Rabu
(17/4) lalu media massa dipenuhi berita tentang peresmian jalur ganda
kereta api Serpong-Parung Panjang. Di samping itu, jalur tunggal yang
sudah dielektrifikasi dari Parung Panjang ke Maja di Kabupaten Lebak juga
diresmikan.
Sedangkan jalur ganda Parung Panjang menuju
Maja, meski sudah selesai, elektrifikasi serta pemasangan sinyalnya masih
dikerjakan. Akhir tahun ini diharapkan jalur ganda tersebut sepenuhnya
selesai. Yang sangat menarik juga adalah peresmian KRL KfW yaitu kereta
rel listrik yang dibuat PT INKA di Madiun, yang dibiayai lembaga keuangan
Jerman yaitu KfW (Kreditanstalt fur
Wiederaufbau).
KRL yang dibuat PT INKA yaitu 10 set
masing-masing berisi empat kereta. Umumnya satu rangkaian diisi dua set
sehingga terdiri atas delapan kereta. Berdasarkan foto maupun video di
You Tube, KRL tersebut patut dibanggakan. Pembuatan kereta itu dibantu
Bombardier yaitu konsorsium pembuat kereta dari Kanada, Swedia, dan
Jerman.
Dengan kolaborasi ini pula, akhirnya PT INKA
dewasa ini berani ikut lelang pengadaan kereta KRL di Filipina. PT INKA
sudah mengekspor produknya ke Singapura, Malaysia, Thailand, Bangladesh,
dan sebagainya. Hampir dalam waktu bersamaan, PT INKA juga membuat tiga
lokomotif atas pesanan Kementerian Perhubungan.
Pesanan ini secara spesifik menyebutkan
lokomotif yang tahan banjir untuk ketinggian air sampai 1 meter. Dengan
pesanan itu, dibuatlah lokomotif yang memenuhi spesifikasi tersebut dan
sepenuhnya dirancang oleh insinyur PT INKA sendiri. Hasilnya, lokomotif
berpenampilan gagah dan memiliki kelebihan dibandingkan dengan lokomotif
lain di Indonesia.
Selain tahan banjir, lokomotif tersebut juga
memiliki generator yang menyuplai listrik ke gerbong-gerbong di
belakangnya (biasanya setiap rangkaian diperlukan gerbong pembangkit, sedangkan
di sini pembangkitnya di dalam lokomotif). Lantaran lokomotif tersebut
memiliki kabin ganda, di depan dan belakang, dibuat gang penghubung di
dalam lokomotif itu sendiri.
Dewasa ini lokomotif yang dikenal dengan
C-300 tersebut dicat warna merah ngejreng dan sungguh memberikan
kebanggaan bagi yang melihatnya. PT INKA dewasa ini juga memiliki
perusahaan patungan dengan pabrik lokomotif dari General Electric di
Madiun untuk memasok kebutuhan di Indonesia maupun negara lain. Kemampuan
engineering tersebut juga tampak nyata kalau kita melihat prestasi PT
Pindad.
Perusahaan tersebut awalnya hanyalah
memproduksi amunisi untuk keperluan tentara kita. Namun, kemampuan
engineering mereka dikembangkan untuk membuat senjata dengan mengadopsi
senapan FNC dari Belgia yang di Indonesia menggunakan nama Senapan Serbu-1
(SS-1). Dengan kemampuan engineering para insinyur PT Pindad, akhirnya
diciptakan SS-2.
Sekarang portofolio senjata yang diciptakan
PT Pindad semakin banyak dan prestasinya bahkan sudah teruji dalam
berbagai kejuaraan menembak. Terakhir kejuaraan menembak militer di
Australia tahun lalu, para petembak Indonesia praktis merajai kejuaraan
tersebut dan bahkan mengalahkan peserta dari Asia Tenggara dan dari
negara-negara NATO (Amerika Serikat, Prancis, Jepang, dan lain-lain).
Itulah sebabnya senapan dari PT Pindad
mendadak menjadi terkenal di kalangan tentara NATO. PT Pindad juga
mengembangkan panser Anoa yang semakin teruji kemampuannya. Panser yang
dikembangkan mirip panser VAB dari Prancis tersebut juga menggunakan
mesin yang sama yaitu Renault dari Prancis. Sebanyak 12 panser tersebut
dikirim ke Lebanon untuk Kontingen Misi Perdamaian kita di sana dan
ternyata kemampuannya di medan Lebanon Anoa sangat baik.
Sekarang ini Panser tersebut sudah dibuat
lebih dari 200 unit. Malaysia juga memesan, namun dengan permintaan
menggunakan mesin Mercedes dan meminta namanya diganti Rimau (Harimau).
Permintaan muncul pula dari banyak negara lain termasuk Irak dan Qatar.
PT Pindad akhirnya mengembangkan Panser tersebut dengan dipersenjatai
Kanon, setelah mempelajari teknologi panser Tarantula dari Korea.
Dewasa ini PT Pindad sedang mengembangkan
tank medium dan diperkirakan pada 2014 sudah akan muncul prototipenya.
Adapun kemampuan engineering PT Dirgantara Indonesia rasanya sudah tidak asing
lagi. Setelah mengalami metamorfosis dari IPTN, kebangkitan luar biasa
dialami perusahaan tersebut.
Dewasa ini produk mereka CN – 235, baik
versi sipil maupun militer, semakin banyak dipesan negara-negara lain.
Mereka juga mulai memproduksi CN-295, produk dari Airbus Military yang
sebetulnya pembesaran dari CN-235 untuk dipasarkan di Indonesia maupun
Asia-Pasifik. Kemampuan engineering mereka diuji lagi dengan penyiapan
pesawat N- 219 berkapasitas 19 penumpang yang cocok untuk medan di
beberapa daerah di Indonesia.
Tampaknya produk ini juga dikerjakan untuk
tujuan pasar Kazakhstan. Pesawat ini sudah semakin matang proses
engineering- nya sehingga tidak akan lama lagi akan mulai terbang.
Kemampuan ini dicoba dibangkitkan pula oleh Pak Habibie melalui
perusahaan yang dikembangkan putranya, Ilham Habibie, bersama Erry
Firmansyah.
Pesawat yang ingin dikembangkan adalah
kelanjutan N-250, namun diperbesar sehingga memiliki kapasitas 80
penumpang dan disebut Re 80 atau singkatan dari Regio Propeller 80. Kapasitas
ini sedikit di atas ATR 72 yang merupakan produksi dari Prancis-Italia
yang dewasa ini banyak digunakan di Indonesia.
Di industri perkapalan, Indonesia memiliki
banyak sekali industri pembuat kapal baik untuk keperluan sipil maupun
militer. Yang terbanyak, dan tersebar di mana-mana, adalah kemampuan
untuk membuat tongkang dengan kapal penariknya. Namun, yang memiliki
teknologi lebih tinggi juga ada di Indonesia.
Di Batam perusahaan pembuat kapal tersebut
sangat berkembang. Palindo Marine misalnya mampu membuat kapal cepat
rudal yang panjangnya 40 meter maupun 60 meter untuk keperluan angkatan
laut kita. Demikian juga Lundin Industry yang mampu membuat kapal cepat
dari bahan komposit.
Yang paling besar adalah PT PAL yang dewasa
ini mampu membuat kapal besar sipil (sampai 50.000 ton) maupun kapal
perang besar LPD (Landing Platform
Dock). PT PAL juga sedang mengembangkan kapal Fregat (perusak kawal
rudal) bekerja sama dengan perusahaan Belanda.
Terakhir, PT PAL juga bekerja sama
mengembangkan kapal selam (pesanan Kementerian Pertahanan, 3 kapal selam)
bekerja sama dengan Korea. Kapal ketiga akan sepenuhnya diproduksi di
Surabaya. Berbagai perkembangan tersebut pada akhirnya membanggakan kita
semua karena ternyata di bidang yang saya sebutkan tadi Indonesia
terbesar di ASEAN. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar