Senin, 02 Desember 2013

Cerita Indonesia dari Pelosok Portugal

Cerita Indonesia dari Pelosok Portugal
Tonny Dian Effendi  ;   Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sedang mengikuti Program Pertukaran Dosen Erasmus Mundus di Minho University, Portugal
JAWA POS,  02 Desember 2013



APA yang Anda ketahui tentang Portugal? Biasanya jawaban terbanyak adalah Cristiano Ronaldo, lalu mungkin Kota Porto. Siapa yang tidak kenal Cristiano Ronaldo. Apalagi, selebriti sepak bola itu pernah ke Aceh setelah tsunami dan belum lama ini ke Bali untuk berwisata serta menanam mangrove.

Selain jawaban tersebut, sebagian besar warga Indonesia mengenal Portugal sebagai ''penjajah'' (dikenal dengan nama Portugis) dan meninggalkan persoalan di Timor Timur (kini Timor Leste). Namun, sejarah muram itu berakhir dengan kemerdekaan Timor Leste. Presiden Portugal Anibal Cavalo Silva juga melawat ke Jakarta pada 2012.

Tahun ini saya menjadi peserta program pertukaran dosen di jurusan hubungan internasional dan administrasi publik di Minho University di Kota Braga, barat daya Portugal, sekitar 300 km dari ibu kota Lisbon, berbatasan dengan Spanyol. Meski penduduknya hanya sekitar seratus ribu, Braga merupakan kota ketiga terbesar setelah Lisbon dan Porto. 

Terkait dengan Indonesia, memori masyarakat Portugal tetap tak beranjak dari isu Timtim, meski sudah tuntas. Oscarina mengakui, informasi tentang Indonesia memang kurang. Jarak Indonesia-Portugal memang jauh, hampir 15 ribu km. Selain itu, kehadiran Indonesia di Portugal hanya ''diwakili'' isu Timtim, sedangkan Portugal punya ''wakil'' lebih asyik, yakni Cristiano Ronaldo dan sepak bola, untuk dikenal di Indonesia. 

Tetapi, soal jarak sebenarnya bisa diatasi. Joao Goncalves, mahasiswa program master bidang komunikasi dan penduduk asli di Kota Braga, menyebutkan, ada serbuan budaya pop dari Jepang. Hal itu memancing keinginan untuk pergi ke Jepang. Biasanya orang Portugal hanya tertarik untuk pergi ke negara-negara bekas koloni Portugal (berbahasa Portugis) seperti Brasil dan Mozambik.

Uniknya, kata Joao, awalnya warga Portugal tidak tahu bahwa anime dan manga berasal dari Jepang karena di-dubbing dalam bahasa Portugal. Lama-kelamaan mereka tahu karena mencari informasi di internet. Anime dan manga itu menyebar hingga ke pelosok. Joao bercerita, ibunya adalah guru sekolah dasar di desa. Ibunya begitu terkejut melihat tugas salah satu muridnya yang bercerita dan menggambar tokoh animasi Jepang.

Ketika ditanya tentang Indonesia, jawaban Joao sama dengan Oscarina. Yaitu, kurangnya informasi tentang Indonesia. Ketika saya bercerita tentang adanya kesempatan belajar bahasa dan budaya Indonesia melalui program beasiswa Darmasiswa, dia sangat tertarik. Mereka memang perlu alternatif selain ke negara bekas jajahan Portugal (dan Jepang). 

Syukurlah, saya akhirnya menemukan Joao Pedro Almeida, mahasiswa S-1 jurusan ekonomi. Dia memiliki pengalaman berkunjung ke Indonesia. Dia merupakan seorang peselancar. Dari internet, dia mengetahui bahwa Indonesia memiliki banyak pantai yang bagus dan ombaknya layak selancar. Mulanya, orang tuanya melarang saat Almeida meminta izin untuk pergi ke Indonesia. Anggapannya, Indonesia adalah negara yang jauh dan tidak aman. Setelah meyakinkan dengan aneka informasi, dia pun diizinkan mengunjungi Jakarta, Medan, Nias, Bali, dan Lombok selama dua bulan. 

Anggapannya tidak salah. Almeida mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara yang indah. Dia pun menyatakan ingin kembali berkunjung ke Indonesia. Anak muda itu juga mengaku belajar bahasa Indonesia. Dia menyebut beberapa kata dalam bahasa Portugis yang mirip, meskipun tidak sama persis dengan bahasa Indonesia. Misalnya, ''kemeja'' dan ''meja''. Rupanya, itu adalah sisa peninggalan penjajahan Portugis di Indonesia (seperti juga kata gereja dari igreja, bendera dari bandeira, serta lemari atau almari dari armario).

Bukan hanya Indonesia yang nyaris tak terdengar di Portugal. Ketika akan mengajar mata kuliah organisasi internasional, Profesor Maria Ceu da Pinto, ketua jurusan hubungan internasional dan administrasi publik, menyarankan agar saya menjelaskan ASEAN. Namun, beliau mengingatkan kepada saya untuk mengawali kuliah dengan menampilkan peta ASEAN atau Asia Tenggara di tengah peta dunia. Meski mahasiswa hubungan internasional, mereka tidak antusias mempelajari peta dunia, termasuk mengetahui lokasi Asia Tenggara. 

Nuno Agevedo, dosen tamu di fakultas ekonomi, menambahkan, minat pelajaran geografi kurang begitu bagus. Orang Portugal hanya berpikir tentang negaranya dan mungkin beberapa negara tetangga seperti Spanyol dan Italia untuk tempat bepergian. Pengecualian kepada Inggris. Sebab, menurut cerita Nuno, saat ini banyak anak muda Portugal yang pergi ke Inggris untuk mencari kerja. Tapi, dia menyebutkan, persiapan mereka kerap kurang memadai sehingga menimbulkan masalah di Inggris. 

Indonesia dan Portugal memiliki hubungan panjang pada masa lalu. Bahkan, pernah seabad sejak 1509 Portugis malang melintang di Nusantara dan berjejak panjang di Timtim. Namun, sekarang jauh di mata jauh di hati. Untung ada Ronaldo. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar