Selasa, 23 April 2013

Bangkitnya Kemampuan Engineering Indonesia


Bangkitnya Kemampuan Engineering Indonesia
Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo ;  Pengamat Ekonomi
KORAN SINDO, 22 April 2013

  
Rabu (17/4) lalu media massa dipenuhi berita tentang peresmian jalur ganda kereta api Serpong-Parung Panjang. Di samping itu, jalur tunggal yang sudah dielektrifikasi dari Parung Panjang ke Maja di Kabupaten Lebak juga diresmikan. 

Sedangkan jalur ganda Parung Panjang menuju Maja, meski sudah selesai, elektrifikasi serta pemasangan sinyalnya masih dikerjakan. Akhir tahun ini diharapkan jalur ganda tersebut sepenuhnya selesai. Yang sangat menarik juga adalah peresmian KRL KfW yaitu kereta rel listrik yang dibuat PT INKA di Madiun, yang dibiayai lembaga keuangan Jerman yaitu KfW (Kreditanstalt fur Wiederaufbau). 

KRL yang dibuat PT INKA yaitu 10 set masing-masing berisi empat kereta. Umumnya satu rangkaian diisi dua set sehingga terdiri atas delapan kereta. Berdasarkan foto maupun video di You Tube, KRL tersebut patut dibanggakan. Pembuatan kereta itu dibantu Bombardier yaitu konsorsium pembuat kereta dari Kanada, Swedia, dan Jerman. 

Dengan kolaborasi ini pula, akhirnya PT INKA dewasa ini berani ikut lelang pengadaan kereta KRL di Filipina. PT INKA sudah mengekspor produknya ke Singapura, Malaysia, Thailand, Bangladesh, dan sebagainya. Hampir dalam waktu bersamaan, PT INKA juga membuat tiga lokomotif atas pesanan Kementerian Perhubungan. 

Pesanan ini secara spesifik menyebutkan lokomotif yang tahan banjir untuk ketinggian air sampai 1 meter. Dengan pesanan itu, dibuatlah lokomotif yang memenuhi spesifikasi tersebut dan sepenuhnya dirancang oleh insinyur PT INKA sendiri. Hasilnya, lokomotif berpenampilan gagah dan memiliki kelebihan dibandingkan dengan lokomotif lain di Indonesia. 

Selain tahan banjir, lokomotif tersebut juga memiliki generator yang menyuplai listrik ke gerbong-gerbong di belakangnya (biasanya setiap rangkaian diperlukan gerbong pembangkit, sedangkan di sini pembangkitnya di dalam lokomotif). Lantaran lokomotif tersebut memiliki kabin ganda, di depan dan belakang, dibuat gang penghubung di dalam lokomotif itu sendiri. 

Dewasa ini lokomotif yang dikenal dengan C-300 tersebut dicat warna merah ngejreng dan sungguh memberikan kebanggaan bagi yang melihatnya. PT INKA dewasa ini juga memiliki perusahaan patungan dengan pabrik lokomotif dari General Electric di Madiun untuk memasok kebutuhan di Indonesia maupun negara lain. Kemampuan engineering tersebut juga tampak nyata kalau kita melihat prestasi PT Pindad. 

Perusahaan tersebut awalnya hanyalah memproduksi amunisi untuk keperluan tentara kita. Namun, kemampuan engineering mereka dikembangkan untuk membuat senjata dengan mengadopsi senapan FNC dari Belgia yang di Indonesia menggunakan nama Senapan Serbu-1 (SS-1). Dengan kemampuan engineering para insinyur PT Pindad, akhirnya diciptakan SS-2. 

Sekarang portofolio senjata yang diciptakan PT Pindad semakin banyak dan prestasinya bahkan sudah teruji dalam berbagai kejuaraan menembak. Terakhir kejuaraan menembak militer di Australia tahun lalu, para petembak Indonesia praktis merajai kejuaraan tersebut dan bahkan mengalahkan peserta dari Asia Tenggara dan dari negara-negara NATO (Amerika Serikat, Prancis, Jepang, dan lain-lain). 

Itulah sebabnya senapan dari PT Pindad mendadak menjadi terkenal di kalangan tentara NATO. PT Pindad juga mengembangkan panser Anoa yang semakin teruji kemampuannya. Panser yang dikembangkan mirip panser VAB dari Prancis tersebut juga menggunakan mesin yang sama yaitu Renault dari Prancis. Sebanyak 12 panser tersebut dikirim ke Lebanon untuk Kontingen Misi Perdamaian kita di sana dan ternyata kemampuannya di medan Lebanon Anoa sangat baik. 

Sekarang ini Panser tersebut sudah dibuat lebih dari 200 unit. Malaysia juga memesan, namun dengan permintaan menggunakan mesin Mercedes dan meminta namanya diganti Rimau (Harimau). Permintaan muncul pula dari banyak negara lain termasuk Irak dan Qatar. PT Pindad akhirnya mengembangkan Panser tersebut dengan dipersenjatai Kanon, setelah mempelajari teknologi panser Tarantula dari Korea. 

Dewasa ini PT Pindad sedang mengembangkan tank medium dan diperkirakan pada 2014 sudah akan muncul prototipenya. Adapun kemampuan engineering PT Dirgantara Indonesia rasanya sudah tidak asing lagi. Setelah mengalami metamorfosis dari IPTN, kebangkitan luar biasa dialami perusahaan tersebut. 

Dewasa ini produk mereka CN – 235, baik versi sipil maupun militer, semakin banyak dipesan negara-negara lain. Mereka juga mulai memproduksi CN-295, produk dari Airbus Military yang sebetulnya pembesaran dari CN-235 untuk dipasarkan di Indonesia maupun Asia-Pasifik. Kemampuan engineering mereka diuji lagi dengan penyiapan pesawat N- 219 berkapasitas 19 penumpang yang cocok untuk medan di beberapa daerah di Indonesia. 

Tampaknya produk ini juga dikerjakan untuk tujuan pasar Kazakhstan. Pesawat ini sudah semakin matang proses engineering- nya sehingga tidak akan lama lagi akan mulai terbang. Kemampuan ini dicoba dibangkitkan pula oleh Pak Habibie melalui perusahaan yang dikembangkan putranya, Ilham Habibie, bersama Erry Firmansyah. 

Pesawat yang ingin dikembangkan adalah kelanjutan N-250, namun diperbesar sehingga memiliki kapasitas 80 penumpang dan disebut Re 80 atau singkatan dari Regio Propeller 80. Kapasitas ini sedikit di atas ATR 72 yang merupakan produksi dari Prancis-Italia yang dewasa ini banyak digunakan di Indonesia. 

Di industri perkapalan, Indonesia memiliki banyak sekali industri pembuat kapal baik untuk keperluan sipil maupun militer. Yang terbanyak, dan tersebar di mana-mana, adalah kemampuan untuk membuat tongkang dengan kapal penariknya. Namun, yang memiliki teknologi lebih tinggi juga ada di Indonesia. 

Di Batam perusahaan pembuat kapal tersebut sangat berkembang. Palindo Marine misalnya mampu membuat kapal cepat rudal yang panjangnya 40 meter maupun 60 meter untuk keperluan angkatan laut kita. Demikian juga Lundin Industry yang mampu membuat kapal cepat dari bahan komposit. 

Yang paling besar adalah PT PAL yang dewasa ini mampu membuat kapal besar sipil (sampai 50.000 ton) maupun kapal perang besar LPD (Landing Platform Dock). PT PAL juga sedang mengembangkan kapal Fregat (perusak kawal rudal) bekerja sama dengan perusahaan Belanda. 

Terakhir, PT PAL juga bekerja sama mengembangkan kapal selam (pesanan Kementerian Pertahanan, 3 kapal selam) bekerja sama dengan Korea. Kapal ketiga akan sepenuhnya diproduksi di Surabaya. Berbagai perkembangan tersebut pada akhirnya membanggakan kita semua karena ternyata di bidang yang saya sebutkan tadi Indonesia terbesar di ASEAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar