Tidak sedikit pembahasan, diskusi, dan
seminar tentang pemberdayaan masyarakat miskin tersaji dalam forum-forum
dan tulisan dari berbagai pihak.
Pemerintah
pun sudah banyak berkontribusi memberikan solusi, mulai dari konsep
strategi, perencanaan, serta anggaran yang diwujudkan dalam program
pengentasan kemiskinan. Semuanya sangat berarti dalam ikhtiar untuk
memakmurkan masyarakat, terutama masyarakat miskin. Ini terbukti dengan
turunnya angka kemiskinan pada tahun 2012. Menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS), pada Maret 2011 angka kemiskinan di Indonesia 12,49%,
turun menjadi 11,96% pada Maret 2012.
Di Jawa Timur
pada bulan Maret 2012 angka kemiskinan 17,35% dan turun menjadi 16,88% di
bulan September 2012. Tak salah bila ada apresiasi, meski masih ada
banyak hal yang harus dikritik karena penanganan yang bersifat jangka
pendek dan parsial. Menurut Muhammad Yunus (Penerima hadiah nobel
perdamaian tahun 2006) dalam bukunya yang berjudul ”Creating A World without Poverty” menjelaskan bahwa dunia
bebas dari kemiskinan itu tidaklah mustahil. Kemiskinan diciptakan oleh
sistem dalam masyarakat.
Namun,
apabila kita semua tidak peduli terhadap kemiskinan, berarti kita juga
menjadi bagian dari sistem yang menciptakan kemiskinan itu sendiri.
Kemiskinan adalah masalah sosial yang harus ditangani bersama-sama, baik
oleh masyarakat, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan seluruh stakeholder, yang didasari atas
kepedulian yang tinggi.
Kepedulian dan Kerelawanan
Manusia tidak
akan pernah bisa melangsungkan hidupnya tanpa manusia lain. Itu sebabnya
manusia dituntut bisa berinteraksi dengan manusia lain dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Namun, pada saat tertentu manusia tak ubahnya
serigala bagi manusia lainnya, sehingga melahirkan segmentasi sosial pada
level-level tertentu. Manusia diciptakan dalam keadaan fitrah, dengan
arti mendapatkan hak yang sama, dan kelengkapan indra serta anggota tubuh
yang sama.
Jadi, semua
manusia sama-sama menyimpan potensi sebagai anugerah Tuhan. Namun,
anugerah tersebut lama-lama tertutup oleh sistem sosial, kebijakan, dan
kultur yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Situasi ini
mengakibatkan ketidakberdayaan manusia sehingga mereka tidak bisa berbuat
apa-apa untuk mengakses potensi ekonomi, politik, dan sebagainya. Oleh
karena itu, membangun kepedulian, kepercayaan, dan kerelawanan adalah
tahap awal penyelesaian persoalan kemiskinan.
Menanggulangi
kemiskinan tidak semata-mata meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.
Lebih jauh lagi, kemiskinan bisa di-tanggulangi dengan membuat masyarakat
menjadi berdaya, yakni dengan menghilangkan sekat-sekat sosial yang
menutupi potensi masyarakat miskin. Kepedulian adalah spirit dan landasan
sikap untuk memosisikan manusia sebagai manusia. Kerelawanan berangkat
dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang butuh sifat kesosialan
manusia lainnya sehingga harus memfungsikan sifat-sifat kemanusiaannya.
Dengan
demikian, relawan menjadi sumber kekuatan untuk melakukan pemberdayaan,
perubahan, dan membangun kebersamaan, serta menjadi faktor penting dalam
menanggulangi kemiskinan. Dapat disimpulkan bahwa relawan merupakan sikap
yang digerakkan olah naluri kemanusiaannya. Naluri ini dimiliki oleh
setiap manusia dan berlaku secara universal.
Pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan
Penyebab
utama kemiskinan adalah sikap mental para pelaku pembangunan yang negatif
dan pandangan yang merugikan kelompok masyarakat tertentu. Kondisi ini
menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat. Sebagai upaya penanggulangan
kemiskinan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan melakukan intervensi proses pembelajaran masyarakat melalui
penyadaran kritis agar bisa mengatasi permasalahan kemiskinan
sampaikeakarnya.
Artinya, inti
dari intervensi PNPM Mandiri Perkotaan adalah membangun manusia yang
mempunyai sikap mental positif sesuai dengan nilai-nilai luhur
kemanusiaan, dan membongkar paradigmaparadigmayangmerugikan lingkungan.
Untuk menjamin terlembagakannya nilai-nilai kemanusiaan dalam proses
penanggulangan kemiskinan, dilakukan melalui pengorganisasian masyarakat.
Karenanya dibutuhkan motor penggerak atau pemimpin - pemimpin yang
mempunyai sikap mental positif.
Artinya
pemimpin tersebut haruslah representasidari nilai–nilaikemanusiaan,
sehingga keputusan yang menyangkut kepentingan publik dilandasi oleh
keadilan. PNPM Mandiri Perkotaan mengawali proses ini melalui pembangunan
BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)/ LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat).
Dalam implementasinya, PNPM Mandiri Perkotaan merancang proses
pendampingan belajar masyarakat melalui tahapan siklus dengan pendekatan
partisipatif.
Dalam
pelaksanaan semua tahapan siklus dilakukan melalui FGD, musyawarah,
danpendekatan– pendekatan kelompok lainnya dimana masyarakat bisa belajar
bersama-sama. Melalui proses belajar bersama diharapkan tumbuh kesadaran
kritis masyarakat sehingga terbangun kepedulian, solidaritas, dan sikap mau
berbagi agar terjadi ikatan sosial dalam masyarakat yang dilandasi oleh
kejujuran, keadilan, cinta kasih, dan kepercayaan.
Apabila
proses penyadaran kritis di atas dapat berkelanjutan, diharapkan akan
terjadi perubahan dari masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya,
mandiri dan pada suatu saat akan menjadi masyarakat madani.
Melalui PNPM
Mandiri Perkotaan di Jawa Timur, telah terbentuk 1.867 BKM/LKM yang
tersebar di 152 kecamatan dan 36 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih
dari 46.675 orang relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah
mencakup 998.616 pemanfaat (KK miskin) melalui 7.576 Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) dengan jumlah anggota KSM mencapai 82.552 orang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar