Jumat, 05 April 2013

Mengantisipasi Perubahan Zaman


Mengantisipasi Perubahan Zaman
Mulyono D Prawiro  ;   Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat
Universitas Satyagama, Jakarta
SUARA KARYA, 04 April 2013


Akhir-akhir telah terjadi perubahan yang maha dahsyat dalam berbagai kehidupan, sehingga terasa bagaikan mimpi dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Perubahan itu terjadi antara lain dalam bidang kependudukan, yang secara cepat terjadi lompatan-lompatan yang luar biasa.

Terlihat di beberapa jalan yang dulunya relatif sepi, kini padat penduduk dengan aneka macam kendaraan hingga memacetkan lalu lintas. Tempat-tempat rekreasi yang dulunya indah, menyenangkan, mudah dijangkau, kini pun telah berubah menjadi tempat yang ramai, bising dan penuh kegaduhan.

Demikian juga dalam bidang politik dan pemerintahan, menjadi semakin berkembang dan bervariatif. Karena perubahan politik ini, oleh sebagian orang, dianggap mendadak dan mengejutkan. Apalagi, masyarakat semakin kritis dengan pendidikan semakin tinggi dan makin cerdas, sehingga mereka merasa bisa mengatur dirinya sendiri. Mereka berjuang dengan berbagai cara agar bisa mengatur masyarakat dan memegang tampuk kekuasaan dalam pemerintahan.

Dengan dalih demokratisasi dan kesamaan hak, maka mekanisme pengangkatan seorang kepala daerah yang biasanya diawali dengan jabatan karier, mendadak berubah menjadi siapa saja yang memiliki persyaratan boleh ikut serta dalam pemilihan kepada daerah. Kebiasaan masa lalu bahwa kepala daerah adalah mereka yang berada dalam jalur pemerintahan, dengan munculnya reformasi dan demokratisasi, siapa pun berhak dan bisa masuk dalam jalur pemerintahan. Dengan sistem baru itu, jalan pikiran mereka berubah, merasa bisa mengatur jalannya pemerintahan.

Hal ini perlu adanya penyesuaian dan perubahan budaya yang memerlukan waktu relatif lama, di mana aparat birokrasi harus beradaptasi dengan pimpinan barunya yang berbeda dengan pimpinan sebelumnya. Proses perjalanan pemerintahan tidak seluruhnya berkembang sesuai aspirasi masyarakat, bahkan tidak sedikit tergelincir masuk dalam proses hukum dan dianggap menyalahi aturan yang ada. Keguncangan dalam pengaturan pemerintahan sering kali terjadi, dan tidak jarang aturan-aturan yang selama ini diberlakukan berubah total menyesuaikan keinginan pemimpin yang baru, sehingga kadang-kadang terjadi benturan-benturan pemicu gejolak di masyarakat.

Harapan banyak orang dalam masyarakat di era demokrasi ini, antara lain munculnya pemimpin-pemimpin yang oleh para ahli manajemen disebut sebagai pemimpin visioner atau visionary leadership. Yakni, seorang pemimpin yang mampu melihat jauh ke depan, dan mampu mewujudkan aspirasi banyak kalangan serta mampu mewujudkan mimpi masyarakat menjadi kenyataan. Pemimpin macam ini mampu merangsang masyarakat untuk andil dan mengambil peran yang strategis dalam pembangunan bangsa. Partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menghidupkan budaya gotong-royong untuk menghasilkan berbagai upaya pembangunan.

Kalau saat ini banyak ahli mengemukaan tentang pemimpin ideal, namun sangat jarang kita menemuhi pemimpin ideal macam itu. Menurut Warren G Bennis dalam bukunya, Leadership Theory and Administration Behavior, seorang pemimpin harus mampu mendorong dan mempengaruhi bawahan untuk berperilaku seperti yang dikehendaki.

Sedangkan Prof Haryono Suyono mengatakan bahwa pemimpin yang ideal itu, antara lain harus memiliki minimal 4 syarat utama.

Pertama, mampu melihat jauh ke depan, yang biasanya tidak terpikirkan oleh orang lain, mampu memikirkan dan memberikan solusi bila terjadi goncangan dan siap serta tidak takut terjadi perubahan. Manakala terjadi perubahan justru harus tampil di depan dan siap menghadapinya dengan menumbuhkan budaya baru yang lebih dinamik. Tidak mudah merasa puas dengan apa yang ada, dan memberikan semangat yang tidak putus-putus kepada bawahannya dan dalam bahasa Jawa disebut 'juweh'. Apa yang dilakukan oleh bawahannya selalu dimonitor, apakah tujuan yang diharapkan telah sampai pada sasaran atau tidak.

Kedua, memiliki integritas yang tinggi dan menjadi panutan bagi banyak orang serta memiliki tata krama. Segala tindakan dan tingkah lakunya pantas dijadikan teladan, segala gagasan dan idenya dituangkan untuk sebesar-besar kesejahteraan bersama. Bukan omong kosong, tetapi hasilnya nyata serta dapat dirasakan oleh banyak orang. Selalu menatap ke depan, dan masa lalu dianggapnya sebagai pelajaran, tanpa mempersoalkan kelemahan pemimpin sebelumnya. Sikap yang diambil harus jelas, mengakui bahwa masa kini adalah bagian dari masa lalu dan masa depan adalah bagian dari masa lalu dan masa kini. Semua akan dihadapi dengan senyum dan hati terbuka serta menghargai adanya perbedaan, karena perbedaan memunculkan adanya pemikiran-pemikiran segar dalam masyarakat.

Ketiga, bijaksana. Ini berkenaan dengan karakteristik warga yang mempunyai keinginan tidak seragam. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu memilih dan memilah kebijakan yang mampu membuat rasa aman dan nyaman di antara sesama masyarakat. Bekerja dengan hati, menyayangi semua orang dan selalu siap berkolaborasi guna mewujudkan masyarakat yang bahagia dan sejahtera.

Keempat, mampu mengkaitkan berbagai hal yang terkait dengan upaya mensejahterakan rakyat serta mengembangkan pikiran kreatif, mendorong semangat dan dengan jiwa dan raga diabdikan untuk kepentingan bersama. Utamanya, membantu rakyat dalam proses pemberdayaan dan upaya untuk mengentaskan kemiskinan secara gotong-royong dan mandiri.

Posdaya sebagai forum silaturahmi antar-generasi di berbagai tempat di Indonesia, diharapkan mampu melahirkan pemimpin-pemimpin handal masa depan, visioner dan memiliki kepedulian tinggi terhadap sesamanya. Dengan bergabung dalam PAUD, saat menyongsong HUT Kemerdekaan RI Ke-100 tahun 2045 kelak, mereka diharapkan mampu menjadi pemimpin yang mumpuni untuk memajukan bangsa. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar