Lewat
Twitter @billyboen, saya sering berkicau, “Banyak orang yang hanya talk talk talk, tapi nggak pernah
action. Mereka hanya bisa bilang mau ngelakuin ini itu.” Apakah Anda
punya teman yang seperti itu? Atau, apakah Anda kenal orang yang seperti
itu? Saya sendiri kenal banyak sekali orang yang seperti itu, baik yang
saya kenal dekat, maupun yang sekedar kenal saja.
Kita semua tahu, bahwa tanpa action,
kita tidak akan menghasilkan apa-apa. Jadi, kalau hanya talk talk talk, ya sudah pasti
hasilnya nol. Pertanyaannya: Kenapa semua orang tahu hal ini, tapi banyak
sekali yang masih seperti ini? Berteori itu mudah. Yang saya maksud di
sini bukanlah menciptakan teori yang sudah kemudian diuji secara ilmiah
loh ya.
Yang saya maksud di sini adalah “teori” atau yang lebih kita sering kenal
dengan sebutan ‘omong doang’ atau disingkat ‘omdo’. Karena omong
doang itu jauh lebih mudah daripada melakukannya, maka dari itulah,
banyak orang yang hanya talk talk talk tanpa action.
Tidak Punya dan
Terlalu Banyak Tujuan
Di setiap kesempatan saya memberikan seminar dan workshop di berbagai kampus dan perusahaan, sering kali saya
mendapatkan pertanyaan, “Mas Billy,
saya nggak tahu apa yang menjadi tujuan saya. Saya nggak tahu apa yang
mau saya capai.” Nah, untuk Anda yang mengalami ini, jangan kaget
kalau Anda tidak akan mencapai apa pun.
Seperti yang sudah sering saya sampaikan di berbagai kesempatan, dan saya
tulis di buku Young On Top : “Kita nggak akan ke mana-mana kalau
kita nggak tahu kita mauke mana.” Di lain pihak, banyak orang yang
maunya banyak. Nah, saya punya teman yang setiap ketemu saya bilang dia
mau ngelakuin ini, ngelakuin itu. Dia mau berusaha mencapai ini, mencapai
itu. Apakah ini salah? Tidak! Daripada tidak tahu apa yang mau dicapai,
ini jelas lebih baik. Setidaknya dia sudah “setengah jalan”.
Tapi, yang menyedihkannya adalah, ketika beberapa saat kemudian bertemu
lagi, dia masih bicara hal yang sama, “Saya mau ngelakuin…”, dengan kata
lain, dia masih juga belum melakukan apapun. Nah, orang-orang seperti
inilah yang sering kali kita sebut dengan ‘omdo’. Untuk Anda yang mungkin
ketika sekarang membaca tulisan ini dan merasa, “Oh, saya seperti ini”,
tidak usah khawatir.
Seperti yang saya sampaikan, setidaknya Anda sudah tahu apa saja hal-hal
yang ingin Anda lakukan dan ingin Anda capai. Good! Nah sekarang, yang Anda butuhkan adalah untuk membuat
skala prioritas yang tepat, kemudian fokus dan berkomitmen untuk
menjalankan apa yang sudah Anda prioritaskan. Tentunya, untuk Anda yang
belum terbiasa melakukan keseharian hidup dengan terplanning seperti itu,
tak akan mudah. Anda akan butuh waktu untuk membiasakan hal ini.
Tapi, percaya deh, kalau Anda sudah terbiasa melakukan ini, hidup Anda
akan lebih enak. Rasa bingung untuk melakukan yang mana dulu pun akan
menghilang dengan sendirinya. Tapi ingat, bukan hanya membuat skala
prioritas saja yang menjadi kunci di sini, tapi juga fokus dan komitmen
penuh Anda atas hal-hal yang sudah Anda prioritaskan. Ini penting, dan
juga tidak mudah. Karena apa? Karena di zaman teknologi sekarang ini,
informasi dan segala macam hal yang dapat mengganggu konsentrasi kita
semakin banyak.
Ketakutan
Mengambil Langkah Pertama
Biasanya, inilah alasan utama banyaknya jumlah orang yang hanya talk talk
talk dan tidak ada action-nya. Seperti yang kita semua tahu, ngomong
pasti jauh lebih gampang daripada melakukan. Kenapa banyak yang takut
mengambil langkah pertama? Mereka takut gagal. Padahal, kalau kita tidak
berani mengambil langkah pertama, ya jelas kita tidak akan pernah mencapai
suatu tujuan.
Dengan kata lain, ya gagal. Kalau kita setidaknya berani mengambil
langkah pertama menuju kesuksesan dan di tengah jalan kita gagal,
setidaknya perjalanan yang telah kita tempuh bisa kita jadikan pelajaran,
sehingga di masa yang akan datang, kita tidak perlu melakukan perjalanan
yang sama. Dari awal, kita akan bisa memilih jalan lain sehingga kita
tidak perlu menghadapi sebuah rintangan yang pernah membuat kita gagal di
masa lalu.
Atau, setidaknya kita sudah tahu akan ada sebuah rintangan yang pernah
membuat kita gagal, sehingga kita bisa lebih mempersiapkan diri kita
menghadapi rintangan tersebut. Nah, kalau kita tidak pernah mencoba, apa
yang bisa dipelajari? Tidak ada! Tantangan yang ada setelah Anda berani
mengambil langkah pertama adalah gagal di tengah jalan.
Putus di
Tengah Jalan
Nah, satu hal yang paling banyak ditanyakan ke saya, “Mas Billy, kalau saya sudah tahu apa yang saya mau capai, saya
sudah punya skala prioritas. Saya sudah siap untuk fokus dan berkomitmen
untuk menjalankannya, dan saya sudah berani mengambil langkah pertama..
tapi di tengah jalan, saya merasa malas, motivasi saya turun,.. kenapa
ya? Dan saya mesti bagaimana?”
Kalau saya perhatikan, mereka yang merasakan hal demikian, karena satu
hal: mereka tidak memiliki kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan yang
ingin dia tuju. Jangan hanya sekedar ingin. Milikilah kemauan yang kuat,
coba beri pengertian yang mendalam ke diri sendiri, misal: “Saya harus mencapai tujuan itu karena
kalau saya berhasil, saya akan dapat membantu 100 anak yatim piatu.”
Kemauan yang kuat yang didukung oleh makna yang mendalam (bukan hanya
bermanfaat untuk diri sendiri, tapi juga orang lain) akan memberikan efek
psikologis yang positif bagi pemiliknya. Pada umumnya, ketika akan melakukan
suatu hal, kita akan “berapi-api”, menggebu-gebu. Setelah berjalan sekian
bulan, setelah melihat banyaknya rintangan, motivasidalamdiri turun.
Apakah hal ini wajar? Iya. Tapi,.. untuk mereka yang akhirnya menyadari
bahwa untuk mencapai tujuan yang ingin dituju itu tidak mudah, karena
banyaknya rintangan, dan kemudian memutuskan untuk menyerah biasanya
disebabkan karena tujuan yang dituju tersebut hanyalah sebuah keinginan.
Bukan sesuatu yang penting untuk mereka capai, atau bahkan mungkin
keinginan tersebut tidak memiliki makna yang mendalam bagi mereka. Kenapa
saya bisa bilang seperti itu? Karena pada dasarnya, manusia akan berusaha
semaksimal mungkin, berpikir keras dan kreatif, serta berusaha semaksimal
mungkin apabila dia sangat ingin mencapai suatu hal.
“Teori” Toilet
Bayangkan diri Anda ada di dalam suatu ruang rapat bersama atasan Anda
dan rekan-rekan kerja Anda. Karena Anda merasa bosan atau merasa apa yang
sedang dibahas sedang tidak penting, Anda ingin ke toilet. Anda meminta
izin atasan Anda, tapi kemudian ditolak oleh atasan Anda. Kira-kira apa
yang Anda akan lakukan?
Anda akan balik ke tempat duduk Anda dan kembali berusaha mengikuti rapat
dengan pembahasan yang membosankan (menurut Anda) itu. Betul? Nah, coba
bayangkan Anda sedangberada disituasiyangsama seperti yang saya
ilustrasikan di atas. Namun bedanya, kali ini Anda merasa harus permisi
ke toilet karena perut Anda merasa sangatmulas. Anda merasabahwa Anda
“harus” ke toilet, saat itu juga, sebelum hal yang tidak diinginkan oleh
semua orang terjadi.
Apa yang akan Anda lakukan ketika atasan Anda tidak mengizinkan Anda ke
toilet? Saya cukup yakin, Anda akan tidak menghiraukan atasan Anda.
Bahkan, mauada sepuluh orang sekalipun yangmencobamenghalangiAnda, saya
yakin Anda akan melabrak mereka semua, demi supaya Anda bisa pergi ke
toilet. Betul? Dalam dua ilustrasi ini, Anda sama-sama ingin ke toilet,
dan tidak diizinkan oleh atasan. Namun yang membedakan: yang satu tanpa
keinginan yang kuat, yang satu dengan keinginan yang kuat.
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, bahwa, secara psikologis, kita
akan berusaha semaksimal mungkin, untuk melakukan suatu hal, apabila kita
benar-benar menginginkannya. Apabila apa yang ingin kita capai itu sangat
penting, dan bermakna untuk diri kita. Jadi, sebelum Anda mampu untuk
mencapai apa yang ingin Anda inginkan.. sebelum Anda bisa sukses, Anda
harus tahu apa yang Anda benar-benar ingin capai, set skala prioritas
yang tepat, fokus, dan berkomitmen untuk menjalankannya.
Apa yang benar-benar Anda ingin capai, akan menjadi lebih bermakna untuk
Anda, apabila hal tersebut, bukan hanya bermanfaat untuk diri Anda, tapi
juga orang lain. Sudah tahu apa yang Anda ingin capai? Apapun itu, jangan
hanya sekedar ingin! See you ON TOP! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar