Baru-baru
ini seorang sahabat memberikan saya sebuah artikel berjudul "In Praise of Followers" (1988)
karya Robert E Kelley, pakar administrasi perusahaan dari Carnegie-Mellon
University. Pada mulanya, saya tidak tahu persis maksud pemberian artikel
itu.
Saat
membaca tulisan besar di awal tulisan yang dimuat di Harvard Bussiness Review itu, "Not all corporate success is due to leadership",
saya segera tahu, artikel itu bicara soal manajemen bisnis, bukan manajemen
pemerintahan. Hanya setelah membaca lebih dalam, saya lantas menyadari
betapa pentingnya tulisan Kelley itu bagi setiap pemimpin.
Dari
lembaran-lembaran artikel itu, muncul sebuah perspektif baru soal kepemimpinan.
Saya katakan perspektif baru karena berbagai opini dan perbincangan yang
muncul, utamanya menjelang hajatan politik pada 2014, senantiasa fokus pada
pencarian sosok pemimpin rakyat ideal. Namun, Kelley membalik paradigma itu
dengan menyatakan, peran mereka yang dipimpin (followers), dalam konteks pemerintahan berarti rakyat, juga
penting.
Lima
tipe Kelley membagi followers (baca: rakyat) menjadi lima kategori.
Pertama, kategori domba (sheep)
yang memiliki sejumlah ciri: pasif, tidak kritis, kurang memiliki
inisiatif, serta rasa tanggung jawab. Mereka hanya menjalankan peran apa
adanya sesuai perintah pimpinan untuk kemudian berhenti bekerja.
Kedua,
tipe serba setuju (yes people) yang
tampak lebih lincah dibanding tipe domba, namun seperti tipe pertama, kurang
suka berusaha. Tipe ini sangat bergantung pada pemimpin, suka menghormat
berlebihan dan bersikap merendah di hadapan pemimpinnya. Ba nyak pemimpin
lemah dan kurang percaya diri suka dengan tipe pengikut semacam ini.
Tipe
ketiga, tipe pengikut penyendiri (alienated
followers) yang mempunyai pikiran kritis dan sikap independen, namun
enggan tampil untuk memperjuangkan sikap dan pikiran mereka. Selalu
bersikap sinis, mereka terjerumus menjadi kelompok tidak puas, tapi tidak
bersuara. Mereka tidak mau tampil sebagai "oposan" bagi langkah
dan kebijakan pimpinannya.
Di
posisi tengah, ada para pengikut dengan kategori pencari selamat (survivors). Tipe pengikut semacam
ini mengikuti ke mana arah mata angin berhembus. Mereka menganut prinsip
mencari selamat daripada menyesal.
Agar tetap eksis, mereka bisa menjadi kelompok yang pasif jika kondisi
tidak kondusif untuk kritis dan di saat lain bisa secara agresif menyerang.
Tipe
terakhir yang paling ideal bagi suksesnya lembaga apapun adalah para
pengikut efektif (effective followers). Mereka
memperjuangkan kemajuan diri dengan menjalankan tugas dan kewajiban secara
tegas dan bersemangat. Kelompok ini siap mengambil risiko, memiliki inisiatif
,serta mempunyai kemampuan memecahkan masalahnya sendiri.
Sejujurnya,
posisi sebagai pemimpin bisa memunculkan rasa frustasi dan kadang lemah
semangat. Hal semacam itu bisa terjadi jika komunitas yang kita pimpin
masuk kategori domba yang pasif, tidak kritis, kurang inisiatif, tidak
memiliki rasa tanggung jawab, dan bekerja seadanya dalam menjalankan
beragam program yang dicanangkan. Posisi sebagai pemimpin juga rawan
jebakan.
Posisi
ini memabukkan dan pada tataran tertentu melenakan ego jika para kolega
kita mayoritas diisi mereka yang serba setuju. Apabila para pemimpin dikelilingi
pengikut yang kerap membungkuk dan menghormat, ada risiko pemimpin terjebak
ilusi di luar realitas sebenarnya yang terjadi.
Setiap
pemimpin akan semakin teralienasi dari realitas sebenarnya di masyarakat
jika karena berbagai sebab tertentu, kelompok masyarakat yang berpikir
kritis dan independen tidak mau tampil secara terbuka untuk menyuarakan
pikiran, sikap, dan kritik-kritiknya. Jika pemimpin buta akan ketidakpuasan
yang berkembang di masyarakatnya, hal itu memunculkan masyarakat sinis yang
bisa meledak setiap saat.
Belum
lagi jika kebanyakan masyarakat diisi oleh mereka yang masuk ka tegori
pencari selamat. Tidak ada kenyamanan memimpin di tengah orang-orang yang
berorientasi mencari keuntungan bagi posisi dirinya sendiri dengan cara
mengintai-intai arah mata angin kekuasaan. Energi akan habis jika pemimpin
terus berusaha mengenali siapa kawan siapa lawan.
Dengan
penuh kesyukuran, saya merasa terhindar dari komunitas dan masyarakat
semacam itu. Saya merasa hidup dalam satu komunitas, yakni setiap
entitasnya dengan penuh semangat, keyakinan, dan tanggung jawab
memperjuangkan kesejahteraan dan kemajuannya sendiri. Membaca tulisan
Kelley itu, saya merasa memiliki para pengikut efektif.
Kesuksesan
rakyat Indikator pernyataan saya itu jelas. Hal tersebut bisa dilihat
dari beragam pengakuan dan penghargaan nasional yang dianugerahkan kepada
saya selaku pimpinan daerah. Mulai 2009, saat peng- anugerahan Lencana Ksatria Bhakti Husada Arutala atas
pembangunan di bidang kesehatan, penghargaan di bidang pangan pada 2010,
penghargaan di bidang pariwisata pada 2011, sampai Bintang Mahaputra Utama
pada 2012.
Meningkatnya daya saing daerah juga menjadi indikator betapa followers yang saya pimpin adalah
pengikut efektif. Laju pertumbuhan ekonomi 2012 naik 5,85 persen,
capaian investasi Rp 1,1 triliun, ketahanan pangan membaik, laju penurunan
kemiskinan yang sangat progresif atau angka pengangguran sebesar 5,21
persen merupakan bukti ketidakpasifan, hasil kerja keras, dan ikhtiar
bersama seluruh masyarakat.
Tanpa
tentaranya, Napoleon hanyalah lelaki yang memiliki ambisi besar. Keberhasilan
atau kegagalan sebuah organisasi tidak saja merupakan buah dari efektivitas
pemimpin, namun juga gambaran sejauh mana kualitas pengikutnya.
Para
pemimpin hendaknya membuka mata, sukses kepemimpinannya sangat tergantung
pada komunitas yang dipimpinnya. Karenanya, sukses seorang pemimpin pada
hakikatnya adalah sukses juga bagi rakyatnya, fakta etis yang mengingatkan
para pemimpin untuk berterima-kasih kepada rakyat dengan terus berupaya
berkhidmat dan menyejahterakan mereka.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar