PEREKONOMIAN harus
selalu tumbuh. Argumen
itu cukup sederhana dan sebagian besar dari kita bakal sependapat. Well, perekonomian dapat diibaratkan
seperti air yang mengalir dan sebuah keniscayaan untuk selalu mengalir.
Seiring dengan waktu, aliran air mungkin akan terasa deras, dan bahkan
mungkin agak tersendat alirannya, tapi tetap mengalir. Jadi, perekonomian
memang harus bergerak dan tumbuh.
Sebagai contoh, Azhar, petani
kopi di sebuah desa di Bengkulu, memiliki lahan yang menghasilkan sekitar 5
ton kopi per tahunnya. Sepanjang Azhar menghasilkan kopi setiap tahunnya,
`perekonomian' Azhar tetap mengalir dan bergerak. Tentunya, jumlah produksi
kopi per tahunnya akan berfl uktuasi tergantung cuaca, iklim, dan juga umur
tanaman.
Ekonomi tumbuh dengan laju
pertumbuhannya yang biasanya diukur secara riil dengan menghilangkan faktor
pergerakan harga. Sebagai ilustrasi, Azhar pada 2011 menghasilkan 5 ton
kopi pada saat harga jual kopi Rp18 ribu per kilogram (kg). Dengan
demikian, total penjualan pada 2011 adalah Rp90 juta. Sementara itu, pada
2012 jumlah kopi yang dihasilkan sebesar 6 ton pada saat harga Rp14 ribu
per kg. Dengan kata lain, total penjualan pada 2012 turun menjadi Rp84
juta. Meskipun demikian, setelah menghilangkan faktor turunnya harga kopi,
`perekonomian' Azhar mengalami peningkatan laju pertumbuhan. Hal itu
ditandai dengan peningkatan jumlah produksi kopi yang semula 5 ton pada
2011 menjadi 6 ton pada 2012.
Bank sentral dan pertumbuhan ekonomi
Kemudian, ketika perekonomian
harus selalu tumbuh, tidaklah mengherankan jika dewasa ini kebijakan bank
sentral akan bermuara, baik secara langsung maupun tidak langsung, pada
pertumbuhan ekonomi. Hal itu dapat ditelusuri pada tujuan kebijakan moneter
yang diambil oleh bank sentral. The
Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat, dalam statuta hukumnya
menyatakan salah satu tujuan kebijakan moneter adalah maximum employment,
yang pada dasarnya merupakan cerminan dari pertumbuhan ekonomi.
Beberapa bank sentral (termasuk
Bank Indonesia) memang memiliki kestabilan harga sebagai objektif utama ke
bijakan moneter. Namun demikian, kebijakan moneter penstabilan harga
tersebut dilakukan dalam rangka mendukung pembentukan pertumbuhan ekonomi.
Tentunya kestabilan harga merupakan prasyarat penting untuk mendukung
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Bank Indonesia pun dalam
misinya menyatakan bahwa upaya mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga
efektivitas transmisi kebijakan moneter dilakukan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Singkatnya, kebijakan moneter
dilakukan tetap dalam koridor yang bermuara, baik secara langsung maupun
tidak langsung, pada pertumbuhan ekonomi.
Berkualitas dan berkesinambungan
Meskipun demikian, pertumbuhan
ekonomi yang tinggi belumlah cukup. Konsep penting yang perlu juga
digarisbawahi adalah adanya kualitas dan kesinambungan dalam pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan dapat
dilihat dari beberapa aspek, di antaranya:
Pertama, pertumbuhan ekonomi
yang di topang oleh investasi, bukan konsumsi. Pertumbuhan ekonomi yang
ditopang oleh konsumsi, kurang memiliki efek kesinambungan pertumbuhan. Sementara
itu, investasi (yang berkesinambungan) merupakan sumber pertumbuhan yang
handal dan berkelanjutan. Terlebih bila investasi tersebut dilakukan pada:
a) sektor yang sangat produktif dan memiliki multiplier yang tinggi dalam
perekonomian, b) infrastruktur dan perme sinan, dan c) sektor yang
berorientasi ekspor. Dalam pandangan Schmidt-Hebbel dkk (2001) menyebutkan
bahwa investasi merupakan salah satu centerpiece of growth atau pusat
pertumbuhan.
Kedua, pertumbuhan ekonomi yang
sesuai dengan kapasitas. Ekonomi yang tumbuh diibaratkan air yang mengalir
pada salurannya. Aliran air yang terlalu deras dan melebihi kapasitas sa
luran air dapat mengakibatkan adanya cipratan bahkan luapan air. Air yang
terbuang ini, pada akhirnya secara aktual mengurangi jumlah air yang
mengalir, atau dengan kata lain mengurangi besaran pertumbuhan ekonomi. Dalam
ilmu ekonomi, air yang terbuang ini mengilus trasikan inflasi (kenaikan
harga-harga) yang me rupakan faktor koreksi pertumbuhan ekonomi secara
riil. Itu sebabnya ilustrasi ini menggam barkan perlunya pertum buhan
ekonomi yang konsisten dengan kapasitasnya.
Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang
sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi kerap
kali terjadi mengikuti kondisi fundamental yang memburuk. Melebarnya defisit
current account akibat
permasalahan struktural perekonomian merupakan salah satu contoh kondisi
fundamental yang memburuk. Namun demikian, perlu digarisbawahi bahwa
defisit current account belum
tentu mengindikasikan memburuknya fundamental perekonomian. Terlebih bila
defisit tersebut terkait dengan tingginya investasi produktif. Bahkan dalam
hal ini, defisit tersebut dipersepsi positif oleh pasar sebagai refleksi
dari kepercayaan pasar akan prospek ekonomi jangka panjang.
Dengan kata lain, perekonomian
harus selalu bergerak dan tumbuh. Dalam konteks ini, kebijakan moneter yang
dilakukan oleh bank sentral sudah sepatutnya bermuara, baik langsung maupun
tidak langsung, pada dukungan pembentukan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dan berkesinambungan, sesuai dengan kapasitas dan kondisi
fundamentalnya. Langkah ini pada akhirnya mendukung upaya pencapaian
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar