Siklus
Keuangan dan Perlambatan Ekonomi
Umar Juoro ; Ekonom Senior Center for Information and
Development Studies (Cides) dan The Habibie Center
|
KOMPAS, 02 Juni 2017
Siklus ekonomi adalah naik-turunnya indikator keuangan
yang terdiri dari pertumbuhan kredit dan harga properti. Pada saat siklus di
posisi puncak (peak), sering
kemudian diikuti oleh krisis keuangan.
Periode siklus keuangan ini lebih panjang daripada siklus
ekonomi (bisnis), yaitu naik-turunnya pertumbuhan ekonomi. Dewasa ini kita
menghadapi siklus menurun (through)
yang dicirikan oleh pertumbuhan kredit yang rendah dan stagnannya penjualan
dan harga properti.
Ciri lain, bank menghadapi permasalahan kredit macet (NPL)
yang, sekalipun menurut ukuran masih aman di angka 3 persen, proses
restrukturisasinya tidaklah mudah. Siklus keuangan yang menurun ini
berlangsung bersamaan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Kecenderungan
pertumbuhan ekonomi belakangan ini pada tingkatan sekitar 5 persen, sebelumnya
sekitar 6 persen.
Pertanyaannya, apakah siklus keuangan yang pada proses
penurunan (down turn) akan masih
terus berlanjut atau telah mencapai dasarnya dan sedang dalam proses
peningkatan kembali (upturn). Dalam
siklus ekonomi apakah pertumbuhan akan berputar-putar (muddling through) di angka sekitar 5 persen ataukah dalam proses
menuju pertumbuhan yang lebih tinggi.
Jika melihat
perkembangan tiga tahun terakhir, tampaknya keadaan terendah dari siklus
keuangan (through) akan berjalan sekitar dua
tahun lagi sebelum siklus keuangan akan mengalami pergerakan
peningkatan (upswing). Perbankan membutuhkan waktu untuk merestrukturisasi
kredit bermasalah, apalagi cukup banyak nasabah yang tidak kooperatif.
Tambahan lagi sektor yang menjadi andalan (leading sector) juga belum tampak
terlihat, sedangkan pemerintah lebih menekankan mengejar penerimaan pajak
daripada melakukan stimulasi secara berarti.
Sekalipun suku
bunga kebijakan (sebelumnya BI Rate dan sekarang 7 hari reverse repo) telah
beberapa kali diturunkan, dan loan to value ratio (LTV) yang berkaitan dengan
uang muka kredit perumahan dan kendaraan bermotor telah dilonggarkan,
pertumbuhan kredit masih relatif rendah di sekitar 9 persen (yoy).
Sebenarnya dengan likuiditas yang ada, perbankan masih
dapat meningkatkan pertumbuhan kreditnya menjadi dua digit. Namun, dengan
masih berkutatnya perbankan dalam mengatasi NPL dan restrukturisasi kredit,
serta belum jelasnya sektor yang memimpin (leading sector), membuat bank
bersikap konservatif mengalokasikan kreditnya.
Kredit dan pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi masih sangat bergantung pada tingginya
pertumbuhan kredit. Korelasi terlihat kuat antara pertumbuhan ekonomi dan
pertumbuhan kredit. Sumber pembiayaan perusahaan terutama adalah dari kredit
perbankan. Dengan pertumbuhan mencapai 10 persen pun pertumbuhan ekonomi masih akan berkisar
pada angka 5 persen. Adapun sumber pendanaan dari pasar modal dan obligasi
bagi perusahaan masih terbatas.
Pemerintah berusaha keras dan agresif meningkatkan
penerimaan pajak antara lain dengan program pengampunan pajak yang baru saja
selesai. Dengan rasio pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya
sekitar 12 persen, tentu saja rendah sehingga pemerintah kekurangan dana
untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan program sosial.
Namun, pada saat
perekonomian melambat, agresivitas penarikan pajak berdampak pada keengganan
dunia usaha untuk berinvestasi dan rumah tangga untuk berbelanja.
Dengan kata lain, dalam
jangka pendek, agresivitas dalam meningkatkan penerimaan pajak
menghambat pertumbuhan kredit dan selanjutnya berimplikasi pada pertumbuhan
ekonomi, walaupun dalam jangka menengah dan panjang, perbaikan dalam
penerimaan pajak sangat menentukan keberlanjutan perkembangan ekonomi.
Stimulus ekonomi
Pemerintah
sebenarnya dapat memfasilitasi atau bahkan mendorong pergerakan siklus
keuangan untuk menanjak lagi dengan lebih cepat. Stimulasi ekonomi sangat
dibutuhkan. Benar pemerintah membutuhkan penerimaan dari pajak yang lebih
besar, tetapi pada saat ekonomi melambat, bukan saatnya untuk agresif dalam
menarik pajak, tetapi lebih pada memberikan stimulasi.
Ekonomi Indonesia masih didominasi konsumsi, karena itu
kepercayaan konsumen untuk berbelanja sangat penting bagi pergerakan ekonomi.
Kredit konsumsi merupakan bagian penting dari kredit perbankan. Oleh karena
itu, pertumbuhan konsumsi yang sehat berarti juga pertumbuhan kredit yang
baik. Kepercayaan konsumen harus tetap dijaga pada tingkatan yang tinggi.
Begitu pula
pentingnya modal kerja bagi perkembangan perusahaan dan ekonomi. Ekonomi yang
berkembang dengan baik, pertumbuhan kredit modal kerja adalah pada tingkatan
yang tinggi. Sekarang ini pertumbuhan kredit modal kerja melambat, yang
menandakan perlambatan ekonomi.
Mendorong perkembangan sektor unggulan yang menggerakkan
ekonomi sangatlah penting untuk memberikan arah perkembangan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur yang merupakan inisiatif pemerintah yang semula
diharapkan menjadi pendorong utama perkembangan ekonomi dalam pelaksanaannya
terkendala oleh tidak memadainya dana pemerintah dan minimnya keterlibatan
swasta. Perkembangan yang berjalan tidak memberikan pengaruh yang meluas
(multiplier effect) kepada kegiatan perekonomian karena kurangnya
keterlibatan swasta.
Pembangunan
infrastruktur masih dapat menjadi pendorong jika melibatkan peran swasta
dalam dan luar negeri yang lebih besar. Mendorong perkembangan sektor
manufaktur dalam pola rantai pasokan global (global value chain) tidak saja
memperkuat struktur ekonomi, tetapi juga menciptakan kesempatan kerja.
Ditambah lagi
dengan perkembangan investasi swasta dalam
dan luar negeri yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
yang lebih tinggi. Sekalipun pertumbuhan kredit masih rendah, rasio kredit
perbankan terhadap deposito (LDR)
sudah berada di sekitar 90 persen, jadi kemampuannya terbatas untuk
memfasilitasi investasi yang tinggi.
Karena itu, memberikan keterbukaan kepada investasi asing
pada sektor tertentu yang menjadi unggulan dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi lebih baik daripada menerapkan daftar negatif investasi yang
implementasinya bersifat proteksionis. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar