Akhir-akhir telah terjadi
perubahan yang maha dahsyat dalam berbagai kehidupan, sehingga terasa
bagaikan mimpi dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Perubahan itu
terjadi antara lain dalam bidang kependudukan, yang secara cepat terjadi
lompatan-lompatan yang luar biasa.
Terlihat di beberapa jalan
yang dulunya relatif sepi, kini padat penduduk dengan aneka macam
kendaraan hingga memacetkan lalu lintas. Tempat-tempat rekreasi yang
dulunya indah, menyenangkan, mudah dijangkau, kini pun telah berubah
menjadi tempat yang ramai, bising dan penuh kegaduhan.
Demikian juga dalam bidang
politik dan pemerintahan, menjadi semakin berkembang dan bervariatif.
Karena perubahan politik ini, oleh sebagian orang, dianggap mendadak dan
mengejutkan. Apalagi, masyarakat semakin kritis dengan pendidikan semakin
tinggi dan makin cerdas, sehingga mereka merasa bisa mengatur dirinya
sendiri. Mereka berjuang dengan berbagai cara agar bisa mengatur
masyarakat dan memegang tampuk kekuasaan dalam pemerintahan.
Dengan dalih demokratisasi
dan kesamaan hak, maka mekanisme pengangkatan seorang kepala daerah yang
biasanya diawali dengan jabatan karier, mendadak berubah menjadi siapa
saja yang memiliki persyaratan boleh ikut serta dalam pemilihan kepada
daerah. Kebiasaan masa lalu bahwa kepala daerah adalah mereka yang berada
dalam jalur pemerintahan, dengan munculnya reformasi dan demokratisasi,
siapa pun berhak dan bisa masuk dalam jalur pemerintahan. Dengan sistem
baru itu, jalan pikiran mereka berubah, merasa bisa mengatur jalannya pemerintahan.
Hal ini perlu adanya
penyesuaian dan perubahan budaya yang memerlukan waktu relatif lama, di
mana aparat birokrasi harus beradaptasi dengan pimpinan barunya yang
berbeda dengan pimpinan sebelumnya. Proses perjalanan pemerintahan tidak
seluruhnya berkembang sesuai aspirasi masyarakat, bahkan tidak sedikit
tergelincir masuk dalam proses hukum dan dianggap menyalahi aturan yang
ada. Keguncangan dalam pengaturan pemerintahan sering kali terjadi, dan
tidak jarang aturan-aturan yang selama ini diberlakukan berubah total
menyesuaikan keinginan pemimpin yang baru, sehingga kadang-kadang terjadi
benturan-benturan pemicu gejolak di masyarakat.
Harapan banyak orang dalam
masyarakat di era demokrasi ini, antara lain munculnya pemimpin-pemimpin
yang oleh para ahli manajemen disebut sebagai pemimpin visioner atau visionary leadership. Yakni,
seorang pemimpin yang mampu melihat jauh ke depan, dan mampu mewujudkan
aspirasi banyak kalangan serta mampu mewujudkan mimpi masyarakat menjadi
kenyataan. Pemimpin macam ini mampu merangsang masyarakat untuk andil dan
mengambil peran yang strategis dalam pembangunan bangsa. Partisipasi
merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menghidupkan budaya
gotong-royong untuk menghasilkan berbagai upaya pembangunan.
Kalau saat ini banyak ahli
mengemukaan tentang pemimpin ideal, namun sangat jarang kita menemuhi
pemimpin ideal macam itu. Menurut Warren G Bennis dalam bukunya, Leadership Theory and Administration
Behavior, seorang pemimpin harus mampu mendorong dan mempengaruhi
bawahan untuk berperilaku seperti yang dikehendaki.
Sedangkan Prof Haryono
Suyono mengatakan bahwa pemimpin yang ideal itu, antara lain harus
memiliki minimal 4 syarat utama.
Pertama, mampu melihat jauh
ke depan, yang biasanya tidak terpikirkan oleh orang lain, mampu
memikirkan dan memberikan solusi bila terjadi goncangan dan siap serta
tidak takut terjadi perubahan. Manakala terjadi perubahan justru harus
tampil di depan dan siap menghadapinya dengan menumbuhkan budaya baru
yang lebih dinamik. Tidak mudah merasa puas dengan apa yang ada, dan
memberikan semangat yang tidak putus-putus kepada bawahannya dan dalam
bahasa Jawa disebut 'juweh'. Apa yang dilakukan oleh bawahannya selalu
dimonitor, apakah tujuan yang diharapkan telah sampai pada sasaran atau
tidak.
Kedua, memiliki integritas
yang tinggi dan menjadi panutan bagi banyak orang serta memiliki tata
krama. Segala tindakan dan tingkah lakunya pantas dijadikan teladan,
segala gagasan dan idenya dituangkan untuk sebesar-besar kesejahteraan
bersama. Bukan omong kosong, tetapi hasilnya nyata serta dapat dirasakan
oleh banyak orang. Selalu menatap ke depan, dan masa lalu dianggapnya
sebagai pelajaran, tanpa mempersoalkan kelemahan pemimpin sebelumnya.
Sikap yang diambil harus jelas, mengakui bahwa masa kini adalah bagian
dari masa lalu dan masa depan adalah bagian dari masa lalu dan masa kini.
Semua akan dihadapi dengan senyum dan hati terbuka serta menghargai
adanya perbedaan, karena perbedaan memunculkan adanya pemikiran-pemikiran
segar dalam masyarakat.
Ketiga, bijaksana. Ini
berkenaan dengan karakteristik warga yang mempunyai keinginan tidak
seragam. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu memilih dan memilah
kebijakan yang mampu membuat rasa aman dan nyaman di antara sesama
masyarakat. Bekerja dengan hati, menyayangi semua orang dan selalu siap
berkolaborasi guna mewujudkan masyarakat yang bahagia dan sejahtera.
Keempat, mampu mengkaitkan
berbagai hal yang terkait dengan upaya mensejahterakan rakyat serta
mengembangkan pikiran kreatif, mendorong semangat dan dengan jiwa dan
raga diabdikan untuk kepentingan bersama. Utamanya, membantu rakyat dalam
proses pemberdayaan dan upaya untuk mengentaskan kemiskinan secara
gotong-royong dan mandiri.
Posdaya sebagai forum
silaturahmi antar-generasi di berbagai tempat di Indonesia, diharapkan
mampu melahirkan pemimpin-pemimpin handal masa depan, visioner dan
memiliki kepedulian tinggi terhadap sesamanya. Dengan bergabung dalam
PAUD, saat menyongsong HUT Kemerdekaan RI Ke-100 tahun 2045 kelak, mereka
diharapkan mampu menjadi pemimpin yang mumpuni untuk memajukan bangsa. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar