Selasa, 23 April 2013

Mafia Berkeley vs Mafia Isdev


Mafia Berkeley vs Mafia Isdev
Warjio Dosen Pascasarjana USU dan UMA, Peneliti RUT ISDEV-USM, Malaysia
KORAN SINDO, 22 April 2013



Siapa sebenarnya Mafia Berkeley? Menurut seorang intelektual Indonesia Revrisond Baswir (2006:17), Mafia Berkeley adalah sekelompok ekonom Indonesia yang dibina oleh Amerika Serikat (AS) untuk membelokkan arah perekonomian Indonesia ke jalan ekonomi pasar neoliberal atau neoliberalisme. 

Mafia Berkeley biasa juga disebut a remarkable group of young economist (Boediono, 2009). Pada awal orde baru, para ekonom lulusan Universitas California Berkeley, Amerika Serikat tersebut memang sangat harum namanya. Mereka yang waktu itu berusia di bawah 40 tahun dipandang telah berhasil menyelamatkan perekonomian Indonesia dari bahaya kehancuran yang diwariskan pemerintah orde lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno. 

Mafia Berkeley adalah julukan yang diberikan kepada sekelompok menteri bidang ekonomi dan keuangan yang menentukan kebijakan ekonomi Indonesia pada masa awal pemerintahan Presiden Soeharto. Menurut JB Sumarlin (Bondan Winarno, 2012), mereka disebut mafia karena pemikirannya dianggap sebagai bagian dari rencana CIA untuk membuat Indonesia menjadi boneka Amerika oleh seorang penulis muda Amerika Serikat. 

Istilah “Berkeley Mafia” atau Mafia Berkeley pertama kali dicetuskan seorang aktivis-penulis ‘kiri’ AS David Ransom dalam sebuah majalah bernama Ramparts, edisi 4 tahun 1970. Istilah ini merujuk pada ekonom-ekonom Indonesia lulusan University of California, Berkeley, yang menjadi arsitek utama perekonomian Indonesia pada 1960-an. 

Menurut JB Sumarlin salah seorang anggota Mafia Berkeley mengungkapkan, asal-usul Mafia Berkeley dapat ditelusuri dari usaha penguatan institusi pendidikan yaitu Fakultas Ekonomi UI (FE UI) sekitar tahun 1950-an (Bondan Winarno, 2012:60). Menurut JB Sumarlin (Bondan Winarno, 2012), FE UI pada waktu itu mengirimkan dosen-dosennya belajar ke Amerika Serikat. Proyek ini didanai Ford Foundation. 

Sekitar 40 dosen FE UI dikirim ke berbagai perguruan tinggi di Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan magister dan doktor antara tahun 1957 dan 1964. Inisiatif ini dikenal dengan sebutan Proyek California, yaitu mengirim dosen-dosen FE UI ke University of California dalam program Capacity Building dan Institutional Strenghtening. Proyek California ini dibagi empat tahapan. 

Misalnya, JB Sumarlin tergabung dalam angkatan ke II bersama Ali Wardhana, Marsudi Djojodipoero, Kwik Kian Kiat (yang kemudian namanya menjadi Budi Paramita), Ang Giok Goen (kemudian namanya menjadi Gunawan Arie Wardhana), Harun Zain, dan Hariri Hadi. 

Kehebatan Mafia Berkeley? 

Benarkah Mafia Berkeley hebat? Menganalisis kehebatan Mafia Berkeley dalam pembangunan Indonesia, beberapa universitas di Sumatera Utara, seperti The Centre for Islamic Political Development (USU), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Universitas Medan Area (UMA) dan The Centre for Islamic Development Management Studies (ISDEV), Universiti Sains Malaysia (USM) bekerja sama dengan Ikatan Pelajar dan alumni ISDEV-USM menggelar International Conference on Islamic Depelovment (ICID 2013) di Medan, 21-23 April 2013. 

Beberapa pakar dalam bidang politik dan pembangunan sengaja diundang. Mereka adalah Prof Dr Muhammad Syukri Salleh (ISDEV-USM Malaysia), Dr Sukiman, Dr Warjio, Dr Heri Kusmanto, dan Kasyful Mahalli (USU). Mereka bukan hanya diminta untuk menganalisis politik pembangunan model Mafia Berkeley, tetapi juga alternatif dalam perspektif Islam. Sekadar mengutip kesimpulan Andrinof A Chaniago (2012), mengenai peran Mafia berkeley dalam pembangunan Indonesia yang patut dikemukakan . 

Dalam bukunya “Gagalnya Pembangunan: Membaca Ulang Keruntuhan Orde Baru”, dijelaskan bahwa pembangunan di Indonesia yang dimulai sejak orde baru, telah gagal. Menurut Andrinof Chaniago (2012), indikator kegagalan itu tidak hanya dalam berbagai ketimpangan yang telah terjadi di Indonesia, tetapi juga dilihat dari kehancuran modal sosial yang sebelumnya sudah diwarisi dari generasi terdahulu dan berfungsi sebagai tiang-tiang penyangga dan keutuhan bangsa Indonesia. 

Apa yang disampaikan oleh Andrinof A Chaniago (2012) di atas sebenarnya merupakan akumulasi “model pembangunan neoliberal” gaya orde baru di bawah Presiden Soeharto. Pengeroposan pembangunan dengan gaya neoliberal seperti itu telah menghasilkan apa yang disebut oleh Jeffrey A Winter (2004) sebagai Utang Kriminal. Utang Kriminal yang dimaksud oleh Jeffrey A Winter (2004) adalah bahwa pinjaman oleh Bank Dunia kepada Soeharto untuk pembangunan Indonesia telah dimanfaatkan oleh para elit, khususnya dalam Golkar dan departemen-departemen melalui apa yang disebut dengan korupsi. 

Mafia ISDEV dan Pembangunan Berteraskan Islam 

Menurut saya, memahami kegagalan pendekatan kapitalis liberal dalam pembangunan Orde Baru, —sebagaimana yang diarsiteki Mafia Berkeley dan pengalaman Orde Lama dengan pendekatan nasionalisme dan komunismenya, perlu satu alternatif model pembangunan Indonesia. Alternatif pembangunan itu adalah pembangunan berteraskan Islam (PBI). Mengapa perlu pembangunan berteraskan Islam dalam pembangunan Indonesia? 

Pertama, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas model atau pendekatan kapitalis liberal dan komunisme dalam pembangunan Indonesia telah gagal dan menimbulkan ketidakadilan dan kesejahteraan hanya dikuasai oleh segelintir kelompok saja. Artinya, secara empirik pengalaman Indonesia itu telah membuktikan.
Kedua, Islam sendiri secara nyata melawan bentuk-bentuk kapitalisme dan liberalisme. Gagasan tentang kekayaan dan kesejahteraan diungkapkan dalam istilah-istilah positif, misalnya fadl Allah, rahmah, zinat Allah, rizq, tayyibat, khizzanah, ma’ayis, mulk, barakah, dan sebagainya. Istilah-istilah semacam ini mencerminkan rahmat dan berkah Allah SWT selalu melimpah bagi manusia (Zakiyuddin Baidhawy, 2007:1). Dimensi ekonomi dan pembangunan menempati ruang khusus dalam kerangka sosial Islam (Muhammad Syukri Salleh, 2002, Warjio, 2012). 

Oleh karenanya, pembangunan berteraskan islam sangat diperlukan. Menurut Muhammad Syukri Salleh (2002), PBI merujuk kepada satu proses pembangunan yang komprehensif, terpadu, dan seimbang. Dia melibatkan semua aspek kehidupan seseorang, baik di peringkat individu maupun masyarakat. juga Dia juga merangkumi aspek pembangunan rohani dan jasmani, dan lahir daripada pelaksanaan fungsi individu dalam institusi sebagai hamba Allah SWT dalam perspektif perhubungan menegak (habl min Allah) dan khalifah Allah SWT dalam perspektif hubungan mendatar (habl min al-Nas). 

Sebenarnya, ini merupakan definisi awal PBI yang telah dikemukakan oleh Muhammad Syukri Salleh. Menurut Muhammad Syukri Salleh (2003: 18), tujuan PBI ialah untuk mendapat keridhoan Allah SWT, atau disebut mardhatillah dalam bahasa Arab. Menurut beliau lagi, sesuatu usaha pembangunan tidak boleh dikatakan berjaya, walaupun mendapat keuntungan yang besar, sekiranya tidak diridhoi Allah SWT. Beliau menetapkan mardhatilllah sebagai tujuan pembangunan. 

Menurut Muhammad Syukri Salleh (2003: 81), apabila seseorang itu mencapai keridhoan Allah, maka dia akan dikaruniakan al-Falah kepada mereka. Al-Falah di sini bermaksud kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pandangan tersebut adalah sejajar dengan Mahrus Husain ‘Abd al-Jawad (t.th.: 9) yang berpendapat bahwa Allah SWT telah menetapkan ibadah sebagai syarak dalam Islam bertujuan untuk berdamping diri kepada Tuhan dan mencapai keridhoan-Nya. 

Maka berbahagialah dengan keridhoan tersebut di samping menikmati kebahagiaan kehidupan di dunia dan akhirat. Kini, PBI telah begitu gencar disuarakan Pusat Kajian Pengurusan Pembangunan Islam atau lebih dikenal ISDEV (The Centre for Islamic Development Management Studies) yang berkedudukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universiti Sains Malaysia (USM), Penang, Malaysia. 

Saya yakin, sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menyediakan program di tingkat master dan doktoral, ISDEV akan menjadi lembaga yang dapat menciptakan para teknokrat. Namun, tentu saja, tidak seperti teknokrat yang dihasilkan oleh University of California Berkeley. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar