Selasa, 23 April 2013

Tantangan Hatta Rajasa Sebagai Menkeu


Tantangan Hatta Rajasa Sebagai Menkeu
Umar Juoro  Ekonom Senior
di Center for Information and Development Studies dan Habibie Center
REPUBLIKA, 22 April 2013

  
Presiden memercayakan Hatta Rajasa sebagai menkeu merangkap menko perekonomian, jabatan yang dipegangnya sekarang ini. Ia menjadi menteri paling kuat di kabinet. Penjelasan Juru Bicara Presiden Julian Pasha, kedudukan Hatta sebagai menkeu adalah sementara menunggu menkeu yang definitif, dengan berpindahnya Agus Martowardojo sebagai gubernur BI. 

Apakah Hatta akan menjadi menkeu sementara atau sampai masa kabinet berakhir? Sebagai menkeu, ia harus meng hadapi tantangan nyata dihadapannya. Tantangan yang dihadapi Menkeu pada masa sisa pemerintahan SBY ini sebenarnya kental dengan dimensi ekonomi-politik, seperti subsidi BBM, perbaikan lingkungan investasi, efektivitas belanja modal, dan penerimaan perpajakan, yang membutuhkan bukan saja keahlian teknokratis,  melainkan kepiawaian politik untuk menanganinya. 
Dalam hal ini, Hatta memiliki kemampuan yang andal.

Sebagai Menkeu, kebijakan yang harus diambil adalah berkaitan dengan subsidi BBM. Kuota BBM sudah pasti terlampaui dan akan menambah subsidi lebih besar daripada yang dianggarkan sebesar Rp 193 triliun. Kebijakan untuk mempertahankan sub sidi bagi sepeda motor dan ken daraan umum serta tidak lagi memberikan subsidi pada mobil pribadi, tampaknya pi lihan yang paling mungkin dalam situasi ekonomi dan sosial sekarang ini. 

Penghe matan anggaran cukup berarti dan dampak inflasi juga minimal. Begitu pula, dampak sosial-politiknya terjaga. Tinggal pelaksanaan teknisnya di lapangan untuk mem buat pembagian SBPU dengan BBM bersubsidi dan tidak bersubsidi serta monitoring-nya yang efektif. Sebagai kompensasinya, program padat karya, bea siswa, dan kesehatan bagi golongan miskin harus diperbesar.

Kegiatan ini bersifat produktif, sedangkan bantuan tunai langsung (BTL) yang menda- pat tantangan politis karena dianggap menguntungkan partai penguasa. Karena itu, BLT tidak perlu diadakan.
Subsidi BBM ini berkaitan dengan permasalahan defisit transaksi berjalan yang juga menjadi tantangan Menkeu. Defisit transaksi berjalan menyebabkan tekanan pada nilai rupiah. Defisit ini, antara lain, disumbangkan oleh tingginya impor minyak. Dengan pengurangan subsidi BBM, tidak hanya mengurangi defisit neraca berjalan, tetapi juga menambah kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Jika impor minyak menurun dan investasi meningkat, permasalahan defisit neraca berjalan akan teratasi. Selanjutnya, peningkatan ekspor akan dilakukan pada saat perekonomian dunia mengalami perbaikan. Insentif investasi, seperti migas, untuk mengatasi penurunan produksi minyak yang terus merosot, serta meningkatkan produksi gas harus diberikan. Demikian pula insentif untuk industri prioritas, khususnya yang berorientasi ekspor, perlu diberikan untuk memperkuat ekspor pada saat pemulihan ekonomi dunia terjadi.

Sebagai Menkeu dan sekaligus Menko, Hatta juga mempunyai posisi yang lebih kuat tidak saja melakukan koordinasi, tetapi juga langsung dalam implementasi kebijakan. Masalah umum adalah lemahnya realisasi belanja modal karena banyaknya masalah di kementeriaan teknis. Jika realisasi anggaran ini, khususnya dalam pembangunan infrastruktur, dapat diperbaiki, sumbangan terhadap perkembangan ekonomi akan sangat besar.

Tantangan lainnya adalah dalam hal penerimaan pajak. Menurunnya kinerja perusahaan pertambangan dan kelapa sawit karena menurunnya harga di pasar dunia menyebabkan penurunan penerimaan pajak. Sedangkan, belanja pemerintah terus meningkat. Pungutan pajak harus diefektifkan, terutama bagi mereka yang belum membayar pajak dengan benar untuk menuju pada penerimaan pajak yang optimal.

Hatta sebagai menkeu dan menko juga dapat lebih efektif mengoordinasikan dan memfasilitasi menteri-menteri teknis, seperti dalam hal peningkatan produksi dan stabilitas harga pangan. Menteri-menteri teknis akan lebih bersinergi dan fokus pada implementasi.

Jika Hatta sebagai menkeu dapat fokus mengatasi permasalahan tersebut, bukan saja ia akan melaksanan tugas dengan baik, melainkan dapat lebih efektif dari menkeu sebelumnya dan sekaligus juga menepis kritik serta keraguan padanya. Hatta harus dapat memanfaatkan kekuatannya dalam ekonomi-politik serta sinerginya sebagai teknokrat dan politisi untuk mendapatkan hasil nyata dari kebijakan yang diimplementasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar