Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) kini mengalami situasi yang tidak mengenakkan karena tengah menjadi
sorotan miring publik Indonesia. Hal ini terkait dengan ditetapkannya
Presiden PKS Lutfhi Hasan Ishaaq (LHI) sebagai tersangka oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga terlibat dalam kasus penerimaan
suap kebijakan impor daging sapi. LHI bahkan langsung ditahan KPK dengan
proses yang sangat cepat.
Realitas tersebut
tentu saja menimbulkan reaksi yang cukup keras dari para elite dan kader
PKS di seluruh Indonesia. Persoalannya adalah bagaimanakah seharusnya
PKS menghadapi kasus seperti ini dan bagaimana sikap yang seharusnya
diberikan oleh mereka? Inilah yang barangkali akan menjadi pembahasan utama
dari tulisan yang sederhana ini.
Tidak Reaktif
Satu hal yang perlu
disadari terutama oleh para petinggi partai dakwah tersebut adalah bahwa
penetapan LHI sebagai tersangka merupakan kenyataan yang sudah terjadi.
Oleh karena itu, yang jauh lebih penting dilakukan adalah mengawal proses
hukum terhadap pemimpinnya itu supaya benar-benar berjalan sesuai dengan
koridor hukum.
Bersikap reaktif
dengan melemparkan tuduhan akan adanya pihak lain yang melakukan skenario
politik atau berkonspirasi untuk menja tuhkan PKS menjelang Pemilu 2014
sebe narnya bukan sikap yang tepat. Mantan presiden PKS, seperti Hidayat
Nur Wahid dan Tifatul Sembiring, misalnya, sama-sama melemparkan kecurigaan
tersebut.
Namun demikian,
hemat penulis, sekalipun mungkin ada nuansa politis di balik kasus
tersebut, tetapi meng ambil sikap reaktif tidaklah menguntungkan karena
sejumlah alasan. Pertama, sikap reaktif para elite PKS bukan tidak mungkin
akan dibaca publik sebagai bentuk kengototan mereka untuk membela siapa pun
kadernya secara membabi buta. Boleh jadi publik malah curiga mengapa
mereka lebih keras menyalahkan pihak lain ketimbang melakukan evaluasi ke
dalam.
Kedua, bukan tidak
mungkin sikap reaksional para elite PKS akan di pandang publik sebagai
bentuk ketidakmatangan politik mereka dalam menghadapi berbagai persoalan
yang menderanya. Jika ini yang terjadi maka sebenarnya berbahaya bagi
para elite PKS itu sendiri. Bagaimanapun publik menilai atau
memberikan kesan pada suatu fenomena berdasarkan apa yang mereka saksikan,
terutama saat pertama kali.
Dalam perspektif
salah satu teori komunikasi, yakni teori penjulukan (labeling theory) dikenal istilah prediksi yang dipenuhi sendiri
(self-fulfilling prophecy). Artinya,
sikap dan perilaku seseorang akan dinilai orang yang lain berdasarkan apa
yang dilihatnya. Orang pemarah, misalnya, akan dicap berwatak seperti itu
oleh orang-orang sekitarnya, meskipun ia tidak sedang dalam keadaan marah.
Tentu ini bukan sesuatu yang menyenangkan bagi yang bersangkutan.
Karena itulah para elite PKS harus lebih berhati-hati dalam menampilkan
sikapnya di hadapan publik.
Ketiga, pada
gilirannya sikap reaktif yang diperlihatkan para elite PKS justru akan
berdampak pada menurunnya simpati publik, apalagi kalau sampai orang yang
mereka bela secara mati-matian itu ternyata terbukti bersalah. Sebaliknya,
jika para elite PKS lebih bersikap tenang dalam masalah tersebut, justru
simpati publik akan mengalir. Apalagi kalau nanti ternyata tidak terbukti
tuduhan yang diberikan pada LHI.
Proses hukum yang
akan ditempuh LHI sampai benar-benar terbukti bersalah atau tidak jelas
akan memakan waktu panjang. Selama proses itu tentu berbagai pemberitaan di
media, baik di media cetak, elektronik, maupun media sosial seperti facebook dan twiter, akan terus menerus dilakukan secara masif.
Dan satu hal yang sulit dihindari bahwa kecenderungan berita-berita
tersebut adalah mengangkat berita buruk (bad news), baik pada kehidupan personal LHI maupun PKS. Bukan
tidak mungkin berbagai pemberitaan negatif tersebut juga akan berdampak pada
persepsi negatif pula terhadap kader PKS di seluruh Indonesia. Misalnya,
kader partai di daerah yang selama ini benar-benar berjuang demi
membesarkan partai dengan menempuh hidup yang sederhana mungkin akan merasa
`tertipu' dengan perilaku elite politiknya di pusat yang hidup serba
berkecukupan, bahkan mewah.
Bukanlah hal yang
aneh jika reali tas tersebut pada gilirannya akan menimbulkan kekecewaan di
sebagian kader PKS. Meskipun hal tersebut tidak akan sampai berimbas pada
aksi meninggalkan partai karena mereka dikenal sebagai kader-kader
ideologis dan militan, kecuali para simpatisan, tetapi tetap saja
berpotensi menimbulkan keretakan internal.
Oleh karena itu,
hemat penulis, ketimbang bersikap reaksional dan cenderung melemparkan
tuduhan terhadap pihak-pihak lain, para elite PKS sebaiknya lebih melihat
ke dalam. Langkah LHI untuk mengundurkan diri dari posisi presiden partai
patut diberikan apresiasi yang tinggi. Tindakan ini tentu semakin mempermudah
para elite PKS untuk memberikan keyakinan pada kader-kadernya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar