Kamis, 11 April 2013

Rustriningsih Bicaralah!


Rustriningsih Bicaralah!
Bambang Prishardoyo ;  Pemerhati Politik dan Ekonomi, Warga Kebumen
SUARA MERDEKA, 11 April 2013

  
Pada edisi 12 Februari lalu, harian ini memuat artikel saya berjudul ’’Menunggu Restu Megawati’’ dengan hipotesis bila restu Mega jatuh ke Rustriningsih, dipasangkan dengan siapa pun, apalagi kader internal, bakal menjadi kekuatan dahsyat dan berpeluang besar mengulang kisah sukses PDIP dalam Pilgub DKI Jakarta 2012. Jika rekomendasi DPP jatuh kepada Ganjar Pranowo, Hadi Prabowo, atau Don Murdono, semua cagub yang maju memiliki peluang sama untuk memenangi kontestasi itu.

Kini, setelah sebulan restu Megawati diturunkan ke Ganjar, kian kuat bukti hipotesis itu. Tak ada dominasi kekuatan pada salah satu pasangan. Memang tiap kandidat mengklaim memiliki kekuatan dukungan. Bibit kerap melontarkan pernyataan dirinya bakal memenangi pilkada dalam satu putaran. Keyakinan itu mendasarkan pada kenyataan dukungan tiga partai besar yang berkoalisi mengusung.
Hadi optimistis menang karena didukung 6 partai dan 40 suara di lembaga legislatif. Tim sukses bahkan mengklaim pasangan itu memiliki popularitas dan rekam jejak baik, serta didukung partai yang majemuk dengan mesin politik yang siap bekerja optimal. Ganjar pun yakin menang karena diusung PDIP, partai yang mengklaim Jateng sebagai basis.  

Namun dukungan yang mereka klaim belum disertai bukti akurat. ’’Tajuk Rencana’’ harian ini (SM, 4/4/13) lebih menegaskan betapa kuat faktor Rustriningsih, yang akan membuat keputusan pada 11 April ini bertepatan dengan hari penetapan cagub-cawagub oleh KPU Jateng. Sikap politik apa yang akan diambil, tentu memunculkan beragam spekulasi.

Skenario Rustri

Tatkala nyata-nyata disia-siakan oleh PDIP, partai yang sangat dicintai, pamor Rustri justru kian memancar. Makin banyak individu atau partai berusaha merangkul. Tak terkecuali Ganjar, yang bahkan mengampanyekan telah didukung Rustri. Tapi belakangan ia dituduh melakukan pembohongan publik oleh relawan Rustri, yang notabene kader PDIP, partai pengusung Ganjar.

Hiruk-pikuk sebagai politikus yang telah lebih dari 20 tahun dijalani, membuat Rustri sangat memahami jeroan partai. Karisma, ditambah dukungan massa yang tergabung sebagai relawan, diperkirakan hingga dua juta orang itu, tentu diperebutkan oleh tiga pasangan cagub-cawagub. Sebagai politikus yang sangat setia namun disakiti oleh partainya, sikap politik apa yang akan dipilih Rustri?

Ada berbagai kemungkinan. Pertama; Rustri tetap setia karena ia bukan tipe politikus kutu loncat. Jika saja mau, iming-iming dari partai menengah akan diterimanya pada detik-detik terakhir pendaftaran cagub. Orang-orang di seputar DPP akhirnya menyadari Rustri  adalah Srikandi dengan berbagai kelebihan yang tak dimiliki ’’srikandi’’ lain di partai tersebut.

Kedua; ketidakberuntungan mendapat rekomendasi dari DPP menjadikan traumatis politik sehingga membuat terpukul. Efek trauma ini bisa membuat ia menjauhi dunia politik. Tidak mungkin ia berpindah partai mengingat semua partai toh sama. Jika bergabung ke partai lain, pamor yang dimiliki sekarang hanya akan dimanfaaatkan.

Jika yang diambil pilihan kedua, akan dikemanakan gerbong berisi pendukung dan relawan yang jauh-jauh hari telah ia siapkan? Pendukung yang pejah gesang ndherek Mbak Rustri tentu tidak akan membubarkan diri begitu saja. Mereka setia menunggu sikap dan fatwa Rustri.

Apakah ia akan menggiring relawan yang disebutnya sebagai ’’Sahabat Rustri’’ ke Ganjar, Hadi, ataukah Bibit ? Alternatif pemikiran awam, bisa diutak-atik seperti berikut. Ganjar adalah ’’rival’’ saat menunggu rekomendasi DPP. Belakangan ia dinilai melakukan pembohongan publik atas beberapa pernyataan bahwa ia didukung Rustri.

Meskipun Rustri diam, pada berbagai media massa sering muncul komentar balik bahwa tidak pernah terjadi komunikasi apa pun dengan Ganjar semenjak terbit rekomendasi DPP. Hadi juga menjadi pesaing Rustri ketika penjaringan ke DPP. Meski restu Mega tidak jatuh ke Hadi, pernah beredar isu politik uang untuk membeli kendaraan politik dari PDIP.

Bibit Waluyo adalah satu-satunya kandidat yang tidak menjadi rival ketika penjaringan rekomendasi PDIP. Kalaupun pernah terdengar konflik di antara keduanya sebagai gubernur dan wakil gubernur, itu lebih disebabkan disharmonisasi personal. Pada era seputar penjaringan dan pendaftaran di KPU, Bibit-Rustri saling memainkan peran masing-masing. Bibit berkonsentrasi pada tiga partai yang kini menjadi pengusung, dan Rustri setia kepada partai banteng. Itu berarti di antara keduanya tidak pernah terjadi conflict of interest.

Publik bisa menebak dibawa ke mana gerbong yang ditumpangi ’’Sahabat Rustri’’? Apa pun  jalan yang akan dia tempuh, dengan modal sosial, aktivitas apa pun yang akan digelutinya akan memperoleh akses mudah. Kepercayaan, reputasi, dan jaringan yang dimiliki Rustri  sangat memungkinkan mewujudkan keterjalinan kerja sama dengan komunitas baru yang jauh lebih besar. Ini justru akan memberikan nilai yang lebih agung dan luhur dari sekadar jabatan politik.

Ke depan, saya ingin melihat Rustri lebih menikmati hidup, lepas dari urusan partai, bebas dari urusan politik, senggang dengan keluarga dan mendapati kedamaian hakiki melalui aktivitas baru. Kelak, derai tawanya selalu menghiasi pada tiap pertemuan, dengan para sahabat, juga dengan bekas lawan politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar