Pancasila
Mengantar Indonesia Juara
Ridwan Kamil ; Walikota Bandung
|
DETIKNEWS, 02 Juni 2017
Indonesia lahir bukan dari keseragaman, tapi dari
keberagaman suku, budaya, bahasa, dan agama. Karena kita beragam, maka opini
pihak yang berbeda dengan kita harus kita tolerir dan akomodir. Pancasila
menjadi sangat urgent dalam konteks menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara.
Pancasila harus menjadi lem, perekat, bangsa Indonesia. Jadi kalau ada yang
mau menggeser, mengecilkan atau menggantinya, itu titik awal kehancuran
bangsa kita.
Dihapusnya program Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan
Pancasila (P4) dan pelajaran PMP Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah
membuat anak-anak kita kehilangan referensi kebangsaan. Akibatnya ideologi
Pancasila tidak terlalu kokoh dalam bingkai mental anak-anak zaman sekarang.
Oleh karena itu, petisi saya kepada pemerintah pusat
adalah hadirkan kembali pendidikan P4 dan PMP, apapun bentuknya. Membangun
negeri ini bukan hanya urusan infrastruktur fisik, tapi juga urusan mental
dan karakter anak bangsa.
Masuknya faham terorisme dan radikalisme ke Indonesia
merupakan salah satu bukti generasi muda kita kehilangan referensi ideologi
dan kebangsaan. Untuk menangkal faham terorisme, kita harus punya instrumen.
Sebagai Walikota Bandung, saya menangkal faham itu dengan membuat instrumen.
Contohnya saya membikin Rapor Warga, urgensinya untuk menyisir terorisme dan
melawan apatisme warga.
Rapor Warga itu sederhana. Saya minta pengurus RT/RW
memberi penilaian kepada warganya dalam aspek sosial. Misalnya, apakah si A
rajin kerja bakti, suka bergaul atau tidak. Kalau tidak, ia patut diberi
pengertian atau dicurigai. Karena belakangan ini, kita tahu, ada teroris yang
menyusup, indekos, di rumah warga.
Namun ada sebagain warga yang menolak. Mereka bilang,
"Ngapain warga dinilai, itu kan ruang pribadi. ''Itulah contoh
tergerusnya nilai-nilai ke-Pancasila-an. Mereka lebih mengedepankan
kepentingan individu, mengalahkan kepentingan dan cita-cita yang lebih besar.
Sejak pencanangan Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni, di
Bandung, tahun lalu saya menerjemahkan semangat Pancasila dalam pendidikan
karakter, yakni Bandung Masagi.
Bandung Masagi terbagi empat, yakni bela negara, cinta
agama, cinta budaya, dan jaga lingkungan. Bela negara kami maksudkan untuk
menguatkan program-progam ke-Pancasila-an. Bandung Masagi diharapkan dapat
menjadi jawaban atas kekosongan pendidikan ideologi.
Kita lihat hari ini, ada organisasi Islam yang hanya
membela Islamnya saja. Tapi ada juga organisasi Islam yang membela Islam dan
keindonesiaan. Kakek saya berdiri di situ, kiai sekaligus panglima perang.
Sebagai kiai beliau membela keislamannya, sebagai Panglima Hisbullah, beliau
membela keindonesiaan.
Dalam konteks ini, saya minta ke MUI kota Bandung
menyuburkan semangat gotong royong, keindonesiaan. Dakwah dengan cara yang
ramah. Kalau kita lihat sejarah, Sunan Kudus pernah mengeluarkan fatwa:
masyarakat diimbau tidak memotong sapi pada Hari Raya Idul Adha. Untuk
menghormati masyarakat Hindu, selama masih ada kambing atau domba potonglah
kambing atau domba. Itu kan luar biasa, seorang pemimpin agama yang ber-tepa
salira.
Bung Karno pernah berpesan agar rakyat Indonesia
senantiasa bergotong royong demi memajukan bangsa. Nilai gotong royong
terkandung dalam Pancasila. Konsep gotong royong maknanya bukan hanya kerja
bakti, tapi ada unsur empati kemanusiaan, keadilan sosial, musyawarah,
persatuan, kebersamaan, yang didasari oleh ketuhanan sebagai bangsa yang
relijius.
Semangat gotong royong harus diterjemahkan dalam bentuk
kegiatan. Saya bahagia menjadi Wali Kota Bandung, karena tingkat volunterism
warganya paling tinggi di Indonesia. Contohnya, ketika peringatan Konferensi
Asia Afrika ke-60 tahun 2015. Waktu itu saya butuh 3000 orang relawan, yang
mendaftar sebanyak 15.000 orang.
Lalu ada Gerakan Pungut Sampah, pada hari Senin Rabu dan
Jumat. Ini gotong royong yang imbasnya Bandung mendapat penghargaan Adipura.
Ada juga program Family for Family, keluarga mapan mengasuh keluarga tidak
mampu. Zakat PNS dulu hanya terkumpul Rp 6 miliar setahun. Sekarang, dengan
aplikasi "Ayo Bayar Zakat", naik menjadi Rp 30 miliar setahun.
Perkembangan program Magrib Mengaji juga luar biasa. Awalnya program itu
hanya diikuti 2.000 masjid, sekarang sudah 3.000 masjid. Bike to School marak, gara-gara si anak melihat walikotanya
bersepeda.
Negeri ini bisa maju jika masalah di masyarakat
diselesaikan oleh masyarakat sendiri. Itu baru civil society. Kepemimpinan yang baik adalah kepempinan dengan
keteladanan. The best leadership is
leadership by example. Saya nggak bisa jadi pemimpin yang tunjuk tangan,
tetapi turun tangan, memberi contoh.
Saya optimistis, nilai gotong royong masih ada dalam
kehidupan masyarakat kita. Di beberapa tempat, saat berbuka puasa di bulan
Ramadan ini, mereka yang non muslim menyediakan takjil. Itu keindahan yang
luar biasa. Di Bali, masjid-masjid hadir dengan baik. Saya punya desain
masjid di Bali, izinnya juga cepat dan lancar.
Jadi, di tempat yang non muslimnya minoritas, ternyata
nilai-nilai ke-Pancasila-an dipraktikkan dengan baik. Di Bandung pun saya
perlakukan hal yang sama. Misalnya dalam perizinan rumah ibadah. Selama
prosedurnya benar, tidak ada alasan untuk memperlambat keluarnya izin. Kalau
ada protes, saya bentuk tim independen untuk mencari solusi bersama.
Untuk mempertahankan keutuhan bangsa dibutuhkan komitmen
moril dan strategi yang luar biasa. Dulu, Bung Karno membangun fondasi
Indonesia merdeka. Tugas kita hari ini adalah mengakselerasi, membuat
Indonesia juara. Pada 2035, Indonesia diprediksi menduduki ranking tiga
negara terhebat di dunia. Tapi harus memenuhi tiga syarat. Yakni, pertumbuhan
ekonomi 5 persen terjaga, generasi mudanya kreatif, dan tidak ada krisis
sosial politik dalam transisi of power.
Mari kita bersama mengakselerasi diri, berinovasi, dan bergotong
royong untuk menghadiahi bangsa ini gelar bangsa juara. Selamat Hari Lahir Pancasila! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar