Selama
berabad-abad, mereka yang optimistis dan yang pesimistis saling
berargumentasi mengenai keadaan dunia yang mereka saksikan. Mereka yang
pesimistis menyaksikan sebuah dunia tempat bertambahnya jumlah penduduk
berarti berkurangnya pasokan pangan, di mana meningkatnya permintaan akan
sumber daya berarti terkurasnya sumber daya dan perang, serta-pada dekade
akhir-akhir ini-di mana meningkatnya kapasitas produksi berarti
meningkatnya polusi dan pemanasan global.
Mereka
yang optimistis berpikir sebaliknya. Namun, daripada memungut fakta-fakta
dan cerita-cerita untuk membenarkan naratif kemunduran atau kemajuan, kita
sebaiknya membandingkan seluruh bidang eksistensi manusia untuk melihat
apakah dunia benar-benar bertambah baik atau bertambah buruk.
Bersama
21 ekonom terkemuka di dunia, saya mencoba melakukan perbandingan itu
dengan menyusun suatu kartu skor yang meliputi rentang waktu selama 150
tahun. Dengan menggunakan kartu skor yang mencakup 10 bidang-termasuk
kesehatan, pendidikan, perang, ketidaksetaraan gender, polusi udara,
perubahan iklim, dan keanekaragaman hayati-ekonom-ekonom tersebut menjawab
pertanyaan yang sama: seberapa besar ongkos yang harus dibayar untuk
masalah ini setiap tahunsejak 1900 sampai 2013, beserta prediksi untuk
tahun 2050?
Dengan
menggunakan valuasi ekonomi klasik, dari kematian, buruknya standar
kesehatan, niraksara, sampai rusaknya kawasan rawa-rawa dan meningkatnya
kerusakan akibat badai yang dipicu pemanasan global, ekonom-ekonom itu
menunjukkan besarnya ongkos yang harus dibayar untuk setiap masalah yang
dihadapi. Untuk memperkirakan besarnya masalah, pemanasan global
dibandingkan dengan total sumber daya yang ada untuk memperbaikinya.
Perkiraan ini menunjukkan besarnya masalah tersebut sebagai pangsa dalam
produk domestik bruto (PDB). Kecenderungan yang terjadi sejak 1900
kadang-kadang sangat mengejutkan.
Mungkin
mengagetkan bahwa perubahan iklim dari 1900 sampai 2025 ternyata sebagian
besar membawa manfaat, karena hal itu meningkatkan kesejahteraan sebesar
kira-kira 1,5 persen dari PDB per tahun. Ini karena pemanasan global
membawa efek yang bercampur aduk, yang dalam pemanasan global moderat
banyak manfaatnya.
Di
satu pihak, karena CO2 berfungsi sebagai pupuk, tingginya level CO2
merupakan berkah bagi pertanian yang membawa dampak yang paling positif,
setara dengan 0,8 persen dari PDB. Selain itu, pemanasan global yang
moderat berarti mengurangi kematian akibat cuaca yang dingin daripada yang
terjadi dalam cuaca yang panas. Ia juga mengurangi perlunya penghangat
ruangan yang berarti pengurangan ongkos sebesar kira-kira0,4 persen dari PDB.
Di sisi lain, pemanasan global meningkatkan kadar stres air, dengan ongkos
yang harus dibayar sekitar 0,9 persen dari PDB. Ia juga membawa efek
negatif terhadap ekosistem, seperti kawasan rawa-rawa,yakni sekitar 0,1
persen.
Namun,
dengan naiknya suhu, ongkos akan meningkat dan manfaat menurun, sehingga
menyebabkan terjadinya pengurangan yang dramatis pada net benefits. Setelah
2070, pemanasan global akan menjadi net cost, sehingga memerlukan tindakan
yang cost-effective sekarang dan pada dekade-dekade yang akan datang.
Untuk
meletakkan persoalan pada perspektifnya,kartu skor ini juga menunjukkan
bahwa persoalan lingkungan yang besar adalah polisi udara di dalam ruangan.
Saat ini, polusi udara dalam ruangan dari dapur dan penghangat ruangan yang
menggunakan bahan bakar yang buruk menyebabkan kematian lebih dari 3 juta
orang setiap tahun, atau setara dengan ongkos yang harus dibayar sebesar 3
persen dari PDB global. Namun, pada 1900, ongkos yang harus dibayar
mencapai19 persen dari PDB, dan diharapkan turun menjadi 1 persen dari PDB
menjelang 2050.
Dalam
arti ekonomi, ongkos yang harus dibayar karena buruknya kesehatan pada awal
abad ke-20 tercatatmencapai 32 persen dari PDB global.Sekarang, angka itu
sudah menurun sampai 11 persen, dan menjelang 2050 bakal turun separuh dari
angka tersebut.
Walaupun
mereka yang optimistis itu tidak sepenuhnya benar, gambaran keseluruhannya
jelas. Sebagian besar dari topik dalam kartu skor menunjukkan perbaikan
sebesar 5-20 persen dari PDB. Dan, secara keseluruhan, kecenderungannya
bahkan lebih jelas. Secara global, masalah yang ada telah berkurang
drastis, sebanding dengan sumber daya yang ada untuk menanganinya.
Sudah
tentu, ini tidak berarti persoalan sudah selesai. Walaupun dianggap kecil,
masalah yang muncul di bidang kesehatan, pendidikan malnutrisi, polusi
udara, kesetaraan gender, dan perdagangan tetap menonjol.
Namun
mereka yang realistis sekarang harus merangkul pandangan bahwa dunia
bertambah baik. Lagi pula, kartu skor menunjukkan kepada kita di bidang
mana tantangan-tantangan yang cukup besar harus dihadapi guna tercapainya
dunia yang lebih baik pada 2050. Kita harus membimbing masa depan kita
bukan berdasarkan cerita-cerita yang menakutkan, atau bahkan suara lantang
kelompok penekan, yang paling lantang bersuara,melainkan berdasarkan
penilaian yang obyektif di mana kita bisa berbuat yang terbaik.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar