Minggu, 24 Juli 2022

 

Covid-19 Meningkat kembali, Waspadalah

Tjandra Yoga Aditama :  Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

MEDIA INDONESIA, 18 Juli 2022

 

                                                

 

DUNIA saat ini sedang mengalami peningkatan kasus covid-19. Laporan mingguan covid-19 dunia oleh WHO versi 13 Juli 2022 memang menyebutkan bahwa jumlah kasus terus meningkat dalam 5 minggu terakhir ini, sesudah ada kecenderungan penurunan kasus sejak puncak terakhir pada pertengahan Maret 2022 lalu.

 

Pada periode 4-10 Juli 2022, ada 5,7 juta kasus baru di dunia, meningkat 6% dari minggu sebelumnya. Adapun pada 8 Juli 2022, laporan Emergency Committee WHO tentang covid-19 menyebutkan bahwa ada sekitar 30% peningkatan kasus covid-19 dalam dua minggu terakhir di awal Juli itu.

 

Data lain dari Our World in Data menyebutkan, bahwa kasus baru dunia pada 15 Mei 2022 ialah 374.517 dan 2 bulan kemudian pada 15 Juli 2022 melonjak menjadi 1.020.853 orang. Direktur Jenderal WHO Dr Tedros juga menegaskan, angka peningkatan kasus ini perlu dibaca dengan cermat karena di dunia justru sedang terjadi penurunan jumlah testing. Dengan kata lain, kalau jumlah testing ditingkatkan, kita akan mendapatkan angka kasus yang berbeda pula.

 

Kasus kita meningkat

 

Kalau di dunia secara umum terus meningkat, tentu juga akan ada peningkatan di negara kita. Memang dalam hari-hari belakangan ini kita kembali mulai mendengar ada kerabat yang positif covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri, serta sebagian bahkan dirawat di rumah sakit. Laporan resmi kasus covid-19 di negara kita memang terus meningkat. Data pada 16 Juli 2022 menunjukkan adanya 4.329 kasus baru.

 

Satu bulan sebelumnya, 15 Juni 2022, kasus baru kita ialah 1.242 orang dan sebulan sebelumnya lagi, 16 Mei, kasus harian hanya 182 orang. Jadi dalam dua bulan terakhir ini kasus sudah meningkat lebih dari 23 kali lipat. Bahkan, pada 13 Juli 2022 WHO menyampaikan bahwa situasi covid-19 di Jakarta dengan insiden jumlah kasus sebanyak 73,8 per 100.000 penduduk sudah masuk ke level penularan di masyarakat tingkat tiga (community transmission level 3 - CT3).

 

Di 33 provinsi lainnya juga terjadi peningkatan. Hanya, sampai laporan WHO 13 Juli itu, memang masih berada pada tingkat transmisi rendah, masih level 1. Kalau angka peningkatan terus terjadi, tentu level penularan di masyarakat juga akan bertambah pula.

 

Sehubungan dengan kasus kita yang sekitar 3.000 atau sudah sampai 4.000 orang seharinya, maka baik kalau kita analisis lebih mendalam. Inggris, misalnya, jumlah kasus yang positif covid-19 dari 2 JulI 2022 sampai 8 Juli 2022 ialah 174.961 orang. Artinya hampir 25 ribu orang dalam sehari. Angka itu terus meningkat. Laman Our World In Data, 16 Juli 2022, menyebutkan bahwa pada 14 Juli 2022 ada 191.860 kasus baru di Inggris, hampir 200 ribu sehari, walaupun angka rata-rata seminggu masih di sekitar 55 ribu orang. Terkesan, angka-angka ini jauh lebih tinggi daripada kasus harian kita yang dilaporkan sekitar 3.000 atau 4.000 orang. Akan tetapi, perbandingan angka secara langsung ini dapat memberi kesan yang keliru.

 

Perlu kita ketahui bahwa jumlah tes di Inggris dalam seminggu, menurut laman https://coronavirus.data.gov.uk/ ialah sekitar 1,5 juta tes, tepatnya 1.449.568 pemeriksaan virus dalam seminggunya, atau lebih dari 200 ribu seharinya, dan tampaknya terus meningkat. Sementara itu, kita tahu di Indonesia jumlah tes masih kurang dari 100 ribu orang seharinya, padahal penduduk Indonesia mungkin tiga atau empat kali lebih banyak dari Inggris. Artinya, kalau ingin mengetahui bagaimana situasi covid-19 yang sebenarnya di lapangan, jumlah tes harian kita harus dinaikkan beberapa kali lipat lagi.

 

Kemudian, ada juga pembicaraan tentang akan berapa jumlah kasus maksimal kita sekarang ini. Pernah disebut oleh Kementerian Kesehatan tentang prediksi angka maksimal 20 ribu, yang tampaknya dihubungkan dengan infeksi BA.5 dan BA.4 di negara lain. Sekarang jumlah spesimen per hari masih di bawah 100 ribu, yang menghasilkan kasus tertinggi 3.000-4.000-an di hari-hari ini. Nah, untuk dapat mendeteksi 20 ribu maka perlu diperiksa jauh lebih banyak spesimen, tidak cukup di bawah 100 ribu seperti yang beberapa bulan terakhir ini dilakukan.

 

Sebagai ilustrasi, pada 10 Maret 2022 lalu kasus baru kita ialah 21.311 orang, dan pemeriksaan hari itu 257.959 spesimen. Artinya, jelas jumlah testing sekarang yang masih puluhan ribu harus ditingkatkan, kalau mengikuti prediksi 20 ribu kasus baru per hari. Kalau angka kasus hariannya jadi lebih tinggi lagi, mungkin misalnya karena ada subvarian lain seperti BA.2.75 atau sebab lain, maka tentu hanya akan didapat dengan jumlah pemeriksaan yang lebih banyak lagi.

 

Dampak peningkatan kasus

 

Secara umum, memang kasus covid-19 akibat varian omikron tidaklah separah akibat varian delta. Pemerintah menyampaikan bahwa yang sekarang mendominasi kasus covid-19 kita ialah subvarian BA.4. dan BA.5. Walaupun memang tidak seberat dampak varian delta yang pernah meluluhlantakkan kita tahun yang lalu, tentu penyakit covid-19 akibat omikron termasuk BA.4 dan BA.5 ini tidak bisa dipandang ringan dan disepelekan. Setidaknya, berdasarkan empat pertimbangan. Pertama, data dunia dan berbagai negara yang juga mengalami infeksi BA.4 dan BA.5 sudah jelas menunjukkan bahwa ada kasus yang berat yang harus dirawat di rumah sakit dan bahkan meninggal dunia.

 

Kalau kita kembali melihat data dari Inggris, jumlah yang dirawat di rumah sakit mereka akibat covid-19 pada periode 5 Juli sampai 11 Juli 2022 ialah 13.079 orang. Angka itu meningkat 2.001 orang (18,1%) jika dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Yang meninggal dunia sejak 2 Juli sampai 8 Juli 2022 ialah 691 orang. Angka yang meninggal di Inggris ini juga meningkat dari minggu sebelumnya, naik 170 kematian (32,6%).

 

India juga mencatat peningkatan angka kematian, dari 15 kematian pada 14 Juni menjadi 56 yang meninggal pada 15 Juli 2022. Secara umum, data dunia menunjukkan mengalami hal yang serupa pula. Angka kematian global akibat covid-19 pada 15 Juli 2022 ialah 2.235 orang. Sebulan sebelumnya pada 15 Juni tercatat 1.982 yang meninggal dan 15 Mei 2022 baru ada 657 kematian, jadi terus meningkat dari waktu ke waktu. Tegasnya, walaupun tidaklah seberat delta, infeksi akibat BA.4 dan BA.5 tetap dapat membunuh pasiennya, dan juga meningkatkan potensi dirawat di rumah sakit dengan berbagai masalahnya.

 

Pertimbangan kedua, kita tidak dapat menggangap remeh infeksi omikron BA.4 atau BA.5 atau yang lain, bahwa walaupun kalau terkena pada usia muda yang fit, mungkin dampaknya tidak berat, tetapi dia tetap dapat menulari orang sekitar. Kalau yang tertular orangtuanya, atau barangkali kakek neneknya yang tentu sudah lanjut usia, atau mungkin keluarga atau kerabat yang punya komorbid, maka tentu dampak pada mereka tidaklah ringan. Dan, bukan tidak mungkin jadi penyesalan berkepanjangan.

 

Pertimbangan ketiga ialah kenyataan bahwa kalau positif, pasien harus diisolasi, baik di rumah maupun di tempat isolasi terpadu atau juga di rumah sakit. Kalau dia diisolasi beberapa hari, tentu tidak dapat bekerja dengan berbagai akibatnya. Termasuk, kalau pekerja harian maka tidak mendapatkan nafkah. Juga bisa dibayangkan, bagaimana repotnya kalau ada seseorang yang harus isolasi mandiri di rumahnya, bagaimana pemisahan kamarnya, bagaimana makan minumya, bagaimana mengatur ventilasi udara, dll.

 

Selain itu, masa dalam isolasi mandiri dapat membuat seseorang kehilangan momen penting dalam hidupnya. Misalnya, rencana pertemuan atau bepergian untuk urusan penting jadi batal, atau akibat harus isolasi jadi tidak bisa ikut wisuda dan berbagai hal lain. Yang lebih menyedihkan lagi, kalau misalnya sudah jauh-jauh hari merancang tanggal pernikahan, lalu harus isolasi mandiri, maka tentu semua jadi berantakan.

 

Pertimbangan keempat, kita tidak boleh menganggap ringan penularan akibat omikron ini. Adalah sebuah bukti ilmiah bahwa makin banyak penularan di masyarakat maka makin besar kemungkinan terjadinya mutasi baru. Untuk omikron ini, misalnya, selain BA.4 dan BA.5, maka India yang kita kenal sebagai negara yang pertama kali melaporkan varian delta, kini kembali melaporkan subvarian baru, yakni BA.2.75, yang oleh sebagian pihak disebut sebagai ‘centaurus’--tentu belum nama resmi.

 

Dari India, kini kasus sudah menyebar ke setidaknya 10 negara, di antaranya Australia, Jerman, Inggris, Kanada, Jepang, Selandia Baru, juga Amerika Serikat. Pakar dari Mayo Clinic mengatakan peningkatan kasus di India akibat BA.2.75 ini tampaknya bersifat eksponensial, walau memang masih harus menunggu data-data lain dalam minggu-minggu mendatang. Memang, sejauh ini belum ada kepastian tentang pola penularan dan berat ringannya dampak BA.2.75.

 

Data sementara yang ada memperlihatkan bahwa BA.2.75 menunjukkan setidaknya 8 mutasi tambahan dari BA.5, utamanya di terminal N, yang dapat punya pengaruh menghindar dari imunitas yang sekarang sudah ada. Data awal juga memperlihatkan bahwa BA.2.75 menunjukkan beberapa alternatif solusi dari BA.5, antara lain del69/70 menjadi 147E, 152R, 157L, 210V, 257S, serta 452R menjadi 446S.

 

Sebelum laporan BA.2.75 ini, maka sudah ada laporan dari India yang menghubungkan subvarian BA.2 dengan mutasi di with S:K147E, W152R, F157L, I210V, G257S, D339H, G446S, N460K, dan R493Q yang bermula dari India, dan kini sudah ada di sekitar 10 negara di dunia. Selain empat pertimbangan itu, juga ada beberapa yang masih perlu bukti ilmiah yang jelas, seperti seberapa sering kemungkinan terjadinya long covid, juga kemungkinan dampak covid-19 terhadap penyakit lain.

 

Waspada dan upaya

 

Perkembangan peningkatan kasus dunia dan juga di negara kita tentu mengingatkan kembali bahwa pandemi covid-19 memang masih ada dan masih punya potensi bahaya. Karena itu, jelas perlu ada upaya-upaya pengendalian yang baik agar kenaikan kasus ini dapat lebih terkendali dan tidak membawa korban yang tidak perlu.

 

Yang pertama harus dilakukan ialah kesadaran untuk melaksanakan protokol kesehatan. Di satu sisi, masyarakat yang sudah tidak terlalu ketat lagi, maka harus lebih menerapkan protokol dengan baik. Di sisi lain, pemerintah juga perlu menetapkan aturan dengan bijak.

 

Dalam hal ini kita amat berbesar hati dengan arahan Presiden Jokowi pada saat Idul Adha bahwa “Baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan memakai masker adalah masih sebuah keharusan.” Arahan Presiden ini amat penting, bukan saja karena memang perlindungan dengan masker amat penting, tapi juga karena beberapa waktu yang lalu ada semacam ‘beda pendapat’ sesudah Wakil Presiden juga menyebutkan tentang pemakaian masker di luar ruangan.

 

Selain pemakaian masker, tentu cuci tangan secara teratur merupakan hal yang penting, bukan hanya untuk mencegah covid-19, tetapi juga berbagai penyakit menular lainnya. Lalu, bagaimanapun upaya mencegah kerumunan yang tidak terlalu diperlukan memang harus diupayakan dilakukan.

 

Kedua, seperti sudah dibahas di atas, jumlah tes harus ditingkatkan. Masyarakat perlu melakukan tes jika ada keluhan yang mengarah, dan atau curiga ada kontak erak dengan pasien covid-19. Pemerintah pun perlu memperluas tempat masyarakat dengan mudah melakukan tes. Peningkatan testing harus diikuti juga dengan telusur (tracing) yang masif. Hanya dengan cara itu kita akan memperoleh data yang akurat dan mengetahui situasi lapangan yang sebenarnya, untuk kemudian mengambil langkah pengendalian yang tepat dan merumuskan kebijakan yang terbaik demi melindungi anak bangsa.

 

Hal ketiga ialah peningkatan cakupan vaksinasi, termasuk juga booster. Masih ada tiga perempat penduduk kita belum dapat booster, padahal kita tahu bahwa memang diperlukan karena dua hal. Pertama, perlindungan dari dua vaksinasi pertama akan menurun sesudah beberapa bulan. Dan, kedua, karena varian omikron punya kecenderungan dapat menghindar dari imunitas yang dibentuk, jadi perlu perlindungan tambahan dengan booster ini.

 

Selain itu, juga masih sekitar sepertiga penduduk kita yang belum mendapat vaksinasi lengkap. Jadi, jelas belum mendapat perlindungan yang diharapkan. Masyarakat yang belum mendapat vaksin, segeralah mendapatkannya. Dan, pemerintah perlu memberikan kemudahan untuk vaksinasi ini. Misalnya saja dapat dilakukan di sebanyak mungkin rumah sakit dan puskesmas yang tersebar di negara kita.

 

Tentu kita tidak perlu panik dengan kecenderungan kenaikan kasus ini, tetapi juga tidak boleh meremehkannya. Kita semua jelas harus waspada!

 

Sumber :   https://mediaindonesia.com/kolom-pakar/507446/covid-19-meningkat-kembali-waspadalah

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar