Sabtu, 10 Juni 2017

Membaca Peta Pilkada Jatim

Membaca Peta Pilkada Jatim
Anna Luthfie ;  Ketua DPP Partai Perindo
                                                   KORAN SINDO, 09 Juni 2017



                                                           
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur yang akan digelar serentak dengan daerah lain pad a tahun 2018 kembali akan menjadi ajang pertarungan gengsi tokoh-tokoh yang selama ini beredar di provinsi paling timur Pulau Jawa ini.

Berbed a dengan Jawa Barat dan Jawa Tengah, dua provinsi yang juga menggelar pilkada, Pilkada Jatim akan tetap menj adi per - tempuran tokoh-tokoh lama, meskipun potensi pendatang baru tetap terbuka. Per tempuran tokoh-tokoh lama ini terkonfirmasi dari hasil sur vei terkait Pilkada Jatim. Salah satunya dilakukan oleh The Inisiative Institute. Dua nama yang selama dua pilkada langsung di Jatim menjadi rival tetap di prediksi meramaikan hajatan politik tahun depan.

Nama Khofifah Indar Para - wansa dan Wagub Jatim Saifullah Yusuf atau Gus Ipul adalah dua nama yang melekat dalam rivalitas Pilkada Jatim. Selain dua nama lama ter - sebut, nama-nama baru juga mun cul dalam bursa Pilkada Jatim. Nama Wali K ota Sura baya Tri Rismaharini muncul sebagai nama baru dalam pang gung po - litik Jatim. Popularitas Risma bah kan mengimbangi popu - laritas Gus Ipul dan Khofifah. Dari hasil survei yang digelar The Inisiative Institute ini menyim - pulkan ketiga tokoh ini akan bersaing ketat d an bukan tid ak mungkin akan menjadi tiga po - ros kekuatan yang akan mewar - nai Pilkada Jatim.

Hal ini te re - kam dar i persaingan popula ritas dan elektabilitas ketiga tokoh yang relatif ketat. Sementara ini baru PKB yang sudah memberikan pe - rnyataan dukungan kepad a Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) un - tuk ber pasangan dengan Halim Iskandar, apakah tawaran paket pasangan ini bisa menjadi re - katan koalisi? Tentu g uliran waktu yang akan bisa men jawab - nya . B elum terasa ketatnya per - saingan ini juga tidak lepas dari belum jelasnya sebagian besar dukungan partai politik kepad a ketiga tokoh tersebut atau yang lain.

Variabel partai politik men jadi penentu peluang pa - sangan calon mend apatkan du - kungan dari konstituen partai, meskipun bukan menjadi jaminan mutlak kemenangan. B agaimanapun dalam pilkad a langsung , preferensi pilihan pemilih tetap banyak bertumpu pada sosok calon yang diusung. Dalam tradisi pilkada langsung , jarang sekali pasangan calon yang berlaga bisa sukses jika melalui jalur nonpartai.

Pengala man pilkad a langsung sejak tahun 2005 di Jatim me - mang muncul puluhan pasang - a n calon dari jalur perorangan, independen atau nonpartai. Namun, tidak satu pun pa sang - an calon dar i jalur nonpartai ini sukses memenangi pilkada, bahkan suara yang diraihnya jauh dari syarat dukungan yang berhasil dikumpulkan seba gai syarat pencalonan.

Tiket Partai

Dengan minimnya peluang calon perorangan, besar ke - mung kinan Pilkada Jatim 2018 juga tidak ada pasangan calon melaju dari jalur ini. Bisa di - prediksi persaingan awal akan terjadi dalam memperebutkan tiket partai politik. Bagaimana peluang ketiga tokoh tersebut merebut tiket par tai politik? Penulis mencoba meng urai bagaimana peta persaingan ketiganya tersebut .

Dari ketiga nama di atas, baru Gus Ipul yang secara jelas mengutarakan niatnya untuk maju kembali sebagai calon gubernur tahun depan. Setelah mendapat dukungan dari PKB, Gus Ipul melakukan road show ke partai-par tai seperti Partai Demokrat, selain juga sebagai pendaftar pertama di PDI Per - juangan. PKB sedang melaku kan gerakan atau menginisiasi Pilgub 2018 cukup dengan calon tung gal. Apakah gerakan ini ber - hasil? Tentu salah satu partai yang bisa menjawab ad alah Ger indra, karena Sekretaris DPD Partai Gerindra Jatim Anwar Sadad jauh hari su - dah melakukan penolakan atas gagasan calon tunggal.

Gus Ipul dan PKB tentu akan melakukan gerilya yang luar biasa keras un - tuk bisa mewujudkan gagasan calon tunggal di Pilgub 2018 nanti, lagilagi waktu yang bisa menjawabnya. Sementara dua nama lain nya masih belum secara terbuka mengutarakan niatnya ma ju dalam perhelatan pilkada Jatim 2018. Namun demikian, sinyal maju cukup terlihat dari Khofifah.

Bahkan, dalam sosial media tersebar niat menteri sosial tersebut mengundurkan diri dari jabatannya sebagai men teri untuk berlaga di Pilkada Jatim. Namun, secara jelas memang sang menteri belum mengutarakan niatnya tersebut di hadapan publik. Meskipun demikian, kuat diduga peluang Khofifah maju kembali di Pilkad a Jatim cukup bes ar karena beberapa hal.

Pertama, mod al sosial Khofifah lebih besar di Jatim dengan jaringan muslimat NU yang di pimpinnya . Kedua, dua pilkada yang sebe lum - nya diikuti Khofifah menun juk - kan du kung an te rh adap toko h ini masih besar di Jatim. Ketiga, peluang Khofifah men dapat du - kungan Presiden Joko Widodo lebih besar. Sebagai menteri sosial di Kabinet Kerja Jokowi, ada misi agar program-prog ram pemerintah berjalan dan tentu kepentingan mem per tahankan kekuasaan di Pemilu 2019 cukup strateg is bagi Jokowi untuk meme - nang kan Jatim setelah Banten dan DKI Jakarta lepas d ar i partai politik pengusung utama Jokowi, PDI Perjuangan.

Mendukung Khofifah lebih strategis buat Jokowi untuk mengamankan suara pemilih di Jatim yang terbanyak setelah Jabar. Lalu, bagaimana dengan Tri Rismaharini? Wali Kota Sura - baya ini juga belum jelas me - nyatakan kesediaannya maju di Pilkada Jatim. Namun, pernya - ta annya ketika namanya di - sebut-sebut dalam bursa Pilkada DKI tahun lalu boleh jadi mem - beri sinyal, Risma sebenarnya ingin menuntaskan amanah - nya di Surabaya sampai 2020.

Namun, bukan tid ak mungkin desakan partai (PDIP) atau par - tai politik lain akan meng - goyahkan Risma. Jatim tentu berbeda dengan DKI Jakarta. Popularitas dan elektabilitas Risma, seperti yang disebut di atas, tidak kalah dengan Gus Ipul dan Khofifah. Penulis me - lihat tingkat persaingan ketiga - nya akan semakin kuat jika Khofifah dan Risma sudah me - nyatakan kesediaannya ma ju di Pilkada Jatim.

Dukungan Politik

Jika kesediaan sudah pasti, per tarungan akan masuk per - buruan dukungan politik. Tiket par tai akan menjadi kunci apa - kah sang tokoh berhasil masuk kontestasi, apalagi setelah fenomena calon perorangan bukan pilihan yang strategis dalam kontestasi politik. Gus Ipul, Khofifah, dan Risma tentu akan sama-sama berpeluang d an memperebutkan tiket dari partai-partai besar di Jatim.

Setelah PKB memberi dukungan ke Gus Ipul dilanjutkan mendaftar ke PDI Perjuangan dan melakukan konsolidasi ke partai yang lain menjadikan poin tersendiri bagi Gus Ipul. Peluang Gus Ipul untuk men dapatkan dukungan partai-par tai menjadi lebih besar, bukan hanya karena Gus Ipul sebagai calon incumbent , tapi juga karena Gus Ipul ingin menang , untuk menang diper lu - kan konsolidasi par tai-partai, ter masuk jauh hari Gus Ipul juga sudah melakukan per temuan dengan Ketua Umum Par tai Perindo Hary Tanoesoedibjo.

Sementara jika melihat latar belakang kepartaian, Risma tentu memiliki peluang besar maju melalui PDIP karena dirinya disokong penuh partai ini ketika memenangi Pilkada Kota Surabaya. Namun, Khofifah boleh jadi juga berpeluang jika skenario untuk mengamankan Jokowi di 2019 di Jatim, nama Khofifah lebih berpeluang maju melalui partai pemenang Pemilu 2014 ini. Apalagi, jika kemudian skenarionya Risma tidak maju karena ingin menyelesaikan jabatan wali kotanya. Gus Ipul boleh jadi menjadi pilihan terakhir PDIP jika Risma dan Khofifah gagal melalui par - tai ini.

Bagaimanapun seba gai wakil guber nur petahana, Gus Ipul memilik daya tarik tersen - diri. Namun, trauma kekalahan di lima pilkada gubernur di 2017 tentu menjadi pertimbangan ba gi partai ini untuk tidak ge - gabah dalam menentukan so - sok yang didukung. K ampanye penolakan terhadap partai-par - tai pendukung Ahok di Pilkada DKI tentu harus dipertimbangkan oleh PDIP.

Ahok effect boleh jadi menular ke Jatim. Bagaimana dengan PKB? Dengan lebih awal memberi du - kungan kepada Gus Ipul dengan dipasangkan dengan Halim Iskand ar, PKB sedang ser ius me lakukan gerakan atau kam - panye calon tunggal, walaupun kemungkinan kecil, PKB bakal all out melakukan ini kalau ing in paket Gus Ipul-Halim meleng - gang. Jalan terjal itu bakal men - jadi ujian atas gagasan Calon Tunggal Pilg ub Jatim 2018 yang diinisiasi oleh PKB Sementara partai-partai lainnya seperti Demokrat, PPP, Nasdem, dan Hanura akan cen - derung bermain di level pen - dukung, meskipun fenomena koalisi Gerindra dan PKS bukan tidak mungkin bisa mencuri perhatian dalam Pilkada Jatim nanti.

Koalisi ini diprediksi akan memunculkan satu poros baru yang segar dan bisa menjadi alternatif. Siapa yang didukung, ya tentu ketiga nama di atas sama-sama ber peluang atau juga di luar tiga nama tersebut. Sementara nama Ridwan Hisyam, La Nyala Mataliti, Hasan Aminudin, Saiful R ahman, Kadis Pendidikan Provinsi masuk radar calon wakil gubernur. Meskipun koalisi Gerindra- PKS kalau itu terbangun di atas kertas, hal itu tidak akan bisa bertemu dengan PDIP dalam satu koalisi. Kepentingan 2019 menjadi pembatas tegas koalisi Gerindra-PKS dengan PDIP.

Begitu juga kemungkinan Golkar melahirkan Poros lain juga masih terbuka. Namun, yang jelas faktor kesediaan dan niat dari sang tokoh untuk maju menjadi variabel penting untuk memastikan peta Pilkada Jatim. Semakin jelas sikap dari sang calon, publik akan semakin memahami wajah Pilkada Jatim. Apakah akan sama saja dengan dua pilkada sebelumnya atau akan ada warna baru seperti hadirnya sosok Risma. Kita tunggu saja!

( Mohon maaf, karena proses edit belum diselesaikan )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar