Selasa, 02 April 2013

Generasi Satu Abad Merdeka


Generasi Satu Abad Merdeka
Haryono Suyono  ;  Mantan Menko Kesra dan Taskin
SUARA KARYA, 01 April 2013

  
Apabila kita mengharapkan pemimpin bangsa yang unggul dan pekerja keras bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan ke-100 pada 2045, maka anak-anak kelahiran 30 tahun lalu, atau sekarang berusia di bawah 30 tahun harus dipelihara dan dikembangkan secara maksimal sebagai calon pemimpin bangsa.

Mereka perlu diberikan pembekalan dan penggodokan jiwa Pancasila, ditanamkan budaya hidup sehat, cerdas dan peduli terhadap sesama anak bangsa. Dengan demikian, ketika mengemban tanggung jawab kepemimpinan betul-betul bekerja secara bijaksana, tidak sakit-sakitan, cerdas, peduli pada sesama dan tulus membawa bangsanya ke puncak keemasan yang penuh kedamaian dan kesejukan.

Karena itu, dewasa ini para pemimpin dan warga negara pada umumnya, perlu bekerja keras dan cerdas melakukan investasi, dan pendalaman falsafah bangsa. Mereka harus rela bekerja sama, menggeluti bidang kesehatan dan pendidikan agar generasi muda, yang masih dalam kandung ibunya, bayi, balita dan anak-anak, dapat dideteksi secara dini kesehatannya dan akhirnya dapat dipersiapkan pendidikannya dengan baik.

Tepat sekali, satu bulan menjelang peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2013, pemerintah dan masyarakat harus bersatu mendidik anak bangsa membangun budaya sehat, cerdas dan terampil. Selain kepekaan yang tinggi terhadap falsafah bangsa Pancasila, bagian budaya yang sangat penting untuk mengantar satu abad Indonesia adalah kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang unggul agar bisa menjadi bangsa besar dan membanggakan. Lebih dari itu, perlu diantar pula dengan budaya agamis dan karakter peduli terhadap sesama.

Dalam konteks membangun budaya sehat itu, Yayasan Damandiri dan rekan kerja, perguruan tinggi seluruh Indonesia, lembaga dan organisasi masyarakat serta lembaga keuangan tertentu, diajak memberikan bantuan kepada puluhan ribu pos pemberdayaan keluarga (posdaya) untuk mendukung pos pelayanan terpadu (posyandu), klinik-klinik desa dan Puskesmas-puskesmas di seluruh desa Indonesia.

Posyandu yang awalnya dibentuk bersama oleh Kepala BKKBN dan Menteri Kesehatan RI tahun 1983, harus tetap mendapat perhatian. Posdaya di seluruh Indonesia diharapkan memberikan dukungan kuat pada posyandu melalui advokasi, informasi dan edukasi terhadap anggotanya untuk mencari ibu hamil dan ibu melahirkan. Ibu hamil dibantu memeriksakan dirinya ke posyandu minimal empat kali selama masa kehamilannya. Apabila mereka tidak mampu pergi ke posyandu, diharapkan posdaya membantunya agar tenaga bidan di posyandu dapat berkunjung ke rumah ibu hamil karena tidak bisa datang.

Apabila tidak memungkinkan karena posyandu tidak layak berfungsi dengan baik, diharapkan posdaya dapat memberi bantuan agar tenaga bidan bisa datang ke posyandu dan memberi pertolongan kepada ibu hamil yang jumlahnya relatif makin sedikit. Kalau perlu tenaga bidan itu diantar kepada ibu hamil di rumah masing-masing minimal empat kali selama masa kehamilan. Diusahakan pula ada bidan keliling dibiayai secara gotong royong oleh anggota posdaya.

Dalam keadaan desa atau kampung itu tidak lagi mempunyai posyandu karena alasan apa pun, diharapkan posdaya bekerja keras membentuk posyandu dan mengusahakan adanya tenaga bidan yang secara reguler berkunjung ke posyandu. Posdaya harus mengutamakan pelayanan terhadap ibu hamil, ibu menyusui, anak balita dan pelayanan KB melalui posyandu yang ada, atau kalau perlu segera diadakan.

Fokus berikutnya, adalah mencari anak usia sekolah yang tidak atau belum sekolah, lebih-lebih anak keluarga miskin. Dalam hubungan ini perlu dicari anak-anak balita agar segera masuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tigapuluh dua tahun yang akan datang, mereka akan menjadi salah satu penggerak utama dari pembangunan bangsa. Mereka akan berada pada usia dewasa yang umumnya akan menjadi kekuatan penggerak pembangunan, baik sebagai pemimpin maupun sebagai kekuatan yang sangat penting.

Anak-anak keluarga miskin yang sekarang dikandung ibunya, atau baru menginjak usia balita, tidak mustahil akan menjadi tokoh nasional yang bakal menjadi pemimpin bangsa nanti. Dengan pendidikan yang sungguh-sungguh, mereka akan mendapat masukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang unggul. Pengalamannya sebagai anak keluarga miskin dapat menjadi bekal yang kuat sebagai awal pendidikan karakter yang umumnya selalu disertai keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena doa dan harapannya akan masa depan yang lebih baik.

Oleh karena itulah, menjelang Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2013, posdaya di seluruh Indonesia diminta untuk mengadakan inventarisasi dan sekaligus mengirim semua anak balita, utamanya anak balita keluarga miskin agar bisa masuk ke PAUD. Kepada kedua orangtuanya diminta tidak saja mengantar anaknya ke PAUD, tetapi mengikuti kegiatan kursus ketrampilan yang diadakan di desanya. Kepada mereka, melalui bank, BPD atau bank lainnya, disediakan pinjaman modal awal untuk usaha agar keadaan ekonomi rumah tangganya bertambah baik.

Posdaya salah satu fungsinya adalah mengadakan kegiatan inventarisasi anak usia sekolah. Apabila ditemukan anak usia sekolah yang belum sekolah diharapkan dicari sebab musababnya kenapa anak itu tidak sekolah. Apabila alasannya ekonomi, maka anggota posdaya diharapkan secara gotong royong membantu orangtuanya agar mengirim anaknya ke sekolah. Apabila karena alasan akademis, misalnya, nilai rapornya tidak baik, anggota posdaya yang mampu diharapkan membantu agar anak itu agar mudah dapat ikut sekolah.

Menjelang Hari Pendidikan Nasional 2013, marilah kita memberikan pendidikan rakyat banyak membangun budaya hidup sehat dan cerdas guna menyongsong satu abad Indonesia merdeka sebagai pertanda kejayaan bangsa Indonesia yang cemerlang dan sejahtera. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar