Presiden
memercayakan Hatta Rajasa sebagai menkeu merangkap menko perekonomian,
jabatan yang dipegangnya sekarang ini. Ia menjadi menteri paling kuat di
kabinet. Penjelasan Juru Bicara Presiden Julian Pasha, kedudukan Hatta
sebagai menkeu adalah sementara menunggu menkeu yang definitif, dengan
berpindahnya Agus Martowardojo sebagai gubernur BI.
Apakah
Hatta akan menjadi menkeu sementara atau sampai masa kabinet berakhir?
Sebagai menkeu, ia harus meng hadapi tantangan nyata dihadapannya. Tantangan
yang dihadapi Menkeu pada masa sisa pemerintahan SBY ini sebenarnya
kental dengan dimensi ekonomi-politik, seperti subsidi BBM, perbaikan
lingkungan investasi, efektivitas belanja modal, dan penerimaan
perpajakan, yang membutuhkan bukan saja keahlian teknokratis, melainkan kepiawaian politik untuk
menanganinya.
Dalam hal ini, Hatta memiliki kemampuan yang andal.
Sebagai Menkeu, kebijakan yang harus diambil adalah
berkaitan dengan subsidi BBM. Kuota BBM sudah pasti terlampaui dan akan
menambah subsidi lebih besar daripada yang dianggarkan sebesar Rp 193
triliun. Kebijakan untuk
mempertahankan sub sidi bagi sepeda motor dan ken daraan umum serta tidak
lagi memberikan subsidi pada mobil pribadi, tampaknya pi lihan yang
paling mungkin dalam situasi ekonomi dan sosial sekarang ini.
Penghe matan anggaran cukup berarti dan dampak inflasi
juga minimal. Begitu pula, dampak sosial-politiknya terjaga. Tinggal
pelaksanaan teknisnya di lapangan untuk mem buat pembagian SBPU dengan
BBM bersubsidi dan tidak bersubsidi serta monitoring-nya yang efektif. Sebagai
kompensasinya, program padat karya, bea siswa, dan kesehatan bagi
golongan miskin harus diperbesar.
Kegiatan ini bersifat produktif, sedangkan
bantuan tunai langsung (BTL) yang menda- pat tantangan politis karena
dianggap menguntungkan partai penguasa. Karena itu, BLT tidak perlu
diadakan.
Subsidi BBM ini berkaitan dengan permasalahan defisit
transaksi berjalan yang juga menjadi tantangan Menkeu. Defisit transaksi
berjalan menyebabkan tekanan pada nilai rupiah. Defisit ini, antara lain,
disumbangkan oleh tingginya impor minyak. Dengan pengurangan subsidi BBM,
tidak hanya mengurangi defisit neraca berjalan, tetapi juga menambah
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Jika impor minyak menurun dan investasi meningkat,
permasalahan defisit neraca berjalan akan teratasi. Selanjutnya,
peningkatan ekspor akan dilakukan pada saat perekonomian dunia mengalami
perbaikan. Insentif investasi, seperti migas, untuk mengatasi penurunan
produksi minyak yang terus merosot, serta meningkatkan produksi gas harus
diberikan. Demikian pula insentif untuk industri prioritas, khususnya
yang berorientasi ekspor, perlu diberikan untuk memperkuat ekspor pada
saat pemulihan ekonomi dunia terjadi.
Sebagai Menkeu dan sekaligus Menko, Hatta juga mempunyai
posisi yang lebih kuat tidak saja melakukan koordinasi, tetapi juga
langsung dalam implementasi kebijakan. Masalah umum adalah lemahnya
realisasi belanja modal karena banyaknya masalah di kementeriaan teknis.
Jika realisasi anggaran ini, khususnya dalam pembangunan infrastruktur,
dapat diperbaiki, sumbangan terhadap perkembangan ekonomi akan sangat
besar.
Tantangan lainnya adalah dalam hal penerimaan pajak. Menurunnya
kinerja perusahaan pertambangan dan kelapa sawit karena menurunnya harga
di pasar dunia menyebabkan penurunan penerimaan pajak. Sedangkan, belanja
pemerintah terus meningkat. Pungutan pajak harus diefektifkan, terutama
bagi mereka yang belum membayar pajak dengan benar untuk menuju pada
penerimaan pajak yang optimal.
Hatta sebagai menkeu dan menko juga dapat lebih efektif
mengoordinasikan dan memfasilitasi menteri-menteri teknis, seperti dalam
hal peningkatan produksi dan stabilitas harga pangan. Menteri-menteri
teknis akan lebih bersinergi dan fokus pada implementasi.
Jika Hatta sebagai menkeu dapat fokus mengatasi permasalahan
tersebut, bukan saja ia akan melaksanan tugas dengan baik, melainkan
dapat lebih efektif dari menkeu sebelumnya dan sekaligus juga menepis
kritik serta keraguan padanya. Hatta harus dapat memanfaatkan kekuatannya
dalam ekonomi-politik serta sinerginya sebagai teknokrat dan politisi
untuk mendapatkan hasil nyata dari kebijakan yang diimplementasikan.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar