APA yang Anda
ketahui tentang Portugal? Biasanya jawaban terbanyak adalah Cristiano
Ronaldo, lalu mungkin Kota Porto. Siapa yang tidak kenal Cristiano Ronaldo.
Apalagi, selebriti sepak bola itu pernah ke Aceh setelah tsunami dan belum
lama ini ke Bali untuk berwisata serta menanam mangrove.
Selain jawaban
tersebut, sebagian besar warga Indonesia mengenal Portugal sebagai
''penjajah'' (dikenal dengan nama Portugis) dan meninggalkan persoalan di
Timor Timur (kini Timor Leste). Namun, sejarah muram itu berakhir dengan
kemerdekaan Timor Leste. Presiden Portugal Anibal Cavalo Silva juga melawat
ke Jakarta pada 2012.
Tahun ini saya
menjadi peserta program pertukaran dosen di jurusan hubungan internasional
dan administrasi publik di Minho University di Kota Braga, barat daya
Portugal, sekitar 300 km dari ibu kota Lisbon, berbatasan dengan Spanyol.
Meski penduduknya hanya sekitar seratus ribu, Braga merupakan kota ketiga
terbesar setelah Lisbon dan Porto.
Terkait dengan
Indonesia, memori masyarakat Portugal tetap tak beranjak dari isu Timtim,
meski sudah tuntas. Oscarina mengakui, informasi tentang Indonesia memang
kurang. Jarak Indonesia-Portugal memang jauh, hampir 15 ribu km. Selain
itu, kehadiran Indonesia di Portugal hanya ''diwakili'' isu Timtim,
sedangkan Portugal punya ''wakil'' lebih asyik, yakni Cristiano Ronaldo dan
sepak bola, untuk dikenal di Indonesia.
Tetapi, soal
jarak sebenarnya bisa diatasi. Joao Goncalves, mahasiswa program master
bidang komunikasi dan penduduk asli di Kota Braga, menyebutkan, ada serbuan
budaya pop dari Jepang. Hal itu memancing keinginan untuk pergi ke Jepang.
Biasanya orang Portugal hanya tertarik untuk pergi ke negara-negara bekas
koloni Portugal (berbahasa Portugis) seperti Brasil dan Mozambik.
Uniknya, kata
Joao, awalnya warga Portugal tidak tahu bahwa anime dan manga berasal dari
Jepang karena di-dubbing dalam bahasa Portugal. Lama-kelamaan mereka tahu
karena mencari informasi di internet. Anime dan manga itu menyebar hingga
ke pelosok. Joao bercerita, ibunya adalah guru sekolah dasar di desa.
Ibunya begitu terkejut melihat tugas salah satu muridnya yang bercerita dan
menggambar tokoh animasi Jepang.
Ketika ditanya
tentang Indonesia, jawaban Joao sama dengan Oscarina. Yaitu, kurangnya
informasi tentang Indonesia. Ketika saya bercerita tentang adanya
kesempatan belajar bahasa dan budaya Indonesia melalui program beasiswa
Darmasiswa, dia sangat tertarik. Mereka memang perlu alternatif selain ke
negara bekas jajahan Portugal (dan Jepang).
Syukurlah, saya
akhirnya menemukan Joao Pedro Almeida, mahasiswa S-1 jurusan ekonomi. Dia
memiliki pengalaman berkunjung ke Indonesia. Dia merupakan seorang
peselancar. Dari internet, dia mengetahui bahwa Indonesia memiliki banyak
pantai yang bagus dan ombaknya layak selancar. Mulanya, orang tuanya
melarang saat Almeida meminta izin untuk pergi ke Indonesia. Anggapannya,
Indonesia adalah negara yang jauh dan tidak aman. Setelah meyakinkan dengan
aneka informasi, dia pun diizinkan mengunjungi Jakarta, Medan, Nias, Bali,
dan Lombok selama dua bulan.
Anggapannya
tidak salah. Almeida mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara yang
indah. Dia pun menyatakan ingin kembali berkunjung ke Indonesia. Anak muda
itu juga mengaku belajar bahasa Indonesia. Dia menyebut beberapa kata dalam
bahasa Portugis yang mirip, meskipun tidak sama persis dengan bahasa
Indonesia. Misalnya, ''kemeja'' dan ''meja''. Rupanya, itu adalah sisa
peninggalan penjajahan Portugis di Indonesia (seperti juga kata gereja dari
igreja, bendera dari bandeira, serta lemari atau almari dari armario).
Bukan hanya
Indonesia yang nyaris tak terdengar di Portugal. Ketika akan mengajar mata
kuliah organisasi internasional, Profesor Maria Ceu da Pinto, ketua jurusan
hubungan internasional dan administrasi publik, menyarankan agar saya
menjelaskan ASEAN. Namun, beliau mengingatkan kepada saya untuk mengawali
kuliah dengan menampilkan peta ASEAN atau Asia Tenggara di tengah peta
dunia. Meski mahasiswa hubungan internasional, mereka tidak antusias
mempelajari peta dunia, termasuk mengetahui lokasi Asia Tenggara.
Nuno Agevedo,
dosen tamu di fakultas ekonomi, menambahkan, minat pelajaran geografi kurang
begitu bagus. Orang Portugal hanya berpikir tentang negaranya dan mungkin
beberapa negara tetangga seperti Spanyol dan Italia untuk tempat bepergian.
Pengecualian kepada Inggris. Sebab, menurut cerita Nuno, saat ini banyak
anak muda Portugal yang pergi ke Inggris untuk mencari kerja. Tapi, dia
menyebutkan, persiapan mereka kerap kurang memadai sehingga menimbulkan
masalah di Inggris.
Indonesia dan
Portugal memiliki hubungan panjang pada masa lalu. Bahkan, pernah seabad
sejak 1509 Portugis malang melintang di Nusantara dan berjejak panjang di
Timtim. Namun, sekarang jauh di mata jauh di hati. Untung ada Ronaldo. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar