Jumat, 13 Desember 2013

Konflik Akibat Sosialisasi Kondom

Konflik Akibat Sosialisasi Kondom
Alat Tjumano  ;   Peneliti Senior di Lembaga Studi Intelijen Strategis Indonesia (LSISI), Associated Researcher di Forum Dialog (Fordial)
HALUAN,  09 Desember 2013
  


Peringatan hari AIDS sedunia yang setiap tahun diperingati pada 1 Desember, namun di tahun ini hari AIDS tersebut berubah menjadi Pekan Kondom Nasional (PKN) yang berlangsung tanggal 1 s/d 7 Desember 2013. Seharusnya peringatan hari-hari besar sedunia yang diperingati setiap setahun sekali, diadakan dalam bentuk program-program yang bermanfaat bagi masyarakat.

Seperti halnya hari AIDS sedunia, sebaiknya digelar dengan melakukan seminar atau workshop untuk penderita AIDS maupun masyarakat awam, agar mengetahui cara menghindari penyakit yang mematikan tersebut, serta melakukan evaluasi terhadap capaian-capian apa saja yang telah dicapai secara positif.

Namun pada hari AIDS tahun ini ada sebuah program yang cukup menghebohkan di kalangan masyarakat, yakni membagi-bagikan kondom kepada masyarakat umum dalam rangka Pekan Kondom Nasional (PKN). Alhasil, masalah  tersebut menimbulkan kesalahpahaman di kalangan masyarakat, seolah-olah pembagian kondom secara cuma-cuma yang berujung “dilegalkannya” seks bebas di negeri ini.

Seharusnya peringatan hari AIDS tersebut diisi juga dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama yang berdekatan dengan tempat-tempat lokalisasi, hotel, pelabuhan, namun media yang digunakan tergantung dari efektivitas dari komunikasi publik tersebut. Di mana inti sosialisasi tersebut adalah memberitahukan bahwa apakah AIDS bisa disembuhkan atau tidak? Apakah ada jenis-jenis yang saat ini dapat dilakukan untuk menyembuhkan AIDS? Kemudian langkah apa saja untuk mencegah penyebaran AIDS dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan pembagian kondom gratis dalam pekan kondom nasional,  yang dibagikan menggunakan bis yang berada di sekitar kampus, menjadikan  masyarakat berpersepsi seolah-olah mempersilakan orang terutama para remaja untuk berhubungan seks di luar nikah. Hal inilah penyebab timbulnya kontroversi di masyarakat, terutama di kalangan pemuka agama, pemuka adat, guru dan lain sebagainya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Amidhan mengatakan pihaknya tidak setuju dengan penyelenggaraan Pekan Kondom Nasional, karena  pekan tersebut dinilai hanya membawa kepentingan industri kondom, bukan untuk menyampaikan kegunaan kondom sebagai alat konstrasepsi. Hal ini bisa disalahgunakan, dengan menjadikan seks bebas di kalangan remaja. 

Seharusnya kegiatan tersebut digalakkan dengan edukasi reproduksi dan pendidikan seks bagi masyarakat, dari pada melakukan kampanye pembagian kondom. Senada dengan KH Amidhan, Ustad Yusuf Mansur melalui twitternya juga menyatakan tidak setuju dengan kampanye pembagian kondom.

Sebelum berlangsungnya acara hari ADIS sedunia ini Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, sebenarnya sudah mengingatkan perusahaan/distributor untuk tidak membagi-bagikan kondom di tempat-tempat umum seperti pasar, kampus atau sekolahan, tapi yang perlu dibagikan berupa leaflet dan brosur. Sebaiknya untuk pembagian kondom hanya dilakukan di daerah yang berisiko tinggi seperti hotel, pelabuhan, dan tempat-tempat pelacuran atau lokalisasi.

Namun seruan dari Menkes dilanggar, maka akibat yang ditimbulkan adalah salah persepsi. Oleh sebab itu Menkes bisa memberikan sanksi terhadap perusahaan/distributor tersebut, terhadap masalah tersebut. Dengan kejadian ini maka Panitia Penyelenggara PKN akhirnya memutuskan untuk membatalkan kegiatan sosialisasi pemakaian kondom melalui Pekan Kondom Nasional 2013.

Dengan terjadi  mis-interpretasi dan mis-informasi terkait dengan kampanye kondom serta banyaknya tekanan dan kritik dari masyarakat, hal ini menggambarkan bahwa strategi yang dipilih panitia acara kurang tepat. Protes dari masyarakat menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum paham soal kondom, hal ini yang mestinya digarap. Dalam pelaksanaan pekan kondom tersebut selain melakukan sosialisasi besar-besaran masalah kondom, juga perlu dilakukan tes HIV/AIDS gratis kepada masyarakat umum.

Pemberian sesuatu yang aneh secara gratis bisa menimbulkan keingintahuan bagi penerima terutama kaum muda, apalagi yang diberikan tersebut adalah kondom, sehingga masyarakat yang menerima bisa tergoda untuk mencobanya melakukan hubungan seksual yang tidak terikat pernikahan. Awalnya mereka tersebut takut melakukan hubungan seksual di luar nikah karena bisa terkena virus HIV/AIDS, namun dengan adanya pemberian kondom tersebut, malah timbul keinginan untuk mencoba kondom tersebut.

Kejadian di hari AIDS sedunia yang ikut dimeriahkan di Indonesia setiap tahun, namun tahun ini sudah berobah menjadi Pekan Kondom Nasional yang akhirnya menimbulkan kontroversi dikalangan masyarakat. Pada dasarnya peringatan hari AIDS sedunia perlu kita dukung dalam rangka memperkecil jumlah penderita HIV/AIDS, namun tahun ini cara memperingati tersebut kurang bagus mengemasnya, dimana akhirnya menimbulkan masalah sehingga acara tersebut terpaksa dihentikan.

Seandainya dalam acara tersebut dilakukan dengan seminar/diskusi atau workshop untuk penderita penyakit yang mematikan ini, di dalam acara tersebut dilakukan pembagian kondom secara gratis itu tidak jadi masalah, karena tidak diumbar didepan umum. Seminar atau workshop tersebut tidak hanya diberikan kepada penderita penyakit HIV/AIDS, namun diperuntukkan juga terhadap masyarakat yang ikut merawat atau yang berdampingan setiap hari dengan penderita penyakit tersebut, hal inilah yang seharusnya ditampilkan, setelah ini berjalan baru kemudian disusulkan dengan dagangan atau bisnis yang akan di promosikan.

Pekan Kondom Nasional yang bertujuan awalnya adalah untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS, namun masalahnya berobah menjadi sosialisasi seks pra nikah kepada masyarakat umum, kejadian tersebut di atas bisa disikapi tergantung bagaimana kita memandangnya, karena kalau mau dicari-cari permasalahannya tetap akan selalu timbul, walaupun langkah yang ditempuh oleh panitia acara hari AIDS tersebut sudah sedemikian bagus.

Selain itu ada kesan, bahwa pemberian kondom gratis tersebut terhadap masyarakat terutama kaum muda seakan-akan mempersilakan masyarakat yang mendapatkan kondom gratis tersebut untuk melakukan hubungan seks bebas, padahal pesannya, menghimbau masyarakat untuk secara bersama-sama memerangi penyakit HIV/AIDS, bukan ajakan melakukan hubungan seks bebas.

Dalam rangka memperingati hari AIDS tahun depan diharapkan hal ini tidak terulang lagi dan kepada pihak pemerintah diharapkan mengemas acara tahunan ini dengan baik dan bermanfaat. Selain itu kepada Menkes dalam mengeluarkan himbauan atau seruan jangan menimbulkan kontroversi dikalangan masyarakat, ada seruan yang perlu dikeluarkan oleh menteri ada yang hanya sebatas Dirjen atau setingkat direktur, agar jangan lagi masyarakat berprasangka yang negatif terhadap Menkes. Seperti yang ada pada surat PB-PII kalimat yang pernah disampaikan Menkes, “Jika iman tidak kuat dan beresiko melakukan seks bebas maka agar tidak terjadi penyebaran HIV AIDS maka pakailah kondom”. Artinya kalimat tersebut membolehkan seseorang melakukan seks bebas. Kalimat yang dilontarkan oleh seorang menteri sebaiknya dalam menyampaikan kepada masyarakat perlu dilakukan pertimbangan agar jangan menjadi beban masalah terhadap lembaga yang dia pimpin. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar