KETIKA Ganjar Pranowo dan Heru
Sudjatmoko, 23 Agustus, dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Tengah, sebenarnya perekonomian Provinsi Jateng dalam kondisi sehat.
Kepala Bidang Statistik
Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari
menyatakan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013 terjadi di semua
sektor, kecuali pertanian. Pertumbuhan tertinggi dari sektor pertambangan
dan penggalian 4,9 persen, sementara terendah di sektor pertanian negatif
2,1 persen.
Jadi, pekerjaan besar pemimpin
yang baru, termasuk untuk tahun depan, tiada lain mengembalikan sektor
pertanian menjadi andalan pertumbuhan perekonomian Jateng. Pertanian harus
menjadi fokus, mengingat Jateng merupakan salah satu lumbung pangan
nasional, melalui padi. Di samping itu, produksi hortikultura Jateng juga
tak kalah besarnya. Selama bertahun-tahun, komoditas hortikultura Jateng
diekspor ke beberapa negara.
Dari mana memulainya agar
pertanian semakin kuat? Setelah banyak bertemu tokoh masyarakat di Jateng,
Ganjar menilai persoalan infrastruktur menjadi masalah krusial di provinsi
yang berpenduduk sekitar 32,3 juta jiwa ini. Kalau infrastruktur bagus,
akan mempermudah akselerasi pembangunan di Jateng dalam lima tahun ke depan.
Infrastruktur yang meliputi
jalan, jembatan, dan saluran irigasi selama lima tahun terakhir seolah
stagnan. Berapa pun besar anggaran yang digelontorkan, hingga kini warga
masih merasakan belum ada perubahan. Infrastruktur jalan contohnya, ruas
jalan Semarang-Kendal di jalur pantai utara Jawa hampir setiap tahun rusak
meski selalu diperbaiki.
Bahkan kerusakan jalan,
khususnya di sentra pertanian, selalu menyengsarakan petani sehingga
perekonomian petani makin terpuruk. Panen cabai merah di tingkat petani hanya
dihargai Rp 12,500 per kilogram, ternyata setelah dijual di kota bisa Rp
25.000 per kilogram. Petani harus menebus pupuk lebih mahal 20 persen dari
harga pasar karena dibebani ongkos angkut lebih mahal akibat jalan rusak.
Oleh karena ketiadaan transportasi
alternatif, secara ekstrem Ganjar menyamakan kawasan Kabupaten Purbalingga
dan sekitarnya seperti Papua. Untuk menuju ke kota-kota bagian selatan itu,
dari Semarang memerlukan waktu perjalanan 6-7 jam, sama dengan masa tempuh
penerbangan dari Jateng ke Papua.
Di Purbalingga ada lapangan
terbang Wirasaba milik TNI Angkatan Udara. Ganjar sudah bicara dengan
kepala daerah di daerah sekitar untuk mengoptimalkannya. Dengan anggaran Rp
110 miliar, lapangan terbang itu sudah bisa didarati pesawat terbang besar
agar orang Purwokerto dan sekitarnya kalau naik pesawat tidak lagi dari
Yogyakarta.
Ganjar juga akan bertemu dengan
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro untuk membahas pengembangan Bandara
Ahmad Yani, Semarang. Bandara milik TNI Angkatan Darat itu selayaknya
dikembangkan. Perencanaannya sudah selesai dan diharapkan awal tahun 2014
pengembangannya bisa dimulai.
Ganjar mengakui, banyak program
gubernur sebelumnya yang harus segera dilanjutkan, mulai dari Bandara Ahmad
Yani, Pelabuhan Tanjung Emas, jalan tol Semarang–Solo, hingga pengembangan
waduk di Kabupaten Karanganyar dan Blora. Di sisi lain, agar Jateng makin
transparan, juga harus melakukan reformasi birokrasi.
Butuh perhatian
Tuntutan pengembangan
infrastruktur juga disuarakan dari daerah. Misalnya Pelabuhan Tanjung
Bonang di Kabupaten Rembang. Pelabuhan dengan empat dermaga itu sejak 2008
hingga sekarang telah menghabiskan dana pembangunan Rp 88 miliar dari APBN
serta Rp 7 miliar dari APBD Kabupaten Rembang. Pelabuhan Pantai Kartini,
Kabupaten Jepara; Bandara Dewadaru di Kepulauan Karimunjawa; dan
peningkatan Lapangan Terbang Ngloram di Cepu, Kabupaten Blora, yang digagas
sejak 2008 juga memerlukan perhatian khusus.
Masyarakat di daerah itu
menunggu kerja nyata gubernur dan wagub yang baru.
Selain persoalan infrastruktur,
ada sejumlah persoalan yang juga membayangi Pemprov Jateng. Kesejahteraan
masyarakat di daerah pesisir juga harus mendapatkan perhatian. Evaluasi
terhadap bantuan untuk nelayan dan warga pesisir yang tak tepat sasaran
harus dilakukan agar tak terulang lagi tahun depan.
Ibu kota provinsi
Tahun 2013 adalah transisi
kepemimpinan lama dan baru di Jateng. Karena itu, Kota Semarang, yang
menjadi ibu kota Provinsi Jateng, pun mendapat perhatian dari Ganjar dan
Heru.
Persoalan yang selalu membayangi
Semarang, yakni genangan banjir akibat rob (limpasan air pasang laut) harus
dicari jalan keluar. Sayangnya, rencana pemerintah untuk membangun
tanggul/tembok raksasa di laut (giant
sea wall) untuk melindungi Kota Semarang dari banjir rob menuai pro
kontra. Bagi Gubernur Ganjar, pro dan kontra itu adalah partisipasi publik.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar