Rabu, 18 Desember 2013

Kelinci Giok dan Mimpi Tiongkok

Kelinci Giok dan Mimpi Tiongkok
Rene L Pattiradjawane  ;    Wartawan Kompas
KOMPAS,  18 Desember 2013

  
DI  berbagai blog mikro Tiongkok, termasuk Weibo yang sepadan dengan Twitter dan Facebook (yang tidak berfungsi di daratan Tiongkok), kerap kali muncul lelucon yang berbunyi, ”Shangdi chuangzao le tian di, qita yiqie ze you Zhongguo zhizao.” Terjemahannya, ”Tuhan menciptakan langit dan bumi, lainnya adalah buatan Tiongkok” (Made in China).
Ketika Yutu (si Kelinci Giok) mulai menjelajah permukaan bulan dalam misi Chang’e-3, perjalanan yang dilakukan AS dan bekas Uni Soviet lama 40 tahun lalu, mungkin ini yang dimaksud dengan Zhongguo Meng (Mimpi Tiongkok). Si Kelinci Giok akan beroperasi selama tiga bulan, dengan berat 120 kilogram (buatan Uni Soviet lama Lunokhod-2 beratnya 840 kg) bertugas menyelidiki tanah dan batu-batuan di bulan.
Tanpa disangka, teknologi buatan Tiongkok ini sama canggihnya dengan buatan AS dan Rusia dalam menjelajah angkasa luar. Persepsi global atas keberhasilan si Kelinci Giok, legenda Tiongkok tentang dewi Chang’e dan binatang piaraannya yang tinggal di bulan, menggambarkan RRT adalah kekuatan baru, bersaing dengan AS dalam kemajuan teknologi.
Keberhasilan si Kelinci Giok menggelar ”Mimpi Tiongkok” yang memiliki catatan panjang peradaban Tiongkok sebagai longue durée kebesaran RRT. Program luar angkasa Tiongkok yang berbiaya tinggi ini menjadi bagian integral strategi pembangunan komprehensif yang menjadikan industri angkasa luar untuk diproyeksikan sebagai peluang bisnis baru.
Sejak tahun 2009, industri peluncuran satelit telah meluncurkan 35 kali produk luar angkasa dan 30 di antarannya adalah dari Brasil, Australia, Indonesia, dan bahkan AS. Tiongkok selama ini dikenal sanggup menyediakan paket lengkap membangun, meluncurkan, dan bahkan menyediakan jasa operasional satelit yang dimulai oleh Nigeria, Venezuela, dan disusul oleh Pakistan, Laos, dan Bolivia.
Bagi Tiongkok, kapabilitas dan peluang permintaan bisnis ruang angkasa juga mendorong faktor lain yang sangat signifikan. Pertama, ada sisi pemanfaatan teknologi ruang angkasa untuk strategi militer jangka panjang dan menjadi jawaban Tiongkok menembus ”pengepungan” AS dalam berbagai isu global yang ingin meredam kebangkitan RRT.
Kedua, selama ini orientasi ilmu pengetahuan dan teori teknologi ruang angkasa terpusat di AS sehingga kehadiran Tiongkok sebagai kekuatan luar angkasa baru akan mengubah paradigma tentang kehadiran, pengembangan, dan penggunaan persenjataan di luar angkasa. Militerisasi ruang angkasa akan menjadi kenyataan dengan keberhasilan si Kelinci Giok.
Dalam perilaku agresif terkait klaim tumpang tindih kedaulatan ataupun strategi komprehensif menghadapi persepsi ancaman, RRT sekarang memiliki kapabilitas baru di luar angkasa. Apakah perubahan ini menempatkan Tiongkok sebagai ”sang penantang” menghadapi hegemoni AS?  ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar