Mencermati
Merger Gojek dan Tokopedia AM Lilik Agung ; Mitra Pengelola Galeri HC,
Lembaga Pengembangan SDM |
KOMPAS, 03 Juni 2021
”Beri aku sepuluh pemuda,
niscaya akan kuguncangkan dunia!” Begitu pekik Bung Karno yang melegenda.
Senin, 17 Mei 2021, empat pemuda Indonesia mengguncangkan korporasi
Indonesia. Mereka adalah Andre Soelistyo, Patrick Cao, dan Kevin Aluwi dari
Gojek serta William Tanuwijaya mewakili Tokopedia. Gojek dan Tokopedia
melakukan proses merger. Lahirlah GoTo. Bagaimana GoTo bisa mengguncang
lanskap bisnis Indonesia? Valuasi GoTo yang dikelola
empat pemuda berumur 30-an tahun ini sebesar 18 miliar dollar AS atau setara
Rp 261 triliun. Di lantai bursa, perusahaan yang memiliki valuasi sebesar ini
di antaranya adalah Astra International sebesar Rp 211 triliun dan Unilever
Indonesia dengan banderol Rp 214,5 triliun (Kompas, 18/5/2021). Tokopedia
berdiri tahun 2009, sementara Gojek setahun berikutnya, 2010. Dalam waktu singkat,
valuasi dari hasil merger mereka melampaui perusahaan-perusahaan raksasa di
Indonesia yang sudah mapan dan berdiri puluhan tahun. GoTo dalam angka, tersaji
data seperti berikut. Ada lebih dari 100 juta pengguna aktif setiap bulan.
Mereka bermitra dengan lebih dari dua juta pengemudi dan lebih dari 11 juta
UMKM. Selama tahun 2020, ada 1,8 miliar transaksi dengan uang berputar
sebanyak 22 miliar dollar AS atau Rp 319 triliun. Perputaran bisnis jumbo ini
berakibat Gojek dan Tokopedia memberi kontribusi 2 persen pada PDB Indonesia. Untuk ukuran global, pada
Mei 2020 tersua data perusahaan rintisan nomor satu di dunia adalah Bytedance
dari China dengan valuasi pasar sebanyak 75 miliar dollar AS. Di urutan lima
dan enam dihuni oleh Airbnb (AS) dan Kuaishou (China) yang nilai pasarnya
sebesar 18 miliar dollar AS. GoTo dengan valuasi pasar
18 miliar dollar AS bisa dipastikan berada di nomor tujuh atau delapan
perusahaan rintisan terbesar dunia. Menyalip tetangganya dari Malaysia, Grab,
yang mengantongi valuasi pasar 14,3 miliar dollar AS. Dalam sejarah Republik,
baru kali ini ada perusahaan lokal yang masuk sepuluh besar perusahaan dunia
walaupun di ranah perusahaan rintisan. Visi
GoTo Gojek dan Tokopedia
dibesarkan dalam era yang sama. Pun perkakas teknologi yang digunakan bisa
dikatakan sama walaupun aplikasinya berbeda. Termasuk seluruh karyawan yang
bekerja di dalamnya memiliki pola pikir dan pola tindak sama. Alhasil dua
entitas perusahaan ini tidak mengalami kesulitan dalam menyatukan budaya perusahaan.
Menjadi wajar apabila petinggi dari dua perusahaan ini mengatakan bahwa
proses merger mereka bisa berlangsung cepat dan berjalan mulus. Hanya saja, visi kedua
perusahaan ini berbeda. Visi dipengaruhi bahkan dibentuk oleh pendirinya.
Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim, di mana ia tumbuh dan besar di berbagai
negara. Pun sekolahnya hingga master diperoleh di mancanegara. Ini yang
membentuk pola pikir dan pola tindak Nadiem Makarim. Alhasil, seiring dengan
pertumbuhan eksponensial dari Gojek, Nadiem memiliki visi untuk menjadikan
perusahaannya pemain global nan tangguh. Berbeda dengan William
Tanuwijaya. Masa lalu dan pendidikannya serba lokal. Tokoh idolanya juga
lokal, Bung Karno. Sebelum mendirikan Tokopedia, William bekerja di beberapa
perusahaan lokal. Lokalitas yang kental ini akhirnya memengaruhi visi William
ketika mendirikan Tokopedia. Menjadi lokapasar (marketplace) terbesar di
Indonesia. Dalam sebuah diskusi, William menuturkan bahwa Indonesia terlalu
luas. Ada banyak peluang yang bisa dikembangkan bersama Tokopedia. Pun
menjadi lokapasar terbesar dan fokus di pasar Indonesia, memiliki peran
penting karena bisa mencegah bisnis rintisan global yang menyerang pasar
Indonesia. Dalam konteks perusahaan
yang sudah mapan, Gojek mirip dengan Bank Mandiri yang ingin menjadi pemain
besar di regional dan global. Sementara Tokopedia setali tiga uang dengan
Bank BCA di mana tidak ingin bermain di pasar global, tetapi memperkuat pasar
lokal. Sekaligus menjadi benteng untuk berkompetisi dengan lembaga keuangan
asing yang masif mengeruk pasar di Indonesia. Merger Gojek dan Tokopedia
sekaligus merger dua visi berbeda yang saling melengkapi. Kuat di pasar lokal
sekaligus benteng pertahanan dari serangan lokapasar internasional seperti
ditunjukkan dengan gemilang oleh Tokopedia. Berlari jauh untuk bersaing di
pasar regional dan global seperti sedang dirintis dengan bagus oleh Gojek.
Menjadi tepat manakala GoTo memilih tagline perusahaannya ”Go Far, Go
Together”. Nilai-nilai inti dari
Astra International sedari mula didirikan oleh William Soeryajaya salah
satunya adalah ”Menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara”,
Artinya, tidak peduli siapa pemegang mayoritas saham perusahaan, Astra ada
dan berkarya untuk bangsa dan negara Indonesia. GoTo memang tidak
mencantumkan secara provokatif nilai-nilai inti perusahaan seperti dilakukan
Astra. Namun, melihat rekam jejak Gojek dan Tokopedia, dapat disimpulkan
bahwa GoTo merupakan aset bangsa, tidak peduli dari mana para pemegang
sahamnya. GoTo akan memberi manfaat optimal bagi bangsa dan negara Indonesia. Hari
ini dan masa depan Hari ini dan masa depan,
bisnis akan digerakkan oleh dua entitas, konvensional dan digital. Bisnis
konvensional dengan rekam jejak panjangnya sudah menjadi bagian pokok
kehidupan. Pun tidak semua bisnis bisa divirtualkan. Dengan demikian, bisnis
konvensional akan tetap bertumbuh dan terus berkolaborasi dengan teknologi
digital untuk memperkuat lini bisnisnya. GoTo adalah anak kandung
digital. Bisnis berbasis digital semakin bertumbuh secara eksponensial.
Beruntung ekosistem digital yang dikembangkan oleh Gojek dan Tokopedia sudah
terbentuk dan semakin matang. GoTo sebagai entitas bisnis baru dengan
ekosistem matang akan menjadi lokomotif bagi bisnis rintisan lainnya yang
bertumbuh pesat di Indonesia. GoTo bersama gerbong-gerbong bisnis rintisan
lainnya akan memberi pengaruh signifikan pada percepatan ekonomi nasional. Aset jumbo, jaringan lokal
sekaligus global, dan didukung SDM pilihan akan memberi nilai lebih pada
mitra kerja GoTo, terutama pada pelaku UMKM. Integrasi model bisnis Gojek dan
Tokopedia akan membantu banyak hal pada UMKM. Produk dan jasa UMKM semakin
mudah diakses konsumennya. Pun dengan pelaku bisnis konvensional, GoTo akan
banyak melakukan kolaborasi. Kita tunggu kiprah GoTo
untuk Indonesia. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar