Sabtu, 14 Desember 2013

Perekonomian Harus Selalu Tumbuh

Perekonomian Harus Selalu Tumbuh
Indra Astrayuda  ;   Bekerja di Bank Indonesia
MEDIA INDONESIA,  13 Desember 2013

  

PEREKONOMIAN harus selalu tumbuh. Argumen itu cukup sederhana dan sebagian besar dari kita bakal sependapat. Well, perekonomian dapat diibaratkan seperti air yang mengalir dan sebuah keniscayaan untuk selalu mengalir. Seiring dengan waktu, aliran air mungkin akan terasa deras, dan bahkan mungkin agak tersendat alirannya, tapi tetap mengalir. Jadi, perekonomian memang harus bergerak dan tumbuh.

Sebagai contoh, Azhar, petani kopi di sebuah desa di Bengkulu, memiliki lahan yang menghasilkan sekitar 5 ton kopi per tahunnya. Sepanjang Azhar menghasilkan kopi setiap tahunnya, `perekonomian' Azhar tetap mengalir dan bergerak. Tentunya, jumlah produksi kopi per tahunnya akan berfl uktuasi tergantung cuaca, iklim, dan juga umur tanaman.

Ekonomi tumbuh dengan laju pertumbuhannya yang biasanya diukur secara riil dengan menghilangkan faktor pergerakan harga. Sebagai ilustrasi, Azhar pada 2011 menghasilkan 5 ton kopi pada saat harga jual kopi Rp18 ribu per kilogram (kg). Dengan demikian, total penjualan pada 2011 adalah Rp90 juta. Sementara itu, pada 2012 jumlah kopi yang dihasilkan sebesar 6 ton pada saat harga Rp14 ribu per kg. Dengan kata lain, total penjualan pada 2012 turun menjadi Rp84 juta. Meskipun demikian, setelah menghilangkan faktor turunnya harga kopi, `perekonomian' Azhar mengalami peningkatan laju pertumbuhan. Hal itu ditandai dengan peningkatan jumlah produksi kopi yang semula 5 ton pada 2011 menjadi 6 ton pada 2012.

Bank sentral dan pertumbuhan ekonomi

Kemudian, ketika perekonomian harus selalu tumbuh, tidaklah mengherankan jika dewasa ini kebijakan bank sentral akan bermuara, baik secara langsung maupun tidak langsung, pada pertumbuhan ekonomi. Hal itu dapat ditelusuri pada tujuan kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral. The Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat, dalam statuta hukumnya menyatakan salah satu tujuan kebijakan moneter adalah maximum employment, yang pada dasarnya merupakan cerminan dari pertumbuhan ekonomi.

Beberapa bank sentral (termasuk Bank Indonesia) memang memiliki kestabilan harga sebagai objektif utama ke bijakan moneter. Namun demikian, kebijakan moneter penstabilan harga tersebut dilakukan dalam rangka mendukung pembentukan pertumbuhan ekonomi. Tentunya kestabilan harga merupakan prasyarat penting untuk mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Bank Indonesia pun dalam misinya menyatakan bahwa upaya mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 
Singkatnya, kebijakan moneter dilakukan tetap dalam koridor yang bermuara, baik secara langsung maupun tidak langsung, pada pertumbuhan ekonomi.

Berkualitas dan berkesinambungan

Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belumlah cukup. Konsep penting yang perlu juga digarisbawahi adalah adanya kualitas dan kesinambungan dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan dapat dilihat dari beberapa aspek, di antaranya:

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang di topang oleh investasi, bukan konsumsi. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi, kurang memiliki efek kesinambungan pertumbuhan. Sementara itu, investasi (yang berkesinambungan) merupakan sumber pertumbuhan yang handal dan berkelanjutan. Terlebih bila investasi tersebut dilakukan pada: a) sektor yang sangat produktif dan memiliki multiplier yang tinggi dalam perekonomian, b) infrastruktur dan perme sinan, dan c) sektor yang berorientasi ekspor. Dalam pandangan Schmidt-Hebbel dkk (2001) menyebutkan bahwa investasi merupakan salah satu centerpiece of growth atau pusat pertumbuhan.

Kedua, pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan kapasitas. Ekonomi yang tumbuh diibaratkan air yang mengalir pada salurannya. Aliran air yang terlalu deras dan melebihi kapasitas sa luran air dapat mengakibatkan adanya cipratan bahkan luapan air. Air yang terbuang ini, pada akhirnya secara aktual mengurangi jumlah air yang mengalir, atau dengan kata lain mengurangi besaran pertumbuhan ekonomi. Dalam ilmu ekonomi, air yang terbuang ini mengilus trasikan inflasi (kenaikan harga-harga) yang me rupakan faktor koreksi pertumbuhan ekonomi secara riil. Itu sebabnya ilustrasi ini menggam barkan perlunya pertum buhan ekonomi yang konsisten dengan kapasitasnya.

Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi kerap kali terjadi mengikuti kondisi fundamental yang memburuk. Melebarnya defisit current account akibat permasalahan struktural perekonomian merupakan salah satu contoh kondisi fundamental yang memburuk. Namun demikian, perlu digarisbawahi bahwa defisit current account belum tentu mengindikasikan memburuknya fundamental perekonomian. Terlebih bila defisit tersebut terkait dengan tingginya investasi produktif. Bahkan dalam hal ini, defisit tersebut dipersepsi positif oleh pasar sebagai refleksi dari kepercayaan pasar akan prospek ekonomi jangka panjang.

Dengan kata lain, perekonomian harus selalu bergerak dan tumbuh. Dalam konteks ini, kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral sudah sepatutnya bermuara, baik langsung maupun tidak langsung, pada dukungan pembentukan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan, sesuai dengan kapasitas dan kondisi fundamentalnya. Langkah ini pada akhirnya mendukung upaya pencapaian peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar