Sabtu, 21 Desember 2013

Makna Olah Raga

Makna Olah Raga
Billy Boen  ;    CEO PT YOT Nusantara; Director PT Jakarta International Management (JIM); Shareholder, Rolling Stone Café
KORAN SINDO,  20 Desember 2013
  


Tanpa kita sadari, banyak yang bisa kita pelajari dari semua cabang olahraga yang ada, untuk kita aplikasikan ke dalam kehidupan kita ini. Tentunya saya tidak akan membahas semua cabang olah raga yang ada di dunia ini, tapi hanya sebagian. Dalam kesempatan ini, saya ingin mengajak Anda untuk dalam menjalani kehidupan ini, berpikir dan bertindaklah layaknya seorang atlet profesional. 

OK? Maraton 

Lari jarak jauh sepanjang 42,195 kilometer ini seperti kehidupan yang kita miliki. Atlet maraton tidak dianjurkan untuk berlari cepat di awal, karena mengingat perjalanan yang jauh. Yangmerekaharuslakukan adalah untuk menjaga kecepatan yang konsisten, dan untuk mencapai garis finis “strong”. Maraton bukan hanya menantang manusia secara fisik, melainkan lebih secara mental. Di kehidupan pun demikian, orang-orang yang sukses adalah mereka yang secara mental dapat menghadapi semua tantangan dan melewati semua rintangan yang ada. 

Mereka yang terus maju terlepas mereka mulai merasa lelah, mulai berpikir sulit dan bahkan tidak mungkin. Di lomba maraton, semua yang berada di garis start menginginkan satuhal: menyelesaikan lomba tersebut. Namun pada kenyataannya, banyak yang tidak mencapai garis finis. Di kehidupan pun demikian, ketika kita lahir dan mulai tumbuh dewasa, kita memiliki cita-cita yang besar (ingin jadi presiden, jadi Insinyur, jadi astronot, dan sebagainya). 

Dan anehnya, cita-cita itu mulai kandas, dan banyak yang akhirnya memilih untuk menyerah. Mereka memilih untuk menjadi orang yang biasa-biasa saja. Mereka tidak lagi berusaha keras untuk mencapai arti sebuah kesuksesan yang mereka inginkan. Seperti yang saya sering katakan, hanya “2%” orang yang akan merasakan arti sebuah kesuksesan. Ke mana yang “98%” lainnya? Ya jadi orang yang biasa-biasa saja. Anda pilih yang mana? 

Sepak Bola 

Cabang olahraga ini, beserta cabang olahraga beregu lainnya, sering kali dijadikan ilustrasi, contoh, dan dibahas di seminarseminar tentang teamwork. Kenapa? Ya, karena memang di dalam sebuah tim sepak bola, dibutuhkan kerja sama tim yang kompak, dan banyak elemen yang sama dengan kehidupan kita ini. Pernah mendengar pendapat yang mengatakan bahwa sebuah tim sepak bola yang berisikan semua pemain bintang, belum tentu akan memenangkan pertandingan apabila dihadapkan dengan sebuah tim yang hanya berisikan satu atau dua pemain bintang (dan sudah bermain selama bermusim-musim)? 

Di sini jelas bahwa sebuah tim hanya memerlukan beberapa pemain bintang, seorang kapten (pemimpin), dan sisanya adalah mereka yang mampu untuk mendukung timnya memenangkan pertandingan. Kekompakan adalah kuncinya. Ya, kapten atau pemimpinnya juga hanya perlu satu orang, tidak boleh lebih. Karena apa? Karena timnya akan bingung apabila mendengarkan instruksi dari dua orang yang berbeda. Mau sukses? Anda butuh orang lain, Anda butuh kerja sama dan kolaborasi dengan orang lain. Tidak ada Superman di dunia ini. Kita akan selalu butuh pertolongan dari orangorang di sekitar kita. Saran saya: Be nice. 

Formula 1 

Ini adalah ajang balap mobil tercepat di dunia yang sering kali dijuluki lomba “jet darat”. Dari puluhan lap yang harus mereka selesaikan, di tengahtengah perlombaan tersebut, mobil balap ini diharuskan untuk berhenti di pit stop untuk mengisi bahan bakar, menyetel hal-hal yang dirasa perlu untuk diperbaiki, dan untuk mengganti ban. Ini yang sering dilupakan oleh banyak orang yang sudah terjun ke dunia kerja. Apakah Anda adalah seorang karyawan atau seorang entrepreneur, Anda harus menyempatkan diri Anda untuk mengambil cuti atau liburan. 

Apakah 1–2 hari, atau beberapa minggu setiap tahunnya. Saya yakin cuti adalah hak setiap karyawan, dan di semua perusahaan pasti menyediakan hak cuti bagi karyawannya. Jangka waktunya memang berbeda- beda antarperusahaan. Sebenarnya apa sih tujuannya perusahaan membolehkan karyawannya untuk mengambil cuti? Sama seperti F1, kita manusia pun perlu untuk istirahat. Kita semua perlu untuk me-recharge diri kita, sehingga ketika kita melanjutkan “lomba”, kita bisa tetap melaju dengan kencang, atau bahkan lebih kencang dari sebelumnya. 

Saya sendiri tahun 2012 lalu tidak mengambil libur, karena kesibukan saya saat itu. Dan baru tahun ini saya mengambil libur. Ketika mengetik artikel ini, saya sedangberada diPhuket, dan sedang bersiap untuk menuju Phi Phi dan Krabi, untuk selanjutnya ke Bangkok, Chiang Mai, dan menutup liburan 22 hari saya di Singapura. Lomba Formula 1 juga memiliki satu nilai lagi: siapa yang tercepat, dialah yang pantas untuk naik podium dan dianggap sebagai pemenang. Di dalam kehidupan pun demikian, siapa yang mampu untuk bekerja dengan cepat, tidak menyia-nyiakan waktu, akan lebih sukses dibandingkan dengan mereka yang bekerja lambat. 

Semua yang pernah bekerja satu kantor dengan saya, atau yang pernah menjadi anggota dari tim saya pasti tahu bahwa salah satu kelebihan saya adalah “kecepatan”. Prinsip saya dalam bekerja dan berkarier: kalau bisa dilakukan lebih cepat, kenapa tidak? Ini bukan hanya sebuah teori belaka, karena saya telah buktikan dengan lulus S-1 2 tahun 8 bulan, lulus S-2 dalam kurun waktu satu tahun, dan cukup bekerja 4,5 tahun untuk akhirnya dipercaya menjadi General Manager Oakley Indonesia di umur 26 tahun. Di lomba balap Formula 1 juga tidak ada jalan pintas. Sama, di kehidupan pun demikian. Kita tidak bisa mengambil jalan pintas. Untuk sukses, kita harus melewati sebuah proses. Kita harus melewati lap 1, lap 2, lap 3, dan seterusnya, hingga lap terakhir. 

Catur 

Ini adalah salah satu olahraga berpikir yang ada di dunia ini. Bukan lantas olahraga lain tidak memerlukan otak. Yang saya maksud di sini adalah bahwa olahraga ini hanya memakai otak, bukan otot-otot yang lain. Meski demikian, setelah bermain catur, bisa dipastikan kita akan merasa lelah, kenapa? Ya karena kita akan dipaksa memikirkan strategi dan langkah apa yang akan kita ambil sepanjang pertandingan. Nah, sama kan dengan kehidupan ini? Saya sering bilang, “Kita nggakakan ke mana-mana kalau kita tidak tahu mau ke mana.” Orang-orang yang memilih untuk mengikuti arus, tidak akan mencapai hal-hal besar di dalam hidupnya. 

Kapan rencana hidup itu harus kita buat? Semuda mungkin. Karena kalau kita baru membuat rencana di tengah jalan, pastinya sudah banyak “salah langkah” yangtelahkitalakukan. Kita pasti sudah menyia-nyiakan waktu kita apabila kita mengubah strategi dan langkah kita di tengah jalan. Selain membuat rencana, kita juga perlu dan harus memiliki target yang ingin dicapai dalam hidup ini. Kalau di catur, target kita adalah mematikan raja milik lawan, kalau di kehidupan, kita juga pastinya punya target yang ingin dicapai, apa itu? Cita-cita. Sayangnya, banyak sekali orang yang saya temui yang tidak berani memiliki cita-cita. Kalaupun punya, mungkin cita-citanya ibarat di pertandingan catur: untuk memakan kuda milik lawan. Ini bukan cita-cita tinggi! Kalau punya citacita, harus yang besar; mematikan raja milik lawan! Itu baru cita-cita.

Tinju 

Semua atlet tinju (dan bela diri lainnya) pasti pernah merasakan pukulan yang keras dari lawannya. Terkadang pukulan ini hanya membuat kita tergores, atau bahkan membuat kita semaput dan terjatuh. Tapi apakah dengan terjatuh, kita langsung dikatakan kalah? Tidak. Di dalam kehidupan nyata, sering kali kita “dihajar” oleh hal-hal yang membuat kita sempoyongan. Terkadang kita terjatuh. Dan anehnya, banyak yang memilih untuk terus “terjatuh” dan tidak berusaha untuk bangkit dan melanjutkan pertandingan. Sudah banyak yang mengatakan peribahasa demikian (entah siapa yang mengatakan pertama kalinya): Sukses itu bukan soal berapa kali kita terjatuh, tapi berapa kali kita terjatuh kemudian bangkit. 

Kesimpulan 

Sampai kapan pun, selama kita masih bernapas, kita akan selalu dihadapkan oleh tentangan dan rintangan. Kalau mau sukses, ya kita harus tidak mengumpat dari tantangan tersebut. Kita harus hadapi tantangan dan melewati rintangan- rintangan yang ada. Randy Pausch PhD. (almarhum, Dosen Carnigie Mellon University, pengarang buku The Last Lecture) pernah bilang bahwa tembok yang ada di depan kita bukan untuk membuat kita berada di luar, namun untuk mengetes seberapa kita menginginkan kesuksesan. Tembok ini akan menjadi tolok ukur siapa yang benar-benar menginginkan untuk sukses, dan siapa yang tidak. See you ON TOP!
 ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar