Jumat, 13 Desember 2013

Pemilih Pemula Pemilu 2014 (2)

Pemilih Pemula Pemilu 2014 (2)
Harlan Setia Rahendra  ;   Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Andalas
HALUAN,  12 Desember 2013
  


Pemilih pemula seharusnya me­nge­nali calon-calon yang akan dia pilih, jangan hanya terma­kan rayuan pada kampanye-kampanye yang di adakan para caleg. Karena menurut pengalaman selama ini, banyak calon-calon legislatif yang hanya memberi janji-janji saat kampanye, dan saat mereka terpilih tidak menepati janji tersebut. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemimpin mereka. Dan hal tersebut menim­bulkan ketidakpedulian para pemilih terhadap pemilihan umum periode selanjutnya.

Untuk pemilu 2014 yang akan datang, pemerintah telah menyiapkan fasilitas untuk mengetahui profil caleg yang akan dipilih dengan cara mengakses website http://dct.kpu.go.id. Tapi rasanya cara ini masih kurang efektif karena masih kurangnya minat pemilih pemula untuk mengetahui calon pemimpin mereka.
Informasi yang disediakan di situs tersebut juga belum lengkap, karena hanya menshare foto dan biodata serta partai dan wilayah pemilihannya. Sementara untuk memilih seorang legislator yang berkualitas, tidak cukup hanya dilihat dari biodata yang ditulis sedetil mungkin dan pas photo be edited dengan senyum manisnya, tanpa ada visi missi dan program yang ia tawarkan.

Pemilih pemula 2014 harus mengerti arti penting­nya dan fungsi strategis yang dimilikinya saat ini. Pada tahun 2045, atau 100 tahun setelah lahirnya negara Indonesia,  para pemilih pemula saat ini akan masih dalam usia sangat produktif antara 48-54 tahun. Artinya mereka memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi untuk perubahan besar bagi Indonesia.

Jika prediksi Komite Ekonomi Nasional benar, tahun 2045 jumlah pen­duduk Indonesia akan men­capai 353 juta orang dengan pendapatan perkapitanya akan mencapai 46.900 dolar AS per tahun.  Sedangkan saat ini pendapat per kapita kita baru berkisar antara 3.400 dolar AS per tahun. Artinya saat itu Indonesia sudah termasuk sebagai kategori negara maju.  Suatu loncatan yang luar biasa harus dilaksanakan oleh anak bangsa untuk mencapai itu dalam kurun 7 kali pemilu lagi (2014, 2019, 2024, 2029 , 2034, 2039, dan 2044). Maka fondasi menuju Indonesia se abad itu ditentukan dari sekarang oleh pemilih pemula.

Untuk tercapainya cita-cita dan prediksi ekonomi yang mempunyai ekspektasi yang sangat visioner sebagai negara maju tersebut harus dimiliki oleh politisi di legislatif, para pejabat publik, dan pengambil kebijakan yang cerdas di lembaga eksekutif, kepemimpinan nasional yang tegas untuk fokus pada kesejahteraan rakyat banyak serta didu­kung oleh birokrasi yang efisien dan profesional.

Semua bentuk ideal dan cita-cita itu salah satu cara memperolehnya adalah dengan membuat pemilu kita berkualitas dengan memilih orang-orang yang berkualitas.

Pemilu berkualitas itu adalah pemilu yang dija­lankan dengan jujur, adil, sesuai aturan, tingginya angka partisipasi pemilih untuk memilih dengan benar terhadap calon-calon yang berkualitas, serta memenuhi syarat ideal lainnya. Untuk mencapai pemilu yang berkualitas itu maka pemilih pemula ber­sama masyarakat lainnya  harus dibekali terus mene­rus tentang arti pentingnya pemilu.

Masyarakat harus didor­ong secara proaktif bisa terus menerus menagih janji politisi dan pengambil kebijakan publik untuk memperkuat sektor ekonomi, pendidikan, ketrampilan (live skill), entrepreneurship, kesempatan kerja, akses pemasaran dan permodalan. Penegakan aturan hukum yang tegas dan berwibawa, menjujungtinggi hak-hak asazi adalah bagian pe­nyangga dari sektor-sektor tersebut. Semua hanya akan memberikan kontribusi besar apabila para calon-calon yang terpilih itu nantinya mem­punyai visi dan misi serta pemahaman yang sama dengan keinginan masya­rakat /pemilih.

Sosiolog Fritz E. Siman­djuntak berpendapat bahwa: Apabila partisipasi pemilih pemula tahun 2014 sangat besar dan kesempatan emas dalam peningkatan  pendi­dikan dan kesempatan kerja sudah diperoleh, maka pemilih pemula tersebut akan menjadi generasi “pelopor” bahwa melalui mekanisme pemilihan umum Indonesia bisa mela­kukan perubahan besar bagi kesejahteraan masyarakat.

Pada masa selanjutnya para pemilih pemula tahun 2014 akan menjadi inspirator bagi pemilih pemula  dan generasi seterusnya untuk membuat perubahaan (move on) bagi Indonesia melalui mekanisme pemilihan umum dan pemilihan presiden.

Sebaiknya pemerintah, partai politik, dan pejabat-pejabat publik  berusaha menekankan kepada rakyat tentang arti pentingnya pemilu, dengan cara-cara yang inovatif dan menarik melalui berbagai kesempatan dan media yang ada sesuai dengan tugas  pokok dan fungsinya masing-masing.

Begitu juga partai politik seharusnya memberikan pencerahan pada masyarakat tentang fungsi politik yang diembannya dan menem­patkan para kader-kader berkualitas sebagai calon legislatifnya pada setiap periode pemilihan umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar