Nuzulul
Quran
Komaruddin Hidayat ; Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
|
KORAN
SINDO, 16 Juni 2017
SETIAP bulan Ramadan kita menyaksikan dan mungkin juga
mengikuti acara peringatan Nuzulul Quran, yakni berkaitan awal mula
diturunkannya Alquran yang selanjutnya diwahyukan secara berangsur kepada
Nabi Muhammad selama 23 tahun. Ada beberapa pendekatan terhadap peringatan
Nuzulul Quran.
Pertama, peringatan peristiwa sejarah awal mula diturunkan
wahyu Alquran pada bulan Ramadhan. Tentu saja waktu itu belum ada komunitas
muslim yang ramai-ramai berpuasa Ramadan. Perintah puasa dan salat pun belum
turun.
Kedua, dan ini lebih penting dampaknya, yaitu doa dan
harapan agar Alquran itu juga turun (nuzul) pada setiap muslim-mukmin, bukan
hanya kepada diri Rasulullah. Dengan berpuasa dan menjalankan ritual secara
sungguh-sungguh, semoga hati dan pikiran menjadi suci. Sehingga ayat-ayat
suci yang berisi petunjuk kehidupan turun dan masuk pada bumi orang mukmin,
yaitu hati dan pikirannya. Muaranya hidupnya selalu dijiwai dan dibimbing
Alquran.
Suatu hari seorang sahabat bertanya pada Aisyah, istri
Rasulullah: Bisakah aku diberi penjelasan singkat yang bisa aku jadikan
pedoman hidup, apakah akhlak Rasulullah yang demikian agung dan mulia
perilakunya? Jawab Aisyah: Akhlaquhul-quran. Akhlaknya adalah Alquran.
Demikianlah, Alquran telah nuzul dan mempribadi pada diri Rasulullah.
Alquran telah jadi spirit dan pedoman hidupnya. Tentu saja
banyak tema pokok Alquran yang bisa dibahas panjang lebar. Di antaranya
disebutkan dalam Surat Alqalam ayat 4: Hai Muhammad, sungguh engkau memiliki
akhlak yang mulia.
Tema paling pokok dalam Alquran adalah keimanan pada Allah
dari hari kebangkitan. Aspek ini berakar pada keyakinan. Kita tidak bisa
mengukur keyakinan seseorang. Namun aspek fundamental lain ajaran Alquran
antara dua keimanan itu adalah beramal saleh dan berakhlak mulia, di mana
aspek ini bisa diamati, diukur dan dirasakan oang-orang di sekitarnya.
Jadi, jika Alquran telah nuzul pada seseorang, salah satu
buah dan indikasinya adalah berakhlak mulia. Akhlak mulia selalu menebarkan
sifat ilahi, terutama selalu mengajak kebenaran dan kebaikan dengan penuh
kasih sayang, sehingga Allah pun mengajarkan agar setiap memulai pekerjaan
mesti dimulai dengan: Bismillahirahmanirrahim. Semoga semua aktivitas kita
senantiasa mengambil bagian bagi penebaran kasih dan rahmat bagi sesama.
Ketika selesai melakukan pekerjaan, kita tutup dengan
Alhamdulillah. Bahwa segala pujian itu hanya milik Allah. Artinya, kita
jangan membanggakan diri dan jangan minta dipuji setelah menyelesaikan sebuah
tugas. Ketika memulai memohon bimbingan dan rahmat dari Allah, setelah
selesai bersyukur pada Allah.
Istilah Alquran turun ke bumi, bukan bumi yang kita injak
karena bumi pasti tidak akan mampu dan tidak memahami Alquran. Tetapi bumi
manusia, yaitu hati dan pikiran yang mengarahkan perilaku manusia.
Inilah yang terlihat dalam sejarah, masyarakat Arab
pra-Islam yang dikenal jahiliyah setelah mengenal Alquran berubah sangat
drastis. Yang tadinya selalu membanggakan sukunya dan gemar berperang
antarsuku, lalu berubah menjadi masyarakat yang senang bersujud pada Allah.
Mereka berlomba beramal kebajikan. Tak ada yang pantas dikejar-kejar kecuali
menjaga iman dan memperbanyak amal saleh.
Dengan kehadiran Alquran dan kepemimpinan Muhammad
Rasulullah, padang pasir Arab yang tandus berubah menjadi pusat ilmu dan
peradaban. Inilah salah satu makna dan bukti nuzulul-quran yang telah
mengubah sejarah.
Tetapi sangat disayangkan, masyarakat Arab yang menjadi
tempat penyemaian Islam dan menjadi sumber peradaban, hari-hari ini dikenal
sebagai bangsa dan masyarakat yang penuh dengan konflik dan peperangan,
mengingatkan kita pada situasi zaman pra-Islam, sebelum Alquran turun. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar