Selasa, 23 April 2013

Keberpihakan Program Properempuan


Keberpihakan Program Properempuan
Berta Bekti R ;  Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Unika Soegijapranata Semarang
SUARA MERDEKA, 22 April 2013

  
"Cagub/ cawagub, terutama yang kelak terpilih, perlu bijak menyikapi kekhawatiran aktivis perempuan"

LAGU ’’Ibu Kita Kartini’’ karangan Wage Roedolf Soepratman akan kembali banyak diperdengarkan, seiring dengan peringatan Hari Kartini, tiap tanggal 21 April. Raden Adjeng Kartini, nama lengkap  sosok perempuan hebat kelahiran Jepara tahun 1879 itu, menginspirasi kaumnya pada abad berikutnya sampai detik ini.

Kegigihan, kebersahajaan, rasa empati yang kuat bagi sesama yang terpinggirkan, keberanian mengoyak belenggu adat pada zamannya, memunculkan kekuatan sosok perempuan yang luar biasa. Pemikiran-pemikiran cerdas nan bernas tentang peran perempuan yang bisa diberdayakan bila diberi tempat, modernitas yang memberi ruang gerak perempuan bersama kaum laki-laki memajukan bangsa.

Menurut  Kartini, perempuan, dalam kelembutan ragawi, kelemahan jasmani yang kadang tak sekuat raga kaum laki-laki, tersimpan potensi magma pemikiran, kecerdasan, kepemimpinan, dan kreativitas yang kadang menjadi paket lengkap yang melahirkan perempuan dengan nama menjulang. Terciptalah sejarah dunia dengan nama sejumlah perempuan yang bisa dikenang sepanjang masa.

Sebut satu semisal Iron Lady, Margaret Thatcher yang layak menjadi ikon kekuatan pemimpin perempuan inspiratif. Terlepas dari segala kelemahan dan kesalahan yang mungkin pernah ada selama dia berkuasa, terbukti dalam raga yang tak sekuat kaum laki-laki pun, perempuan bisa menjadi women power dalam tataran dunia.

Lalu, bagaimana dengan inspirasi Kartini dalam tataran Jawa Tengah, terkait dengan ketiadaan cagub-cawagub perempuan? Hiruk-pikuk sosialisasi visi misi oleh tiga pasangan cagub-cawagub saat ini sekaligus membersitkan pertanyaan pada benak banyak orang, mengapa tak ada sosok perempuan Jateng yang layak dan ’’boleh’’ diikutkan dalam kontestasi pada 26 Mei mendatang?

Ketika ada satu nama perempuan, Rustriningsih, yang banyak dinanti-nanti oleh warga provinsi ini, terutama kaumnya, itu pun tidak mendapat rekomendasi dari pimpinan puncak partai yang menaungi. Banyak orang kecewa, termasuk pegiat gerakan perempuan di provinsi ini yang khawatir bakal ada keterpinggiran aspirasi kaum perempuan. (SM, 8/3/13)

Dalam sistem pemilihan secara langsung ini para aktivis perempuan sangat berharap ada perubahan posisi perempuan yang tak lagi hanya didudukkan pada deretan kursi penonton. Kenyataan berbicara lain, calon gubernur atau calon wakil gubernur pada pilgub kali ini tidak berwajahkan perempuan, sebagai salah satu kandidat.

Cagub/ cawagub, terutama yang kelak memenangi kotestasi, perlu bijak menyikapi kekhawatiran aktivis perempuan dan pegiat lembaga yang fokus terhadap peran perempuan. Hipotesis awal ketika bursa pencalonan tidak menyertakan sosok perempuan sebagai representasi kaumnya, akan menutup peluang perempuan dalam pengambilan kebijakan strategik yang sebenarnya sangat butuh tangan perempuan, sebagai sosok yang tahu persis apa yang dirasakan.

Kepekaan itu semisal menyangkut problem gizi buruk keluarga, kematian ibu melahirkan, jaminan sosial masyarakat, dan sebagainya. Tatkala ada perempuan bernas memiliki kesempatan menduduki posisi eksekutif dalam roda pemerintahan, wajar bila kaumnya sangat berharap ia memiliki kepekaan lebih besar terhadap kepentingan perempuan dalam kebijakannya.

Kebijakan Publik

Memang tak ada jaminan bahwa bila gubernur adalah perempuan maka semua permasalahan itu mendapat garansi pasti teratasi. Kepentingan dan solusi masalah itu seyogianya mendapat tempat dan prioritas bagi gubernur terpilih. Kekecewaan soal ketiadaan cagub perempuan, kekhawatiran keterabaian kepentingan perempuan dalam kebijakan strategik publik, prioritas kepentingan perempuan dalam ranah kebijakan pemerintahan, nantinya harus bisa dijawab oleh gubernur terpilih sehingga hipotesis awal tadi menjadi termentahkan.

Ketidakhadiran wajah perempuan dalam Pilgub Jateng 2013 diharapkan tidak menyurutkan potensi magma keluwesan dan kekuatan perempuan dalam berkiprah bersama kaum lelaki, untuk bersama-sama lebih memajukan Jateng. Seperti pepatah behind successful a man, there is a woman, gubernur terpilih akan dianggap sukses memimpin Jateng bila memiliki garansi untuk berpihak pada kebijakan publik yang mengedepankan kepentingan perempuan, concern pada peningkatan peran serta perempuan secara lebih baik.

Masyarakat Jateng, terutama aktivis perempuan dan pegiat lembaga yang concern pada kepentingan perempuan, menanti keberpihakan pengambilan kebijakan yang properempuan. Pemilih perempuan seyogianya juga melihat dengan jernih bagaimana program keberpihakan terhadap perempuan yang ditawarkan para kandidat, sebelum memasuki tempat pemungutan suara (TPS).

Tugas selanjutnya bagi perempuan Jateng saat ini adalah mengawal rencana program dan pelaksanaannya setelah gubernur dilantik, dan selanjutnya mewujudkan inspirasi Kartini melalui beragam potensi yang dimiliki tiap individu perempuan. Kemampuan mengolah kreativitas, kecerdasan, tanpa melupakan kodrat sehingga mampu mengubah potensi human capital menjadi daya dorong kekuatan perubahan ke arah yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar