Quo Vadis Zulkifli
Hasan & Presiden Jokowi? Ilham Bintang : Wartawan Senior, Anggota Dewan Etik
PWI |
CEKNRICEK.COM, 14
Juli
2022
Zulkifli Hasan
( Zulhas) mungkin personifikasi politikus yang mempraktekkan apa yang pernah
dikecam Benjamin Disraeli hampir dua
abad lalu. " Tidak ada pengkhianatan atau kekejaman yang
partai politik tidak mampu lakukan. Karena di dalam politik, tidak ada honour
(kehormatan),” kata Perdana Menteri Inggris 1874 yang juga sastrawan yang
kemudian menjadi salah satu negarawan Inggris Raya pada abad ke-19. Hampir dua
abad kemudian kita lihat praktek serupa dilakukan secara terang-terangan oleh
Zulhas. Menteri Perdagangan RI merangkap Ketua Umum PAN ( Partai Amanah
Nasional) itu benar - benar menistakan definisi politik seperti pernah disimpulkan Aritoteles yaitu
usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Aristoteles
(384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani yang menjadi guru dari
Iskandar Agung.Ia menjadi murid dari Plato ketika berada di Athena. Dalam
artikel "Pilpres 2024, Politikus
Tanpa Kehormatan, dan Tragedi Yunani" ( 11 Juli 2022), saya sudah memaparkan beberapa fakta bagaimana
demokrasi di Indonesia dibajak oleh para politisi dan dimanfaatkan
seluas-luasnya untuk kepentingan segelintir golongan. Pemilu, pesta
demokrasi yang dibiayai rakyat dengan uang ratusan bahkan ribuan trilyun
hanya ditujukan demi melanggengkan
kekuasaan elit parpol. Jangankan rakyat -- yang hanya disuruh menonton --
sesama politisi saja pun mereka tega saling menyingkirkan. Lihatlah
"Presidential Threshold" yang digunakan untuk mengeliminasi parpol
yang tidak mengantongi suara pemilu minimal 20 % untuk ikut kompetisi. Setelah itu,
mengerucut lagi, calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan parpol
peserta pemilu haruslah kader parpol. Padahal, kedua point itu tidak diatur
dalam konstitusi kita, UUD 1945 maupun UU Tentang Pemilu. Herannya, Mahkamah Konstitusi terlibat
larut didalamnya. Tidak heran jika banyak suara menginginkan MK dibubarkan
saja. Manuver
politik yang bikin geger sebelumnya, yang melibatkan Ketua Umum PAN itu
secara langsung, adalah wacana menunda Pemilu 2024. Bersama Ketum Golkar
Airlangga Hartarto, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, plus Menko Maritim dan
Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mengorkestrasi juga wacana memperpanjang
2-3 tahun masa jabatan Presiden
Jokowi. Alasannya, untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi akibat lebih dua
tahun didera pandemi. Apapun dari pilihan itu semuanya mengkhianati
kontitusi. Tak pelak,
wacana empat sekawan "orang dalam istana" itu pun menghadapi
perlawanan sengit dari para pakar hukum tata negara, aktivis prodemokrasi
hingga buruh dan mahasiswa. Keempatnya memang nyaris saja membuat negeri ini
chaos. Untung Jokowi cepat sadar. Cepat membaca situasi panas dengan segera
menyatakan Pemilu 2024 tetap dilangsungkan sesuai agenda. Zulhas lalu diangkat oleh Jokowi menjabat Menteri
Perdagangan mengganti Muhammad Lutfi yang dilengserkan karena krisis minyak
goreng di Tanah Air. Migor Sesembahan Hari- hari ini
publik kembali dikejutkan oleh ulah Zulhas. Sebuah video menunjukkam sikap
rendah dia sebagai politikus sekaligus
pejabat negara saat membagikan minyak goreng Kementerian Perdagangan,
"Minyakita", secara gratis. Dalam
kunjungan kerjanya sebagai Mendag ke Lampung ia memanfaatkan kesempatan
berkampanye sebagai Ketum PAN. Ia -- dalam video yang beredar dua hari
lalu -- kedapatan membagi- bagi minyak goreng gratis kepada masyarakat di Lampung dengan syarat
harus memilih putrinya yang akan maju dalam Pemilu 2024. Mari kita
catat dulu dugaan pelanggaran aturan oleh Zulhas. Pertama, melanggar etika
jabatan. Kedua, KKN karena mengarahkan masyarakat untuk memilih puterinya
sendiri di acara yang diadakan kementerian yang dipimpinnya. Ketiga, mantan
besan Amin Rais itu juga diduga melakukan pelanggaran undang-undang Pemilu
yang isinya larangan dengan pidana setiap orang yang dengan sengaja
melakukan kampanye di luar jadwal waktu
yang telah ditetapkan oleh KPU". Menurut
laporan media, pembagian dilakukan
dalam acara PAN-SAR Murah di Telukbetung Timur, Bandar Lampung, Sabtu (9/7)
lalu. Zulhas sendiri belum seumur jagung jadi Menteri
Perdagangan. Ia baru dilantik Jokowi menjadi menteri 15 Juni 2022 menggantikan Muhammad
Lutfi. Kegaduhan yang ditimbulkan
Zulhas itu mengundang reaksi Presiden Jokowi. Ayah Gibran dan mertua Bobby
itu pun menegur menterinya sambil memperingatkan agar Zulhas fokus bekerja. "Kalau
Menteri Perdagangan ya urus yang paling penting seperti yang saya tugaskan
kemarin bagaimana menurunkan harga minyak goreng," kata Jokowi di Pasar
Sukamandi, Kabupaten Subang, Selasa, (12/7) seperti dikutip banyak media. Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga mengatakan acara
Zulhas yang diributkan digelar hari
Sabtu, di mana para pegawai pemerintah libur. "Acara itu bukan acara
pemerintahan atau kementerian, tetapi itu acara partai," kata dia. Ia
menyebut Zulhas pun hadir sebagai Ketua Umum PAN meninjau acara PAN, yaitu
PANsar Murah. "Di acara
itu Futri, putrinya hadir selaku pengurus DPP PAN dan Calon Legislatif PAN
Dapil Lampung 1," ujarnya. Viva Yoga juga
menyebut minyak curah kemasan itu dibeli oleh Futri dan tidak gratis. Barulah
kemudian minyak goreng ini dibagikan oleh Futri di daerah pemilihannya.
"Hal ini tentu sikap yang baik karena dapat memberi manfaat bagi ibu-ibu
di dapilnya," kata dia. Di samping
itu, Viva Yoga menyebut sebagai ketua umum partai Zulhas tentu mengerti dan memahami rambu
dan peraturan perundang-undangan. "Tidak akan abuse of power,
menyalahgunakan kekuasaan sebagai menteri. Kegiatan partai dilaksanakan pada
saat hari libur," ujarnya. Sampai di
sini, kita sudah bisa meletakkan duduk perkaranya. Pembelaan Viva Yoga tidak
menyentuh adegan dalam video yang disoal publik. Kalau Zulhas bicara di depan
kader PAN, kenapa perlu meyakinkan lagi kader itu untuk memilih Putri Zulhas
di Pemilu nanti? Teguran
presiden kepada Zulhas juga hanya "lip service". Zulhas bukan
sekali ini merusak tatanan demokrasi. Sudah berulang kali melecehkan
konstitusi negara, tetapi malah diangkat juga menjadi Menteri Perdagangan RI.
Dan, Zulhas bukan satu-satunya menteri anggota kabinetnya, yang merusak
demokrasi dan etika bernegara. Quo vadis Zulhas? Quo Vadis Presiden Jokowi? ● |
Sumber
: https://ceknricek.com/a/quo-vadis-zulkifli-hasan-and-presiden-jokowi/32315
Tidak ada komentar:
Posting Komentar