Pemilih pemula seharusnya mengenali calon-calon yang akan dia pilih,
jangan hanya termakan rayuan pada kampanye-kampanye yang di adakan para
caleg. Karena menurut pengalaman selama ini, banyak calon-calon legislatif
yang hanya memberi janji-janji saat kampanye, dan saat mereka terpilih
tidak menepati janji tersebut. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan
rakyat terhadap pemimpin mereka. Dan hal tersebut menimbulkan
ketidakpedulian para pemilih terhadap pemilihan umum periode selanjutnya.
Untuk
pemilu 2014 yang akan datang, pemerintah telah menyiapkan fasilitas untuk
mengetahui profil caleg yang akan dipilih dengan cara mengakses website
http://dct.kpu.go.id. Tapi rasanya cara ini masih kurang efektif karena
masih kurangnya minat pemilih pemula untuk mengetahui calon pemimpin
mereka.
Informasi
yang disediakan di situs tersebut juga belum lengkap, karena hanya menshare
foto dan biodata serta partai dan wilayah pemilihannya. Sementara untuk
memilih seorang legislator yang berkualitas, tidak cukup hanya dilihat dari
biodata yang ditulis sedetil mungkin dan pas photo be edited dengan senyum
manisnya, tanpa ada visi missi dan program yang ia tawarkan.
Pemilih
pemula 2014 harus mengerti arti pentingnya dan fungsi strategis yang
dimilikinya saat ini. Pada tahun 2045, atau 100 tahun setelah lahirnya
negara Indonesia, para pemilih pemula saat ini akan masih dalam usia
sangat produktif antara 48-54 tahun. Artinya mereka memiliki kesempatan
untuk memberikan kontribusi untuk perubahan besar bagi Indonesia.
Jika
prediksi Komite Ekonomi Nasional benar, tahun 2045 jumlah penduduk
Indonesia akan mencapai 353 juta orang dengan pendapatan perkapitanya akan
mencapai 46.900 dolar AS per tahun. Sedangkan saat ini pendapat per
kapita kita baru berkisar antara 3.400 dolar AS per tahun. Artinya saat itu
Indonesia sudah termasuk sebagai kategori negara maju. Suatu loncatan
yang luar biasa harus dilaksanakan oleh anak bangsa untuk mencapai itu
dalam kurun 7 kali pemilu lagi (2014, 2019, 2024, 2029 , 2034, 2039, dan
2044). Maka fondasi menuju Indonesia se abad itu ditentukan dari sekarang
oleh pemilih pemula.
Untuk
tercapainya cita-cita dan prediksi ekonomi yang mempunyai ekspektasi yang
sangat visioner sebagai negara maju tersebut harus dimiliki oleh politisi
di legislatif, para pejabat publik, dan pengambil kebijakan yang cerdas di
lembaga eksekutif, kepemimpinan nasional yang tegas untuk fokus pada
kesejahteraan rakyat banyak serta didukung oleh birokrasi yang efisien dan
profesional.
Semua
bentuk ideal dan cita-cita itu salah satu cara memperolehnya adalah dengan
membuat pemilu kita berkualitas dengan memilih orang-orang yang
berkualitas.
Pemilu
berkualitas itu adalah pemilu yang dijalankan dengan jujur, adil, sesuai
aturan, tingginya angka partisipasi pemilih untuk memilih dengan benar
terhadap calon-calon yang berkualitas, serta memenuhi syarat ideal lainnya.
Untuk mencapai pemilu yang berkualitas itu maka pemilih pemula bersama
masyarakat lainnya harus dibekali terus menerus tentang arti
pentingnya pemilu.
Masyarakat
harus didorong secara proaktif bisa terus menerus menagih janji politisi
dan pengambil kebijakan publik untuk memperkuat sektor ekonomi, pendidikan,
ketrampilan (live skill), entrepreneurship, kesempatan kerja, akses
pemasaran dan permodalan. Penegakan aturan hukum yang tegas dan berwibawa,
menjujungtinggi hak-hak asazi adalah bagian penyangga dari sektor-sektor
tersebut. Semua hanya akan memberikan kontribusi besar apabila para
calon-calon yang terpilih itu nantinya mempunyai visi dan misi serta
pemahaman yang sama dengan keinginan masyarakat /pemilih.
Sosiolog
Fritz E. Simandjuntak berpendapat bahwa: Apabila partisipasi pemilih
pemula tahun 2014 sangat besar dan kesempatan emas dalam peningkatan
pendidikan dan kesempatan kerja sudah diperoleh, maka pemilih pemula
tersebut akan menjadi generasi “pelopor” bahwa melalui mekanisme pemilihan
umum Indonesia bisa melakukan perubahan besar bagi kesejahteraan
masyarakat.
Pada
masa selanjutnya para pemilih pemula tahun 2014 akan menjadi inspirator
bagi pemilih pemula dan generasi seterusnya untuk membuat perubahaan
(move on) bagi Indonesia melalui mekanisme pemilihan umum dan pemilihan
presiden.
Sebaiknya
pemerintah, partai politik, dan pejabat-pejabat publik berusaha
menekankan kepada rakyat tentang arti pentingnya pemilu, dengan cara-cara
yang inovatif dan menarik melalui berbagai kesempatan dan media yang ada
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Begitu
juga partai politik seharusnya memberikan pencerahan pada masyarakat
tentang fungsi politik yang diembannya dan menempatkan para kader-kader
berkualitas sebagai calon legislatifnya pada setiap periode pemilihan umum.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar