Jumat, 06 Desember 2013

Menelaah Agenda RI 1 ke Madura

Menelaah Agenda RI 1 ke Madura
Charmelya Maretha  ;   Dosen asal Sumenep,
Mahasiswi Pascasarjana Universitas Negeri Malang
JAWA POS,  06 Desember 2013

  

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung membantah pernyataan Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang menyebut dirinya baru pertama berkunjung ke Madura. Saat berbicara di depan ulama dan tokoh di Sumenep (4/12), SBY menyebut selama sembilan tahun menjabat dirinya sudah dua kali ke Pulau Garam (yang pertama 2006), bukan kali pertama sebagaimana pernyataan Soekarwo.

Presiden SBY tampak tak ingin dirinya terkesan sebagai "kacang lupa kulit". Ini jelas penting bagi SBY mengingat posisi Madura yang berbasis nahdliyin sangat strategis dalam percaturan politik tanah air.

Sejatinya, kehadiran SBY ke Madura memang bukan hal biasa. Kehadirannya akan menjadi titik balik bagi keberlanjutan kepemimpinan dan trah politik SBY. Setidaknya, SBY bisa berinvestasi politik jangka pendek sebelum perhelatan akbar Pileg 2014 di Madura.

Di luar kepentingan kenegaraan, kunjungan SBY sejak dua hari lalu hingga hari ini di empat kabupaten di Madura memang kental aroma politiknya. Sulit dielakkan bahwa kunjungannya an sich urusan kedinasan yang biasanya sangat kental dengan hal simbolis: urusan pidato dan menanam pohon. 

Ketua umum Partai Demokrat itu sangat pandai membaca peluang; harus datang dan pergi untuk urusan dukung-mendukung kekuasaan. Tentu saja, SBY tidak akan menafikan betapa besar peluang politiknya di Madura.

Hal itu terlihat dari betapa SBY pintar mengambil hati warga Madura. Pada medio Juni 2004, menjelang perhelatan pilpres ketika itu, SBY blusukan ke sejumlah pesantren di Madura. 

Menjelang Pilpres 2009, lagi-lagi SBY pintar mengelola harapan warga Madura. Sebulan sebelum Pilpres 9 Juli 2009, tepatnya 10 Juni 2009, SBY membuat sejarah baru bagi warga di sana. Sejarah baru tonggak pembangun Madura yang dimulai dengan peresmian Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu). 

Apakah hal itu sebuah kebetulan diresmikan sebulan sebelum Pilpres 2009? Tentu tidak. Apalagi ketika itu infrastruktur Jembatan Suramadu belum sepenuhnya rampung. Tetapi, lantaran harus segera diresmikan, bimsalabim, dipercepat penyelesaiannya.

Memang, pada 2006 SBY juga ke Madura (Pamekasan), yakni menghadiri puncak peringatan Nuzulul Quran. Namun, kedatangannya hanya dalam hitungan jam. Datang dengan kapal perang sore hari, langsung balik ke Surabaya malam harinya melalui jalur darat. Bisa dibilang tak ada yang signifikan dari kunjungan itu kecuali urusan simbolik dan pidato.

Lalu, kini apakah SBY datang ke Madura dengan tangan hampa dan pulang dengan tangan kosong? Jelas tidak. Dalam pertemuan dengan tokoh ulama dan tokoh masyarakat di Pendapa Agung Sumenep, SBY kembali hadir memberikan harapan. SBY berjanji menyediakan anggaran Rp 1,6 triliun pada 2014 untuk Madura. Jumlahnya naik dari tahun 2012 yang Rp 1,2 triliun (presidenri.go.id). Fantastis.

Hanya saja, apakah dengan menggelontor anggaran besar itu rakyat Madura dapat lebih sejahtera? Salah satu jawabannya terletak pada bagaimana SBY mengurus Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS). Ini penting mengingat selama ini BPWS masih menjadi tanda tanya besar dalam upaya pengembangan Madura, minimal di sekitar Suramadu. Belum lagi hubungan BPWS dengan empat bupati di Madura yang belum harmonis. 

Presiden yang menjadi 100 tokoh paling berpengaruh 2009 versi majalah Time itu juga berupaya menuntaskan persoalan konflik Syiah di Sampang. Sayang, tak ada dampak jelas yang dihasilkan dalam pertemuan di Sampang itu kecuali pesan SBY kepada ulama: bersabar (Jawa Pos, 5/12). Tetapi, SBY tampak sangat ingin dikesankan turun tangan dalam penuntasan masalah Syiah yang berlarut-larut itu.

Padahal, tentu saja, penyelesaian konflik Syiah di Sampang tak cukup dengan bersabar. Persoalan ini telanjur menjadi noda dalam hubungan antarumat seiman, antartetangga. Lebih-lebih, sampai saat ini masih ada sekitar 200 umat Syiah yang belum "merdeka" dan mengungsi di Rusun Puspa Agro Sidoarjo karena konflik tak tuntas.

Karena itu, sejatinya kunjungan SBY ke Madura yang berakhir hari ini di Bangkalan itu tak boleh hanya menjanjikan harapan bagi warga Madura. Tetapi betul-betul dapat memberikan solusi konkret atas sejumlah persoalan yang muncul. Komitmen SBY pada Madura bisa dilihat dari kesuksesan mengurus BPWS dan konflik Syiah di Sampang itu.

Jika SBY sukses dua hal itu, jangan ragukan dukungan warga Madura untuk kepemimpinan nasional dan trah politiknya. Seperti kita maklumi, bagi pemimpin yang berjasa, rakyat Madura tak segan menjadikannya pemimpin "seumur hidup". Seperti Pak Noer yang dinobatkan sebagai gubernur "seumur hidup". Dan, gubernur setelahnya hanya penggantinya saja, tak iyah? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar