Jumat, 06 Desember 2013

Peduli : Awal Perubahan

Peduli : Awal Perubahan
Billy Boen  ;   CEO PT YOT Nusantara;
Director PT Jakarta International Management (JIM); Shareholder, Rolling Stone Café
KORAN SINDO,  06 Desember 2013

  

Ketika Sir Richard Branson datang ke Jakarta beberapa tahun lalu, dia sempat bilang, ”Entrepreneur terlahir karena kekecewaannya. Dia bisa kecewa, karena dia peka dan peduli.” 

Maksudnya apa? Dia menjelaskan bahwa pada umumnya, seseorang menjadi pengusaha itu ketika dia melihat ada yang tidak beres (peka), kemudian ingin memperbaikinya (peduli). Karena saya bukan orang yang suka berteori, kembali saya akan mencoba untuk memberikan contoh dari apa yang pernah dan sedang saya jalankan. Buku Young On Top, yang merupakan cikal bakal PT YOT Nusantara, lahir karena rasa kecewa saya terhadap tim saya di kantor saat itu. 

Ketika ada rapat mingguan yang dijadwalkan pukul 10.00, saya selalu sudah ada di ruangan pukul 09.55, sementara tim saya baru datang ke ruangan pukul 10.00, atau beberapa menit setelahnya; itu pun, mereka masih keluar lagi untuk mengambil barang mereka yang tertinggal di ruangannya. Rapat pun menjadi tidak tepat waktu mulainya. Contoh lain, saya saat itu juga sering melihat banyak manajer muda yang tingkah lakunya arogan. 

Sementara, saya juga kenal beberapa direktur yang rendah hati (humble). Salah satu orang yang membuat saya terkesan adalah Pak Soetikno Soedardjo, CEO MRA Group. Ketika di suatu kesempatan, saya bertemu dengannya, saya disalami dengan kedua tangannya. Langsung terlintas di pikiran saya saat itu, ”Wow, orang sukses yang satu ini humble sekali!” Dan, masih ada ratusan contoh lain, yang akhirnya membuat saya menulis buku Young On Top ini. 

Saya kesal dan kecewa denganbanyakhalyangterjadidi lingkungan saya saat itu. Selain soal on time, humble, saya juga sering melihat banyaknya anakanak muda yang tidak tahu apa passion-nya, tidak berani bermimpi besar, malas, tidak mau berusaha lebih keras (extra mile), tidak berpikiran terbuka, selalu menilai segala sesuatunya dari sisi yang negatif, dan masih banyak lagi. Saya kesal. Saya kecewa. Nah, tapi kalau saya tidak peka, apakah itu semua akan membuat saya kesal dan kecewa? 

Tentu tidak. Apa yang baru saya sampaikan ini, mungkin bukan hal yang rahasia. Kita semua tahu banyak sekali orangorang yang seperti demikian. Tapi, apakah banyak yang memberikan perhatian khusus? Saya pun tidak berhenti hanya pada level kesal dan kecewa. Setelah saya melihat kenyataan itu semua (peka), saya memilih untuk peduli. Saya ingin melakukan sesuatu. Itulah kenapa buku Young On Top saya tulis. 

Saya tidak berhenti sampai di situ, karena kepekaan saya terhadap fakta bahwa orang Indonesia tidak suka membaca, maka lahirlah ide untuk membawa buku ini menjadi acara radio mingguan, menjadi rangkaian campus roadshow, menjadi acara TV mingguan, menjadi platform digital untuk anak-anak muda, menjadi komunitas di 46 kota, hingga menjadi konsultan brand activation yang khusus menargetkan anak-anak muda Indonesia. 

PT YOT Nusantara, yang saya dirikan untuk mengurusi semua hal yang berkaitan dengan kegiatan Young On Top pun lahir, karena kepekaan dan kepedulian saya terhadap apa yang terjadi pada anak-anak muda Indonesia. Dengan visi: to create the next stronger generation of Indonesia, perusahaan ini terbentuk tahun lalu. Contoh lain yang bisa saya ceritakan di sini adalah proses pemikiran saya dalam membentuk JIM Executive, sebuah manajemen pembicara profesional. 

Aneh? Jelas, karena mungkin saat ini, JIM Executive adalah satu-satunya, atau paling tidak, manajemen pembicara profesional terbesar di Indonesia. Apa rasional di belakang pendirian unit bisnis yang bernaung di bawah PT. Jakarta International Management (milik saya dan Rudhy Buntaram)? Kembali kepada kenyataan, bahwa banyak sekali saat ini orang-orang yang ‘galau’. Ternyata, yang merasakan kegalauan ini bukan hanya ‘ABG’, tapi juga orang-orang yang sudah bekerja. 

Dari mana saya tahu ini? Karena banyaknya kampus maupun perusahaanperusahaan yang memanggil pembicara luar untuk berbagi kepada puluhan atau ratusan karyawannya. Tujuan utama: membangkitkan motivasi para karyawan. Menurut saya: salah kaprah. Karena kekecewaan saya yang melihat banyak kampus dan perusahaan yang memanggil pembicara yang hanya bisa ‘cuap-cuap’, hanya bisa berteori; bermodalkan baca banyak buku kemudian dirangkum ke dalam sebuah Power- Point serta latihan public speaking, maka JIM Executive pun saya bentuk. 

Saya ingin, anakanak muda Indonesia mendengarkan inspirasi nyata dari orang-orang yang memang benar sudah sukses secara karier. Saya ingin, mereka yang menjadi pembicara adalah orangorang yang memang sudah pantas untuk berbagi. CEO, Direktur, GM, atau pengusaha (entrepreneur). Kini, JIM Executive sudah meng-handle sekitar 22 CEO/Direktur/GM/pengusaha yang memang sudah menyatakan siap untuk berbagi di berbagai kesempatan. 

Mulai dari Presiden Direktur Adidas Indonesia, Presiden Direktur Nutrifood, Presiden Direktur Koran SINDO, CEO Lynx Films, CEO SDV Logistics Indonesia, CEO Virtual Consulting, dan masih banyak lagi. Kecewa yang timbul karena kepekaan kita dalam melihat situasi adalah langkah awal kesuksesan kita. Langkah awal sebuah perubahan terjadi. Namun, kalau peka (melihat dan menyadari) saja, tidak cukup. 

Kita harus jangan menjadi orang yang hanya kecewa, marah-marah, tapi tidak melakukan apapun untuk memperbaikinya. Kita harus peduli. Tanya ke diri kita sendiri, ”OK saya sudah tahu bahwa hal-hal itu membuat saya kesal, mau tidak saya melakukan sesuatu untuk memperbaikinya? Seberapa peduli saya akan halhal tersebut?” Peka tapi tidak peduli, tidak akan melahirkan apa-apa. Sama saja bohong. 

Perubahan pun tidak akan pernah terjadi. Kombinasi kedua hal inilah yang sering kali membuat seseorang menjadi orang yang sukses. Bagaimana untuk melatih kepekaan dan kepedulian kita? Sejujurnya, saya tidak punya jawabannya. Menurut saya, bukan masalah bagaimana kita bisa peka atau peduli, tapi lebih kepada mau atau tidak kita untuk peka dan peduli. ”Mau” atau ”Tidak”? Tahun 2014 adalah tahun pemilu. 

Kita akan dihadapkan oleh banyaknya calon-calon presiden dan wakil presiden yang akan mengumbar janji. Satu hal yang mungkin bisa menjadi barometer untuk memilih: lihat sepak terjangnya selama ini (tidak harus di politik), apakah dia benar pemimpin yang peka dan peduli? Ingat, kesuksesan dan perubahan positif berasal dari kepekaan dan kepedulian. 

Mau sukses? Peka dan peduli dari sekarang! Tweet pendapat Anda dengan mention @billyboen dan #PemimpinPEDULI. Saya akan RTtweet Anda. See you ON TOP!  ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar