Sekitar
dua tahun lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meluncurkan
program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI).
Tidak
tanggungtanggung, targetnya untuk membangun perekonomian Indonesia
melalui pembangunan puluhan megaproyek di beberapa zona, mulai dari
Indonesia barat sampai timur. Proyek MP3EI ini kental investasi anggaran
dan mengundang investasi senilai Rp4.000 triliun. Dari investasi
tersebut, sebagian besar proyeknya sudah groundbreaking pada empat lokasi besar, seperti Sei Mangkei
Sumatera Utara, Cilegon, Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), dan Timika
Papua, dengan pembangunan 17 proyek besar.
Pertanyaannya
sekarang, apakah 17 proyek besar ini sudah berjalan mulus sesuai target?
Apakah pembebasan lahan di masing-masing proyek tersebut sudah dilakukan?
Program pembangunan 17 proyek besar tersebut memang sudah berjalan.
Secara khusus, saya ingin menelusuri proses perjalanan pembangunan proyek
Sei Mangkei, yang masuk koridor Sumatera, di Kabupaten Simalungun
Sumatera Utara. Titik pembangunan proyek ini di Kawasan Industri Kelapa
Sawit Sei Mangke oleh PT Perkebunan Negara (PTPN) III, dengan nilai
investasi Rp2,5 triliun.
Konon
kabarnya, sesuai target akan selesai pada 2014. Sejauh mata memandang,
proyek Sei Mangkei masih terganjal perencanaan tata ruang provinsi. Apa
yang terjadi saat ini, justru pemerintah di tingkat pusat bahkan provinsi
belum memiliki political will yang kuat untuk mendukung pengembangan
proyek MP3EI di Sumatra Utara. Fakta yang terjadi misalnya, masih
terganjalnya kucuran dana sehingga memperlambat proses pembangunan
proyek. Fakta lain yang kita lihat adalah belum bebasnya lahan-lahan yang
berada di lokasi proyek Sei Mangkei.
Dua fakta ini
menjadi titik klimaks mulusnya pembangunan proyek Sei Mangkei. Jika kita
menarik fakta yang sesungguhnya terjadi, menurut saya, pemerintah masih
melakukan diskriminasi pembangunan proyek MP3EI. Alasan kuat adalah pemerintah
masih fokus pada proyek-proyek di Jawa. Kesenjangan ini justru
memperkukuh bahwa pemerintah memang masih mengabaikan kesetaraan
pembangunan di luar Jawa.
Kendala Infrastruktur
Banyak
kalangan, banyak juga elemen pelaku ekonomi yang menyatakan kecewa
terhadap lambannya pembangunan proyek MP3I di Sumatera Utara,
sepertihalyangterjadipada proyek pembangunan Sei Mangkei. Padahal, kalau
kita melihat proyeksi masa depan ekonomi Sumatera Utara, Kawasan Ekonomi
(KEK) Khusus Sei Mangkei merupakan proyek bernilai investasi triliunan
rupiah. Apalagi, selain pembangunan proyek Sei Mangkei, masih ada proyek
yang berdampingan dengan proyek ini, yang merupakan wujud realisasi
MP3EI.
Misalnya,
pembangunan Bandara Kuala Namu, Jalur Kereta Api Kuala Tanjung, Jalan Tol
Medan-Tebingtinggi-Kuala Namu, dan lainnya. Kendala yang dihadapi dalam
pembangunan proyek Sei Mangkei adalah persetujuan anggaran infrastruktur
kepada Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Kita sangat membutuhkan
pembangunan jalan menuju kawasan Sei Mangkei. Secara khusus, pembangunan
jalan menuju kawasan tersebut tidak maksimal, bahkan sama sekali belum
terlaksana karena pemerintah pusat belum merealisasi anggaran untuk
pembangunan anggaran tersebut.
Semestinya
melihat fakta yang terjadi, pemerintah seharusnya mengucurkan dana
alokasi khusus untuk proyek pembangunan Sei Mangkei. Pemerintah terkesan
masih fokus pada persoalan deadline penyelesaian proyek, tapi masih
mengabaikan persoalan outline sebagai penunjang infrastruktur, seperti
konektivitas infrastruktur yang mendukung proyek percepatan penyelesaian
proyek Sei Mangkei. Saya yakin, tanpa didukung penyelesaian jalan untuk
mengakses proyek jalan menuju Sei Mangkei, proyek ini masih jauh dari
target penyelesaian.
Konektivitas
infrastruktur outline jalan menuju ke kawasan MP3EI tersebut sangat
penting dilakukan. Sebab, selama ini akses menuju kawasan itu bisa
dibilang nol. Karena itu, hal-hal sekecil seperti ini akan memperburuk
tahapan penyelesaian proyek Sei Mangkei. Ketidakseriusan pemerintah
membangun outline dapat kita lihat dari akses jalan nasional menuju ke
Bandara Internasional Kuala Namu (KNIA), yang hingga saat ini belum juga
diselesaikan.
Padahal
bandara pengganti Polonia ini sudah harus dioperasionalkan pada September
2013. Ini artinya, political will
pemerintah pusat untuk membangun Sumut ini masih kurang, berbeda dengan
di Pulau-pulau Jawa dan Bali. Pemerintah masih fokus pada hal-hal daerah
yang maju dan dikenal luas, serta masih mengabaikan proyek-proyek jauh
dari lokasi Ibu Kota Jakarta.
Apa Sikap Pemprov Sumut?
Sebagai
penyelenggara pemerintahan di Sumatera Utara, pemprov tidak tinggal diam.
Banyak hal dan terobosan yang harus dilakukan untuk menarik dan meyakinkan
pemerintah pusat dalam mempercepat proyek Sei Mangkei di provinsi ini.
Persoalannya sekarang, apakah pemprov mau menjemput bola ke pemerintah
pusat. Bagaimana lobi-lobinya kepada instansi terkait di pusat?
Pernyataan
ini sering “menghantui” untuk melihat kerja-kerja nyata dari pemprov.
Hemat saya, Pemprov Sumut harus mendesak pemerintah pusat memberikan
tambahan anggaran dalam proyek MP3EI. Salah satu ganjalan utama, seperti
yang diuraikan di atas, tidak tersedianya anggaran outlinesebagai penyambung
percepatan penyelesaian proyek yang ada di lokasi Sei Mangkei. Hal
terpenting lain yang harus dilakukan pemprov adalah proyek yang diusulkan
tersebut, perlu dipercepat guna mendukung pertumbuhan dan koridor ekonomi
Sumatera.
Proyek yang
diajukan itu terdiri dari pembangunan sarana infrastruktur dan pusat
kegiatan industri. Memang harus diakui, usaha Pemprov Sumut dalam melobi
pemerintah pusat sudah dilakukan jauh-jauh hari, termasuk bertemu
Gubernur Gatot Pujo Nugroho dengan Menko Perekonomian, terkait
penyelesaian beberapa proyek besar untuk memperkuat pembangunan lokasi
koridor Sumatera. Namun, apa yang diusahakan pemprov ini belum berbuah
hasil.
Sebagian ada
yang sudah berjalan, namun ada pula yang masih proses sehingga proyek-proyek
yang sudah diproyeksi dikerjakan tahun ini masih menggantung. Artinya,
lobi pemprov ke pemerintah pusat belum sepenuhnya berhasil. Mungkin sulit
kita dibayangkan, andai saja proyek MP3EI di Sumatera Utara sesuai
tenggat waktu yang dijadwalkan, maka sudah dapat dipastikan provinsi ini
bakal menjadi pusat perekonomian di luar Pulau Jawa. Apalagi letaknya
sangat berdekatan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura,
dan Thailand.
Kita tinggal
menunggu realisasi pemerintah pusat. Apakah masih memiliki komitmen untuk
mempercepat penyelesaian proyek-proyek yang ada di Sumatera Utara? Salah
satu cara untuk menerobos kucuran anggaran kepada pemerintah pusat, saya
kira harus ada komitmen bersama, duduk bersama antara pemprov dan anggota
DPR asal daerah pemilihan Sumatera Utara. Saya kira ini sangat penting,
apalagi jumlahnya mencapai 30 orang. Pertemuan harus secepatnya digagas
untuk mempercepat dan memuluskan percepatan proyek MP3EI di Sumatera
Utara. Sebab, proyek ini bukan milik pribadi atau kelompok.
Proyek ini
adalah milik bersama untuk membangun Sumatera Utara. Langkah ini sangat
tepat dilakukan, apalagi pressuredari 30 anggota DPR asal pemilihan
Sumatera Utara memiliki kekuatan sendiri untuk melobi pemerintah pusat,
dalam mempercepat proses pengucuran dana untuk menyelesaikan sejumlah
proyek-proyek terkait dengan MP3EI.
Saya kira ini
penting, dan mau tidak mau harus dilakukan Gubernur Gatot Pujo Nugroho
sebagai komitmen dirinya untuk membangkitkan perekonomian di Sumatera
Utara. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar