Kamis, 04 April 2013

Memberdayakan Masyarakat Miskin


Memberdayakan Masyarakat Miskin
Abdussalam  ;   Tenaga Ahli Monitoring dan Evaluasi PNPM Mandiri Perkotaan Jawa Timur 
KORAN SINDO, 04 April 2013

  
Tidak sedikit pembahasan, diskusi, dan seminar tentang pemberdayaan masyarakat miskin tersaji dalam forum-forum dan tulisan dari berbagai pihak. 

Pemerintah pun sudah banyak berkontribusi memberikan solusi, mulai dari konsep strategi, perencanaan, serta anggaran yang diwujudkan dalam program pengentasan kemiskinan. Semuanya sangat berarti dalam ikhtiar untuk memakmurkan masyarakat, terutama masyarakat miskin. Ini terbukti dengan turunnya angka kemiskinan pada tahun 2012. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2011 angka kemiskinan di Indonesia 12,49%, turun menjadi 11,96% pada Maret 2012. 

Di Jawa Timur pada bulan Maret 2012 angka kemiskinan 17,35% dan turun menjadi 16,88% di bulan September 2012. Tak salah bila ada apresiasi, meski masih ada banyak hal yang harus dikritik karena penanganan yang bersifat jangka pendek dan parsial. Menurut Muhammad Yunus (Penerima hadiah nobel perdamaian tahun 2006) dalam bukunya yang berjudul ”Creating A World without Poverty” menjelaskan bahwa dunia bebas dari kemiskinan itu tidaklah mustahil. Kemiskinan diciptakan oleh sistem dalam masyarakat. 

Namun, apabila kita semua tidak peduli terhadap kemiskinan, berarti kita juga menjadi bagian dari sistem yang menciptakan kemiskinan itu sendiri. Kemiskinan adalah masalah sosial yang harus ditangani bersama-sama, baik oleh masyarakat, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan seluruh stakeholder, yang didasari atas kepedulian yang tinggi. 

Kepedulian dan Kerelawanan 

Manusia tidak akan pernah bisa melangsungkan hidupnya tanpa manusia lain. Itu sebabnya manusia dituntut bisa berinteraksi dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, pada saat tertentu manusia tak ubahnya serigala bagi manusia lainnya, sehingga melahirkan segmentasi sosial pada level-level tertentu. Manusia diciptakan dalam keadaan fitrah, dengan arti mendapatkan hak yang sama, dan kelengkapan indra serta anggota tubuh yang sama. 

Jadi, semua manusia sama-sama menyimpan potensi sebagai anugerah Tuhan. Namun, anugerah tersebut lama-lama tertutup oleh sistem sosial, kebijakan, dan kultur yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Situasi ini mengakibatkan ketidakberdayaan manusia sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengakses potensi ekonomi, politik, dan sebagainya. Oleh karena itu, membangun kepedulian, kepercayaan, dan kerelawanan adalah tahap awal penyelesaian persoalan kemiskinan. 

Menanggulangi kemiskinan tidak semata-mata meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga. Lebih jauh lagi, kemiskinan bisa di-tanggulangi dengan membuat masyarakat menjadi berdaya, yakni dengan menghilangkan sekat-sekat sosial yang menutupi potensi masyarakat miskin. Kepedulian adalah spirit dan landasan sikap untuk memosisikan manusia sebagai manusia. Kerelawanan berangkat dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang butuh sifat kesosialan manusia lainnya sehingga harus memfungsikan sifat-sifat kemanusiaannya. 

Dengan demikian, relawan menjadi sumber kekuatan untuk melakukan pemberdayaan, perubahan, dan membangun kebersamaan, serta menjadi faktor penting dalam menanggulangi kemiskinan. Dapat disimpulkan bahwa relawan merupakan sikap yang digerakkan olah naluri kemanusiaannya. Naluri ini dimiliki oleh setiap manusia dan berlaku secara universal.

Pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan 

Penyebab utama kemiskinan adalah sikap mental para pelaku pembangunan yang negatif dan pandangan yang merugikan kelompok masyarakat tertentu. Kondisi ini menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat. Sebagai upaya penanggulangan kemiskinan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan melakukan intervensi proses pembelajaran masyarakat melalui penyadaran kritis agar bisa mengatasi permasalahan kemiskinan sampaikeakarnya. 

Artinya, inti dari intervensi PNPM Mandiri Perkotaan adalah membangun manusia yang mempunyai sikap mental positif sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan, dan membongkar paradigmaparadigmayangmerugikan lingkungan. Untuk menjamin terlembagakannya nilai-nilai kemanusiaan dalam proses penanggulangan kemiskinan, dilakukan melalui pengorganisasian masyarakat. Karenanya dibutuhkan motor penggerak atau pemimpin - pemimpin yang mempunyai sikap mental positif. 

Artinya pemimpin tersebut haruslah representasidari nilai–nilaikemanusiaan, sehingga keputusan yang menyangkut kepentingan publik dilandasi oleh keadilan. PNPM Mandiri Perkotaan mengawali proses ini melalui pembangunan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)/ LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat). Dalam implementasinya, PNPM Mandiri Perkotaan merancang proses pendampingan belajar masyarakat melalui tahapan siklus dengan pendekatan partisipatif. 

Dalam pelaksanaan semua tahapan siklus dilakukan melalui FGD, musyawarah, danpendekatan– pendekatan kelompok lainnya dimana masyarakat bisa belajar bersama-sama. Melalui proses belajar bersama diharapkan tumbuh kesadaran kritis masyarakat sehingga terbangun kepedulian, solidaritas, dan sikap mau berbagi agar terjadi ikatan sosial dalam masyarakat yang dilandasi oleh kejujuran, keadilan, cinta kasih, dan kepercayaan. 

Apabila proses penyadaran kritis di atas dapat berkelanjutan, diharapkan akan terjadi perubahan dari masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri dan pada suatu saat akan menjadi masyarakat madani. 

Melalui PNPM Mandiri Perkotaan di Jawa Timur, telah terbentuk 1.867 BKM/LKM yang tersebar di 152 kecamatan dan 36 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 46.675 orang relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 998.616 pemanfaat (KK miskin) melalui 7.576 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan jumlah anggota KSM mencapai 82.552 orang. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar