Dari Eyang Subur hingga Tasripin, dari Cebongan hingga
karut-marut tertundanya pelaksanaan ujian nasional, secara socio-emotional menunjukkan
rendahnya kualitas kognitif, efektif, dan psikomotorik masyarakat kita. Pendidikan
seolah tak memberi sumbangan yang signifikan dalam membentuk masyarakat
yang lebih beradab dalam menghargai kehidupan dan kemanusiaan. Namun,
sebaliknya malah ikut membentuk struktur emosi masyarakat ke arah yang
lebih negatif.
Fenomena-fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita
saat ini seolah berjalan paralel dengan apa yang terjadi di dunia
pendidikan. Semua rupa perilaku tidak terpuji di bidang pendidikan pasti
akan memiliki pengaruh yang kuat terhadap apa yang terjadi di masyarakat.
Pendidikan, sebagaimana kehidupan, adalah proses tak berujung yang harus
direkayasa secara generik dan bertanggung jawab agar apa yang akan
terjadi di masyarakat bisa dikendalikan dengan baik. Pada sisi ini, aspek
emosional dan sosial proses pembelajaran harus dibentuk melalui sebuah
mata rantai yang kuat antara visi dan misi pendidikan yang jelas dan
terukur, serta melibatkan peran serta aktif masyarakat, guru, dan
sekolah.
Geneva Gay (2000) memang pernah mengatakan bahwa “School cannot– solve society’s
problems. In fact, school could affect much more rapid reforms if society
changed fi rst. If society really stopped being racist, it would insist
(and enforce the expectation) that all its institutions, including
school, do likewise”. Jika pendidikan diartikan secara sederhana
dalam bentuk kelembagaan, sekolah adalah penjelasannya. Karena itu,
sekolah menjadi tempat bergantung setiap anggota masyarakat untuk
mempersiapkan masa depan anak-anak mereka. Dengan sekolah yang memperoleh
dukungan dari masyarakat yang berkehendak untuk berubah, sesungguhnya
pendidikan telah bergerak ke arah yang benar.
Masalahnya adalah, bagaimana dengan sikap mental masyarakat kita
yang saat ini sangat permissive dari segi budaya dan mudah mengambil
kesimpulan karena masyarakat kita belum terbiasa dengan perbedaan pendapat.
Kedua jenis mentalitas masyarakat ini perlu dibangun ulang melalui
serangkaian socio-therapy yang
merupakan tugas utama dari moral pendidikan. Dan sekolah, dengan struktur
manajemen yang sehat dan dukungan masyarakat yang kuat, merupakan kata
kunci yang tepat untuk mengatasi masalah maraknya tindak kejahatan
terorisme di sekitar kita.
Harus kita akui secara jujur, bahwa–-jangan-jangan--para pengikut
Eyang Subur, orangtua yang kejam dan tega terhadap anaknya seperti kasus
Tasripin dan beberapa anakanak yang mengalami perilaku asusila, serta
pelaku penyerangan di Cebongan merupakan salah satu buah dari sistem
pendidikan yang tidak sehat. Sumber ketidaksehatan sistem pendidikan kita
terlihat dari begitu banyaknya proses trial and error dalam bidang
kurikulum, evaluasi, dan penyelenggaraan pendidikan. Hal ini juga
diperparah dengan pengebirian peran dan tanggung jawab masyarakat
terhadap sekolah di sekitar mereka.
Selain itu, penting bagi semua pemangku kepentingan pendidikan di
Tanah Air untuk menggali dan mengkaji secara serius keterkaitan antara
proses emosional, sosial, dan kognitif siswa dalam belajar. Kata kuncinya
adalah bagaimana sekolah dan guru-guru memiliki sensitivitas yang secara
kreatif mendorong terciptanya struktur emosi dan pro-sosial yang tinggi
terhadap lingkungan masyarakat. Sanna Jarvela dalam Social and Emotional Aspects of Learning (2011) mengurai
setidaknya empat hal yang perlu diperhatikan dalam melihat hubungan
antara pendidikan dan perilaku masyarakat.
Pertama, kajian tentang aspek motivasi belajar seperti
keingintahuan, atribut emosi, motivasi intrinsik dan ekstrinsik harus
terus digali berdasarkan konteks sosial saat ini. Kedua, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengenali aspek emosinya secara cerdas juga
penting dilakukan, terutama untuk melihat hubungan antara emosi dan
kondisi keluarga serta masyarakat sekitarnya. Ketiga, kajian terhadap
interaksi sosial dengan bentuk-bentuk pembelajaran di kelas juga perlu
dieksplorasi melalui serangkaian riset komprehensif. Yang terakhir,
keempat, penting untuk memperkenalkan secara perlahan konsep
selfregulation sebagai bagian dari pembentukan budaya sekolah yang sehat.
Apalagi? Anak-anak kita juga perlu untuk memahami konsep kunci
skillstreaming, sebuah bentuk intervensi psychoeducational yang berakar pada ilmu psikologi dan
pendidikan. Proses skillstreaming
menitikberatkan pada empat instruksi langsung prinsip pembelajaran:
modeling, bermain peran, umpan balik, dan transfer. Keempat prosedur
pembelajaran tersebut telah lama digunakan untuk mendidik berbagai jenis
perilaku prososial murid di sekolah-sekolah yang memiliki kesadaran
tentang pentingnya perilaku prososial siswa yang positif dan diinginkan.
Empathic encouragement
(memberi dorongan semangat dengan empati) adalah konsep kunci pertama
dari mekanisme skillstreaming.
Semua guru pasti sepakat bahwa memberi dorongan semangat dengan empati
adalah sebuah strategi yang amat penting. Threat reduction (mengurangi ancaman/ gangguan) adalah
mekanisme kedua yang juga penting untuk diketahui para guru. Teknik ini
akan membantu untuk mengatasi kegelisahan murid.
Mekanisme ketiga adalah prompting,
yaitu sebuah upaya guru untuk menganjurkan/ menyarankan sesuatu kepada
siswa. Prompting dapat mencegah
murid bersikap mengacau atau mengganggu yang disebabkan rasa takut gagal.
Salah satu fungsi utama seorang guru adalah untuk mengantisipasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi murid selama dalam kelompok dan bersiap
untuk menganjurkan tanggapan yang diharapkan.
Simplifying
(penyederhanaan) adalah cara lain untuk meningkatkan kemungkinan murid
berhasil sukses dalam kelompok skillstreaming.
Para guru harus menyadari bahwa kemampuan murid untuk menyelesaikan
beberapa tugas khusus berbeda-beda. Selain itu, memanfaatkan saat-saat
yang tepat untuk memberi pelajaran (capturing
teachable moments) dengan menggunakan metode skillstreaming akan berguna untuk mengelola kelompok yang
memiliki problem perilaku seperti penarikan diri, mengacau, membolos,
mengancam (behavioral excess),
dan sejenisnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar