Sejumlah negara dunia selama ini terkesima dengan laju pertumbuhan
yang dialami negara-negara anggota ASEAN. Pertumbuhan di kawasan
ASEAN terus terjadi saat ada penurunan pertumbuhan di Amerika Serikat
akibat krisis keuangan 2008 yang belum selesai; penurunan laju
pertumbuhan ekonomi negara-negara BRICS, yaitu Brasil, Rusia, India, China,
dan Afrika Selatan; melemahnya sektor manufaktur China beserta penurunan
target pertumbuhan; serta kebangkitan Abenomics di Jepang yang melemahkan
kurs mata uang yen.
Para pemimpin negara-negara ASEAN dalam konferensi tingkat tinggi
di Bandar Seri Begawan, Brunei, mulai hari ini diharapkan mampu
mengantisipasi persoalan global yang berdampak regional, terutama terkait
persoalan keamanan di Laut China Selatan, kebijakan poros Washington
mereposisi kembali kekuatannya di Asia, dan perumusan Komunitas Ekonomi
ASEAN (AEC) pada akhir 2015.
Dari situasi global pada umumnya, kita mulai melihat adanya
persoalan struktural dalam ekonomi BRICS, dimulai dengan menurunnya
pertumbuhan Rusia dan India ataupun penurunan drastis Brasil yang
diperkirakan hanya tumbuh 2 persen dari sebelumnya sempat 7 persen dan 5
persen.
Hal itu bercampur dengan persoalan pemulihan ekonomi mengatasi
krisis keuangan di AS dan krisis zona euro. Dikhawatirkan, ASEAN akan
terkontaminasi berbagai persoalan keuangan dunia.
Ada dua faktor yang menjadi perhatian kita. Pertama, melihat
kebijakan poros AS melakukan perimbangan ulang di kawasan Asia, kita
cemas masalah ini hanya terfokus dan lebih berat pada masalah keamanan
dan tidak memadai dalam mengembangkan kerja sama ekonomi.
Kedua, ada upaya AS dalam merumuskan perimbangan ulang di bidang
ekonomi menggunakan strategi ”adu domba” ketika Presiden Barack Obama
meluncurkan inisiatif yang disebut sebagai E3 (US-ASEAN Expanded Economic Engagement) sebagai kerangka baru
kerja sama ekonomi.
Ini menjadi pilihan membingungkan karena E3 seolah menjadi kerja
sama ekonomi yang dirancang Washington sebagai pakta perdagangan ”kelas
dua” di luar Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) yang sedang dibahas.
Gagasan E3 diluncurkan pada KTT ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, tahun
lalu, sebagai upaya memfasilitasi perdagangan dan pergerakan barang
lintas batas dan mendorong investasi. Gagasan E3 menunjukkan kebuntuan AS
dalam memformulasikan perimbangan baru ekonomi di kawasan yang paling
dinamis di dunia saat ini.
Selama ini sudah ada mekanisme inisiatif perdagangan ASEAN-AS
dalam perjanjian yang disebut Trade and Investment Framework Agreement
dalam pembicaraan tahunan ASEAN. Akibatnya, E3 menjadi rancu dan kita
melihatnya sebagai upaya memecah belah kesatuan kerja sama ekonomi dan
perdagangan ASEAN, khususnya terkait dengan mekanisme perdagangan bebas
ASEAN-China. Usaha yang sia-sia! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar