Senin, 15 April 2013

Bangkitnya Para Jawara BUMN


Bangkitnya Para Jawara BUMN
Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo  Pengamat Ekonomi
KORAN SINDO, 15 April 2013

  
Akhir pekan lalu sebuah media menceritakan tentang pertemuan Menteri BUMN Dahlan Iskan bersama Direktur Utama PT Hutama Karya Tri Widjajanto, dengan Bupati Bogor Rahmat Yasin. 

Pertemuan itu membicarakan rencana pembangunan waduk di Ciawi guna mengurangi potensi banjir di Jakarta. Pembangunan waduk tersebut diperkirakan butuh dana Rp4 triliun–5 triliun. Jika waduk itu dibangun, banjir di Jakarta dapat dikurangi hingga 30%. Sebagai kompensasinya, BUMN tersebut akan mengelola air waduk itu. Pertemuan di atas merupakan hasil pemikiran di luar pakem (out of the box) karena pada umumnya pembangunan waduk adalah domain Kementerian Pekerjaan Umum.

Namun, pemikiran tersebut didasarkan pada tingkat kecepatan eksekusi dari pembangunan proyek jika ditangani oleh BUMN dibandingkan dengan jika pemerintah yang membangunnya. Birokrasi, prosedur yang ruwet akhirnya memang memunculkan berbagai hambatan yang mengakibatkan lambatnya eksekusi sebuah proyek. Keluhan ini dengan ndremimil (diucapkan berulang-ulang) dilakukan oleh Jokowi baru-baru ini mengenai hambatan pembangunan MRT yang harus terhambat oleh “prosedur, birokrasi, prosedur, birokrasi, prosedur, birokrasi dan seterusnya.
Saya yakin Hutama Karya sudah memiliki hitungan komersial pada saat mereka memutuskan untuk melakukan pendekatan kepada Bupati Bogor. Pengelolaan air yang akan disalurkan sebagai air baku jelas memiliki potensi bisnis tersendiri. Kendati demikian, upaya tersebut akhirnya mampu memutus lingkaran proses yang sangat panjang dengan suatu pendekatan bisnis yang memungkinkan eksekusi dilakukan secara cepat. Istilahnya Jokowi, begitu disetujui langsung cor beton. Munculnya Tri Widjajanto pada akhirnya juga memunculkan jawara baru di BUMN. 

Dalam beberapa tahun terakhir memang mencuat namanama yang kemudian berkembang menjadi jawara-jawara BUMN yang luar biasa. Bahkan dengan usia yang masih muda, kontribusi mereka bagi pembangunan negara masih panjang. Peran mereka sebagai role model akhirnya menarik kaderkader yang baru untuk mengikuti jejak mereka sehingga semakin lama semakin banyak lagi para jawara yang bermunculan. Karena itu, kalau beberapa nama dimunculkan di sini, itu tidak berarti daftar panjang tersebut berhenti sampai di sini. 

Masih banyak jawarajawara lain yang namanya belum begitu mencuat di media, namun memiliki kontribusi yang besar bagi pengembangan BUMN yang dipimpinnya dan ujung-ujungnya juga sumbangsih mereka kepada negara ini. Emirsyah Sattar jelas memiliki kualifikasi sebagai orang yang tampil sebagai jawara BUMN. Lama berkecimpung di dunia perbankan, akhirnya Emirsyah ditunjuk sebagai direktur keuangan Garuda pada saat presiden direkturnya Abdulgani. Setelah sempat jeda sebentar, bintang Emirsyah melambung pada saat beliau memimpin perusahaan penerbangan pelat merah tersebut. 

Dengan strategi quantum leap, akhirnya terjadi suatu transformasi besar-besaran di perusahaan penerbangan ini. Dari sebuah perusahaan yang sangat sering mengalami kerugian, Garuda akhirnya tampil sebagai sebuah perusahaan yang mengantongi keuntungan di atas Rp1 triliun pada 2012, di saat perusahaan penerbangan di kawasan ASEAN justru sedang kerepotan. Akhirnya bahkan mulai muncul fenomena hijrahnya pilot Malaysian Airlines dan Singapore Airlines ke perusahaan penerbangan Indonesia karena semakin bersinarnya hoki dari industri penerbangan Indonesia. 

Garuda juga berhasil menduduki peringkat “Perusahaan Penerbangan Regional terbaik di Asia dan di Dunia” menurut Sky Trax yang dikenal sebagai otoritas di bidang pemeringkatan tersebut. Dalam airshow di Langkawi baru-baru ini, Garuda juga memperoleh penghargaan sebagai Perusahaan Penerbangan Terbaik di ASEAN oleh Frost and Sullivan. Minggu lalu saya menulis tentang kemajuan dunia perkeretaapian Indonesia. Dari sebuah perusahaan yang juga selalu mengalami kerugian, PT Kereta Api Indonesia mengalami transformasi besar sehingga banyak sekali kemajuan yang dicapai. 

Tahun lalu PT Kereta Api Indonesia memperoleh laba bersih sebesar Rp385 miliar, di tengah minimnya subsidi dari pemerintah. Jika untuk angkutan barang PT Kereta Api Indonesia pun harus membeli solar yang tanpa subsidi, harus bersaing dengan truk-truk yang solarnya bersubsidi, toh PT kereta Api Indonesia masih mampu memetik keuntungan sebesar itu. Adalah Ignasius Jonan yang merupakan jawara dalam proses transformasi BUMN kereta api. Jonan juga berpengalaman melakukan transformasi PT Bahana yang nyaris bangkrut menjadi perusahaan sekuritas yang disegani. 

Ternyata tangan dinginnya memberikan begitu banyak manfaat bagi mereka yang setiap hari harus bergulat dengan transportasi ke tempat kerja. Secara diam-diam, PT Kereta Api Indonesia, melalui anak perusahaan PT Kereta Commuter Jabotabek, mulai mewujudkan diri sebagai basis transportasi massal Ibu Kota yang sudah lama kita tunggu. Pada transportasi laut, kita juga melihat bangkitnya seorang jawara baru yaitu RJ Lino. Pelabuhan Tanjung Priok yang selama 140 tahun baru mampu menangani 3 juta kontainer setiap tahun, di tangan Lino mengalami transformasi sehingga meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun. 

Untuk mengejar keterbatasan kapasitas, RJ Lino akhirnya berjuang untuk membangun pelabuhan Kalibaru menjadi New Priok. Guna pengembangan pelabuhan tersebut Pelindo II juga merangkul operator-operator canggih dunia untuk bekerja sama sehingga pada akhirnya pelabuhan Tanjung Priok akan menjadi pelabuhan yang sangat besar dan mampu bersaing dengan pelabuhan dunia lainnya. 

Untuk mengurangi biaya transportasi daratdanagarjangansampaiterjadi kelambatan-kelambatan, Pelindo II yang dipimpinnya bekerja sama dengan PT Jasa Marga dan PT KBN (Kawasan Berikat Nusantara) untuk mengembangkan jalan tol khusus truk yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan kawasan industri di daerah Bekasi sampai Cikampek. RJ Lino pulayangmengembangkankonsep Pendulum Nusantara yang memungkinkan dicapainya penurunan biaya angkut dengan membangun beberapa hub (pelabuhanbesar) diMedan, Batam, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan Sorong. Konsep tersebut dewasa ini sungguhsungguh mulai dikembangkan. 

Di luar itu, kita tentu mengetahui prestasi yang dihasilkan Karen Agustiawan yang memimpin Pertamina maupun jawaranya jawara, yaitu Dahlan Iskan, yang setelah sukses memimpin PLN akhirnya memimpin Kementerian BUMN itu sendiri. Kita mengapresiasi kinerja dan prestasi para jawara kita, sekaligus menunggu munculnya jawara-jawara baru.

1 komentar:

  1. wah bagus banget menambah pendapatan negara melaui peningkatan laba BUMN, namun sayangnya sering mengorbankan perut rakyat, seperti pembongkaran para pedagang stasiun di Jabotabek...tanpa ada solusi baik....

    BalasHapus