Laju
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2012 mencapai
6,23%, dengan besaran PDB atas dasar harga berlaku sebesar Rp8.241,9
triliun.
Pertumbuhan PDB tanpa migas pada 2012 mencapai 6,81% sebagai respons dari
kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah mineral dan meningkatkan sisi
hilir dengan mendorong pembangunan smelter. Pertumbuhan PDB sektoral
terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor
pengangkutan dan komunikasi 9,98%, serta terendah di sektor pertambangan
dan penggalian sebesar 1,49%.
Data di atas menunjukkan beberapa hal yakni: pertama, ekonomi nasional
relatif kokoh dan terus berkembang di tengah ketidakpastian global.
Kedua, proses pembangunan konektivitas nasional yang sementara berjalan
telah menstimulasi aktivitas ekonomi, baik utama maupun turunan. Ketiga,
transformasi struktural terus berjalan seiring pertumbuhan sektor
sekunder dan tersier. Dan terakhir, kedisiplinan fiskal, stimulasi sektor
riil, hingga stabilisasi moneter perlu terus dijaga dan ditingkatkan.
Sepanjang 20082012, PDB per kapita atas dasar harga berlaku terus
meningkat. PDB per kapita pada 2012 mencapai Rp33,34 juta (USD3.562,64)
atau tumbuh 59% dibanding 2008 sebesar Rp21,01 juta (USD2.201,51).
Tumbuhnya sektor-sektor sekunder dan tersier telah mendorong perluasan
lapangan kerja yang kemudian menjadi salah satu penopang pertumbuhan PDB
per kapita.
Begitu pula membesarnya kelas menengah telah mendorong permintaan
domestik. Di tingkat masyarakat bawah, sejumlah program prorakyat menjadi
bantalan untuk terus menjaga daya beli kelas ini. Realita ini yang
kemudian menjadi argumentasi logis dari kinerja dan pertumbuhan ekonomi
dalam beberapa tahun terakhir.
BPS merilis perkiraan indeks tendensi konsumen (ITK) nasional pada
triwulan I/2013 sebesar 107,80, artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan
terus membaik. Perkiraan ini didasari oleh peningkatan pendapatan rumah
tangga, rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari,
dan peningkatan konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan.
Secara umum, perbaikan kondisi ekonomi konsumen terjadi di semua provinsi
(33 provinsi), di mana 17 provinsi di antaranya (51,52%) memiliki nilai
indeks di atas nasional. Aktivitas sektor riil juga menunjukkan kinerja
cukup menggembirakan. Di awal 2013, sejumlah apresiasi dan atribusi diberikan
kepada Indonesia, misalnya publikasi Urban Land Institute (ULI) dan PricewaterHouse Coopers (PwC)
menobatkan Indonesia (kota Jakarta) sebagai pasar yang paling menarik
untuk investasi properti (mengungguli Hong Kong, Singapura, Shanghai).
Sisi menarik sektor ini juga ditandai dengan meningkatnya jumlah dan
nilai perdagangan di lantai bursa efek Indonesia bersama- sama dengan
sektor infrastruktur dan konstruksi. Di sektor transportasi, Asosiasi
Penerbangan Internasional (International
Air Transport Association-IATA) memproyeksikan pertumbuhan jumlah
penumpang udara Indonesia dapat mencapai dua digit dibanding dengan
pertumbuhan penumpang udara dunia yang hanya di kisaran 3%.
Nilai indeks tendensi bisnis (ITB) menurut BPS pada kuartal I/2013 meningkat
dibandingkan kuartal IV/2012. Hampir semua sektor ekonomi pada kuartal
pertama 2013 diperkirakan meningkat. Masih dalam catatan BPS, membaiknya
kondisi bisnis domestik pada kuartal I/2013 terjadi karena peningkatan
permintaan dalam negeri, harga jual, dan permintaan barang input,
sedangkan permintaan dari luar ngeri relatif stagnan.
Dengan potret perkembangan sektor riil, khususnya konstruksi,
infrastruktur dan properti, telah mendorong peningkatan permintaan barang
input, salah satunya semen. Pertumbuhan konsumsi semen 2013 diproyeksikan
mencapai 9–10% menjadi 60 juta ton dibanding 2012, 55 juta ton. Pada
2010, kebutuhan semen nasional mencapai 40,77 juta ton dengan produksi
dalam negeri 40,72 juta ton.
Permintaan untuk 2011 naik menjadi 47,99 juta ton, dengan produksi
nasional hanya 45,43 juta ton. Sementara tahun 2012, kebutuhan semen
sebesar 55,16 juta ton dan kapasitas produksi industri mencapai 60,47
juta ton dengan nilai omzet industri mencapai USD5,1 miliar. Tren
peningkatan pertumbuhan di sektor ini diprediksi terus terjadi hingga
lima tahun ke depan, mengingat sejumlah agenda pembangunan infrastruktur
dalam rangka konektivitas nasional serta perkembangan kelas menengah
Indonesia.
Tahun ini pemerintah berencana merealisasikan 82 proyek MP3EI dengan groundbreaking sebanyak 14 proyek
infrastruktur. Pembangunan proyek-proyek infrastruktur MP3EI ini juga
mendorong permintaan semen dalam beberapa tahun ke depan. Besarnya
permintaan dan faktor melimpahnya bahan baku semen di Indonesia mendorong
12 investor akan berinvestasi di sektor ini sepanjang 2013–- 2017 dengan
nilai investasi sekitar USD6,68 miliar atau sebesar Rp65,03 triliun.
Investasi ini diperkirakan menambah kapasitas produksi semen nasional
menjadi 108,77 juta ton atau bertambah 48,3 juta ton dari produksi tahun
2012. Di sektor transportasi, indikator lalu lintas domestik sebagai
proksi mobilitas ekonomi antardaerah juga terus meningkat signifikan.
Pada 2012, jumlah penumpang udara tumbuh lebih dari 10% dari tahun 2011
dengan total penumpang sebanyak 72,46 juta orang yang didominasi oleh
penumpang domestik sebesar 66,62 juta, sedangkan penumpang internasional
mencapai 8,85 juta. Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia
(INACA) memprediksi di 2013, penumpang pesawat di Indonesia tumbuh
13–15%, dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional.
Pembelian 234 pesawat Airbus oleh maskapai penerbangan nasional Lion Air
merupakan indikator sektor transportasi udara Indonesia sangat
prospektif. Sebelumnya, Lion Air juga memborong 230 pesawat Boeing 737.
Begitu juga AirAsia dan Citilink yang telah memesan masing-masing 475
pesawat dan 25 unit Airbus A320.
Potret ini merupakan indikator kinerja ekonomi sektor riil dalam beberapa
tahun terakhir. Perkembangan ekonomi di sektor riil terus menjadi
penopang ekonomi domestik di saat permintaan global mengalami tekanan
dalam lima tahun terakhir.
Sebagai negara yang ditopang oleh konsumsi domestik (consumption-led growth) dan investasi (investment-led growth), strategi ekonomi nasional akan
difokuskan pada penguatan sektor riil dan penguatan daya beli masyarakat,
khususnya pada kelompok menengah ke bawah (program prorakyat).
Di sisi lain, sumber-sumber pertumbuhan baru terus diidentifikasi
khususnya sektor-sektor yang sarat dengan teknologi dan inovasi. ● |
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar