Lembaga Pemasyarakatan Cebongan
di Sleman diserbu. Empat residivis dibantai gerombolan terlatih dan
profesional di sel mereka.
Tidak kurang dari 31 selongsong
peluru ditinggalkan setelah menghabisi nyawa empat orang itu. Tragedi ini
membuat banyak pihak terkesiap sebab, belum lama ini, terjadi penyerbuan
dan pembakaran Markas Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan,
oleh sekelompok anggota TNI pada bulan yang sama.
Bisa dipahami, Pangdam IV/
Diponegoro segera mengeluarkan pernyataan bahwa Kopassus tidak terlibat,
untuk menghindarkan tudingan banyak pihak yang mencoba mengaitkan
peristiwa kekerasan itu dengan motif balas dendam di OKU.
Bentrok yang melibatkan anggota
TNI atau sekelompok anggota TNI bukan hal baru. Pada 2002, KSAD Jenderal
Ryamizard Ryacudu memecat 20 prajurit yang terlibat bentrok senjata di
Binjai, yaitu anggota Lintas Udara 100 Prajurit Setia yang menyerang
Markas Brimob Tanah Tinggi dan Markas Polres Langkat.
Ada apa dengan TNI? Sekadar soal
disiplin korps yang kerap dilontarkan para purnawirawan dan pengamatkah?
Bagaimana menempatkan esprit de corps dengan NKRI yang sering dikatakan
harga mati itu?
Esprit de corps atau jiwa
korps adalah istilah Perancis: esprit (spirit) de (dari) corps (tubuh).
Tubuhsebagai metafora menggambarkan sekelompok orang yang bersatu seperti
satu tubuh, mengacu kepada solidaritas, kebanggaan, pengabdian, dan
kehormatan setiap anggota kelompok. Dalam definisi yang ketat, militer
atau TNI kerap dimasukkan dalam entitas yang memiliki karakter itu dan
hal ini selalu dimaknai dalam konotasi positif.
Semangat korps adalah kapasitas
anggota kelompok mempertahankan kepercayaan kepada institusi atau tujuan,
terutama dalam menghadapi musuh atau kesulitan. Semangat korps sering
diwakilkan oleh otoritas figur sebagai pertimbangan nilai generik dari
kemauan, ketaatan, dan disiplin diri dari kelompok yang bertugas
melaksanakan tugas yang diberikan atasan. Alexander H Leighton (1949)
menegaskannya sebagai kemampuan sekelompok orang bekerja sama
terus-menerus dan konsisten dalam mengejar tujuan yang sama.
Dalam ilmu militer, tersua dua
makna untuk semangat korps ini. Yang terutama berarti kohesi unit, kohesi
gugus tugas, atau kohesi kelompok militer lainnya. Yang lain adalah bala
tentara dengan jalur pasokan yang baik, jaminan perlindungan yang
mencukupi kebutuhan mereka, dan tujuan yang jelas. Keseluruhan ini akan
berkontribusi terhadap performa militer yang memiliki moral/semangat yang
baik atau tinggi.
Historis unit militer elite,
seperti pasukan operasi khusus, memiliki semangat tinggi karena pelatihan
mereka dan kebanggaan dalam unit mereka. Ketika moral suatu unit
dikatakan habis, berarti itu sudah mendekati crack and surrender, seperti
yang terjadi dengan unit Italia di Afrika Utara dalam Perang Dunia II.
Perlu dicatat, secara umum komandan tak hanya melihat moral atau semangat
individu tertentu, tetapi juga semangat juang skuadron, divisi, batalion,
kapal, dan lain lain.
Dengan karakter militer seperti
itu, penting bagi pemerintah, terutama melalui figur kepemimpinan
nasional, mempertahankan atau memelihara semangat/moral para prajuritnya.
Dengan demikian, mereka setia serta tetap pada tugas dan tujuan internal
institusi ataupun tujuan nasional negara dalam konstitusi ataupun turunan
kebijakan di bawahnya.
Dalam karakter dan ruang kerja
militer seperti itu, beberapa peristiwa nasional saat ini berperan besar
mengubah semangat kerja militer. Pertama, faktor internal: minimnya
kesejahteraan, manfaat program untuk militer, pemenuhan kebutuhan yang
berkaitan dengan tugas militer, kurangnya perwakilan yang dapat
merepresentasikan kebutuhan militer. Kedua, faktor eksternal:
kepemimpinan nasional yang tak tegas dan konsisten mengejawantahkan
tujuan nasional ini merupakan hal utama.
Sistem peradilan yang buruk,
merebaknya korupsi di segala lini, kesenjangan ekonomi yang tajam,
lemahnya negara terhadap unsur asing yang merongrong negara, kekerasan
oleh aktor nirnegara merupakan faktor yang memengaruhi dan menurunkan
semangat kerja militer.
Ambigu NKRI
Keadaan di atas mengubah
semangat korps dalam arti positif jadi negatif. Sekelompok orang dalam
kohesi unit yang solid berubah menjadi mesin pembunuh yang efektif ketika
ada pihak luar dianggap mengancam, melukai, dan merusak salah satu
anggota ataupun kelompok. Peristiwa Binjai, Madiun, Gorontalo, OKU, dan
lain-lain menggambarkan hal itu. TNI sebagai institusi ikut
berkepentingan dan bertanggung jawab memulihkan nama baik korps akibat
ulah segelintir kelompok atau oknum TNI itu.
Kejadian berulang ini jika tidak
ditangani dengan cepat dikhawatirkan akan menguatkan persepsi masyarakat
hingga sampai pada simpulan bahwa hal ini bukanlah sekadar tindakan
indisipliner beberapa oknum atau segerombolan anggota TNI, melainkan
institusi TNI.
Itulah tragedi dan anomali
demokrasi dalam 15 tahun ini. TNI sebagai alat pertahanan negara yang
memiliki tujuan mulia menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan
wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman,
seperti yang termaktub dalam UU Pertahanan, berpotensi mengancam
keselamatan bangsa.
Slogan yang kerap didengungkan
korps TNI tentang NKRI harga mati dipertanyakan. Apakah NKRI hanya
diperuntukkan dalam konteks menghadapi musuh dari luar, musuh nan tak
kunjung datang? Dan, hanya dimaknai sebatas fisik, batas negara,
sejengkal kedaulatan dan keutuhan wilayah yang lebih bersifat problem
internal bangsa?
Bagaimana melindungi NKRI dari
stigmatisasi dunia internasional? Negara demokrasi yang beberapa oknum
tentara dan polisinya saling tawuran senjata? Negara demokrasi yang
segelintir tentara dan polisinya tak mematuhi dan melanggar UU dan
instruksi komandannya? Negara demokrasi yang pemerintah sipilnya
kewalahan mengendalikan para aktor keamanannya sebagai penjamin
keselamatan bangsa?
Mungkin militer dan polisi perlu
mengembangkan jiwa korps yang lebih luas: bukan semangat korps yang
sempit yang justru kontraproduktif dengan tujuan bersama yang ingin
dicapai tentang melindungi NKRI dan segenap bangsa di dalamnya. Sembari
itu, para pemimpinnya di semua level memberi teladan sehingga NKRI harga
mati tidak mati sebatas slogan belaka. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar