian. Penyebabnya tidak lain adalah karena
jumlah dana yang dialirkan mencapai angka yang fantastis, baik dalam bentuk
uang maupun dalam bentuk barang berharga. Hal ini mendorong berbagai tanya,
"Apakah Mr Fulan (Mr F) menggoda para wanita cantik murni karena sifat
pribadinya atau karena kepemilikan rupiah yang melimpah?"
Teori atribusi
Teori atribusi
adalah satu rumpun teori dalam psikologi sosial yang membahas tentang proses
yang dilakukan manusia dalam memahami sebab suatu perilaku. Hal ini dapat
berkaitan dengan perilaku yang dilakukan oleh individu itu sendiri ataupun perilaku
orang lain baik perorangan ataupun kelompok. Secara naluriah, proses ini
dilakukan agar manusia dapat menyimpulkan, mengambil keputusan dan mengontrol
perilaku yang dimaksud.
Satu dari
berbagai teori dari rumpun teori atribusi adalah covariation/ANO-VA theory
yang dikembangkan oleh Kelly (1950-1972). Sebab, suatu perilaku dalam teori ini
dapat bersifat internal yaitu berupa faktor personal seperti bakat, watak dan,
kepribadian, ataupun bersifat eksternal yaitu dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti pengaruh kelompok. Teori ini menyatakan bahwa dalam membuat
suatu keputusan, individu akan melakukan perhitungan terhadap tiga kelas
informasi yang kemudian akan dihubungkan antara satu dengan yang lainnya.
Sebagai contoh, dalam kasus Mr F ada tiga informasi yang dapat diangkat.
Pertama,
informasi mengenai kemunculan perilaku yaitu menggoda dengan menghamburkan uang
untuk wanita. Kedua, tentang seseorang yang spesifik terkait perilaku yang
dimaksud yaitu Mr F. Ketiga, tentang sebab yang potensial yang berhubungan
dengan perilaku yaitu memiliki banyak uang.
Untuk
mengetahui apakah perilaku tersebut dilatarbelakangi oleh faktor internal atau
karena faktor eksternal, maka kita harus menganalisis sifat kemunculan
informasi tersebut berdasarkan pada konsistensi, pembeda, dan konsensus.
Misalnya, jika setiap kali Mr F memiliki uang yang banyak maka diidentifikasi
bahwa dia selalu menggoda wanita cantik, dapat dikatakan konsistensi perilaku
tersebut berada pada level tinggi.
Selanjutnya,
jika Mr F diidentifikasi ternyata selalu menggoda wanita baik ketika memiliki
uang maupun ketika tidak memiliki uang maka pembeda perilaku tersebut berada
pada level rendah. Terakhir, jika pada umumnya setiap pria yang berduit
senang menggoda wanita cantik dengan menghambur-hamburkan uang, maka konsensus
perilaku tersebut berada pada level tinggi.
Kelly
menyatakan bahwa jika konsistensi, konsensus, dan pembeda berada pada level
yang tinggi maka dapat disimpulkan bahwa atribusi terhadap perilaku tersebut bersifat
eksternal. Artinya, faktor kepemilikan uanglah yang mendorong aktualisasi
perilaku. Lalu, jika konsistensi berada pada level yang tinggi, namun
konsensus dan pembeda berada pada level yang rendah, maka dapat disimpulkan
bahwa atribusi terhadap perilaku tersebut bersifat internal. Artinya, faktor
bawaan menjadi penyebab utamanya. Namun, jika ternyata konsistensi perilakunya
rendah, maka individu akan melakukan pemotongan terhadap penyebab potensial dan
mencari penyebab alternatif yang lainnya.
Misalnya,
jika Mr F ketika memiliki uang kadang menggoda dan kadang tidak (level konsistensi
rendah) maka penyebabnya bisa jadi bukan karena faktor uang (eksternal) dan
bukan pula karena faktor bawaan (internal), tapi karena faktor lain yang
berhubungan secara langsung ataupun tidak dengan perilaku menggoda. Yaitu
mungkin saja dipenga ruhi oleh suatu zat tertentu, ada/tidaknya respons dari
wanita yang bersangkutan terhadap godaan yang diberikan, ada/tidaknya godaan
dari wanita kepadanya, dan juga mungkin faktor tekanan dari kelompok.
Dengan
analisis ini, maka, pertama, kita dapat memerinci penentu perilaku. Hal ini dilakukan dengan mencari berbagai informasi yang valid yang meng arah
pada tiga kelas informasi yang ingin diteliti. Kedua, kita dapat mengidentifikasi
urutan sebab-akibat suatu perilaku. Sehingga, kita dapat memahami dengan
lebih spesifik mengenai pengaruh dan hubungan antara satu perilaku dan perilaku
yang lainnya. Ketiga, di satu sisi kita dapat memahami kondisi masa lalu,
yaitu dengan melihat konsistensi perilakunya. Di sisi yang lain, kita juga
dapat memprediksi dan mengantisipasi kondisi di masa yang akan datang.
Bagi
psikolog, terapis, dan pekerja sosial lainnya, informasi ini sangat penting
karena berpengaruh dalam menentukan bentuk perlakuan yang tepat. Jika hasil
proses atribusinya adalah eksternal, maka perlakuan yang diberikan adalah
menyangkut antisipasi interaksi mereka dengan faktor eksternal. Jika hasil
proses atribusinya internal, semisal gangguan psikologis, maka bantuan yang
diberikan adalah berupa dukungan atau terapi untuk pemulihan.
Dari
uraian ini kita dapat memahami betapa pentingnya analisis perilaku dari perspektif
psikologi karena mampu memberikan informasi dari dua sisi, baik internal maupun
ekternal yang memengaruhi perilaku seseorang secara spesifik. Jika tidak
dipahami dan ditangani secara proporsional, maka persoalan intinya tidak akan
pernah terpecahkan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar