Selasa, 02 April 2013

Aksi Hemat Listrik


Aksi Hemat Listrik
Neni Utami Adiningsih  ;  Dosen Jurusan Elektro UIN
Sunan Gunung Djati, Alumnus ITB
SUARA KARYA, 01 April 2013

  
Per 1 April 2013, tarif listrik naik 4,3 persen sebagai bagian dari kebijakan pemerintah secara bertahap untuk menekan subsidi listrik. Memang, borosnya penggunaan listrik sebagai konsekuensi dari berkembangnya gaya hidup yang kian mengandalkan perangkat teknologi dan informatika, menjadi keprihatinan tersendiri. Terlebih bagi Indonesia, yang mendapat predikat negara terboros dalam pemakaian listrik di ASEAN. Konsumsi listrik penduduk Indonesia naik 10 persen per tahun, bahkan di beberapa daerah mencapai 12 persen.

Untuk area Jawa-Bali dan Madura, misalnya, kebutuhan listriknya terus bertambah rata-rata 1.000 (mw) per bulan. Ironisnya, pasokan listrik dalam status siaga karena cadangan yang tersisa hanya 330 mw. Untuk mengantisipasinya telah dibangun beberapa pembangkit listrik.

Berdasarkan data dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru di Pulau Jawa dengan total kapasitas 11.725 mw mulai beroperasi sejak 2010 hingga 2014. Pada periode yang sama, untuk Pulau Sumatra ada tambahan pasokan dari PLTU baru sebesar 2.916 mw, Kalimantan 914 mw, dan Sulawesi 822 mw.

Dari sisi kenyamanan konsumen listrik, tentu saja upaya di atas sangatlah menyenangkan. Namun demikian, kondisi ini perlu diwaspadai. Apalagi, masih sangat minim kesadaran masyarakat bahwa penggunaan listrik yang boros akan menguras persediaan bahan baku energi seperti minyak bumi, batubara, gas, dan sebagainya. Dari total produksi pembangkit energi listrik nasional tahun 2010 yang sebesar 258.747 GWh, mayoritas pembangkit listrik menggunakan batu bara (35,3 persen), gas bumi (21,5 persen), minyak bumi (0,5 persen) dan solar (5,8 persen). Padahal, data British Petroleum (2009) menunjukkan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia akan habis 10,2 tahun lagi, gas bumi, 45,7 tahun dan batu bara 19 tahun.

Tak hanya itu, kita juga patut khawatir terjadinya kerusakan lingkungan yang akan meningkatkan pencemaran udara dan mempercepat terjadinya perubahan iklim. Terutama, bila menggunakan batubara, seperti pada PLTU, karena batubara mengandung emisi CO2 yang paling besar di antara energi fosil lainnya. Kondisi ini harus segera diantisipasi. Caranya adalah dengan menghemat penggunaan listrik.

Data ASEAN Centre for Energy (ACE) menyebutkan bahwa Indonesia sangat berpotensi untuk menghemat listrik. Setidaknya sebanyak 3,13 juta ton setara minyak. Terbukti, saat pelaksanaan Earth Hour 2011, sekitar 700 mw listrik se-Jawa- Bali dapat dihemat. Bisa dibayangkan, berapa banyak listrik yang bisa dihemat, apabila gerakan tesebut menjadi aksi kita dalam keseharian.

Berikut beberapa tindakan penghematan listrik yang dapat kita lakukan sehari-hari. Pertama, gunakan lampu dan peralatan elektronik secukupnya saja. Bila tidak diperlukan sebaiknya dipadamkan, jangan di stand-by, karena masih mengonsumsi listrik. Bila dikalkulasi, membiarkan komputer menyala sepanjang tahun akan memboroskan energi lebih dari 1,000 kWh/y, setara dengan total konsumsi listrik seluruh rumah. Lihat susunan acara TV di majalah atau koran saat akan menonton acara tertentu agar TV tidak perlu terus dihidupkan.

Kedua, manfaatkan cahaya alami seoptimal mungkin. Bila perlu lampu, tentukan jumlah titik, daya maupun ukurannya sesuai kebutuhan. Sebaiknya, gunakan banyak titik lampu dengan daya rendah dibandingkan menggunakan 1 titik dengan daya besar karena lebih hemat energi dan tidak menyilaukan mata.

Ketiga, gunakan lampu hemat energi karena menghemat daya hingga 80 persen dan umurnya 10 kali lipat lebih panjang dibandingkan lampu biasa. Jika 40 juta pelanggan listrik kalangan rumah tangga di Indonesia, masing-masing memakai 5 lampu hemat energi (masing-masing 20 watt/lampu), maka konsumsi listrik akan berkurang serta menghemat biaya sekitar Rp 4 triliun/tahun. Sejak 2009, pemakaian lampu hemat energi mencapai 160 juta unit dan rata-rata meningkat 10 persen per tahun.

Keempat, batasi penggunaan hi-fi atau sound system berdaya listrik besar. Mendengarkan musik dari MP3 player atau dari telepon genggam, dengan menggunakan head set (head phone). Menonton film cukup dengan speaker kecil atau langsung dari speaker TV, tidak perlu dengan home theater sound system.

Kelima, bila menggunakan AC, sebaiknya memakai pengatur waktu serta mengatur suhu tidak lebih dingin 5 derajat dari suhu luar. Karena, semakin dingin suhu, semakin banyak energi listrik yang diperlukan. Agar dinginnya maksimal, pastikan tidak ada pintu atau jendela yang terbuka.

Keenam, kegiatan mencuci pakaian dengan mesin cuci dan menyeterika pakaian sebaiknya dilakukan apabila sudah terkumpul cukup banyak. Jangan dilakukan setiap hari hanya untuk pakaian yang akan dipakai. Agar lebih hemat listrik, gunakan seterika otomatis yang diatur sesuai dengan jenis baju. Selain itu, bagian bawah seterika harus dibersihkan dari kotoran.

Ketujuh, lebih baik membeli laptop dibanding desktop (PC) karena laptop mengonsumsi listrik 5 kali lebih hemat dibandingkan desktop. Bila memiliki desktop sebaiknya menggunakan layar monitor LCD dibanding CRT. Nyalakan pengaturan daya (power management) pada komputer dan tidak perlu menggunakan screensaver. Batasi mencetak data di kertas, terutama dengan laser printer, karena menyerap listrik lebih banyak dibanding inkjet printer.

Bergaya hidup hemat listrik tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di Earth Hour, yang hanya satu jam dalam setahun saja, tetapi harus terus dibuktikan setiap hari dengan konsisten. Aksi hemat listrik, bukan untuk gaya-gayaan tetapi untuk masa depan. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar